Aku Ini Apa?

47 10 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bahkan suara tangis dari seorang anak yang rapuh saja tidak terdengar oleh manusia-manusia tak berperasaan itu."
—Geora—
.
.
.
.
Happy Reading🌹

Geora pulang ke rumah dengan penampilan kacau.Rambut yang lepek serta berbau tak enak,bajunya yang sudah berubah warna karena ketumpahan makanan,dan jangan lupa terdapat lebam di pipi sebelah kanannya.

Dengan langkah gontai di masuk ke dalam rumah sederhana tempatnya berteduh selama ini.Hari sudah menunjukkan pukul empat sore,sudah pasti ibunya masih ada di rumah sekarang.

"Apa-apaan ini?" Sarmila,ibu Geora datang dengan tergesa.Awalnya Geora berpikir mungkin ibunya akan khawatir melihat keadaannya seperti ini,namun salah besar.

"Kerjaan kamu di sekolah cuma seperti ini." Geora menggeleng.

"Capek-capek sekolah ngabisin uang,bukannya sekolah yang bener.Sana ganti baju kamu,buat mual aja!" Tubuh Geora hampir saja tersungkur kalau tidak dia berusaha menahan bobot tubuhnya.

Gadis dengan nasib malang itu hanya bisa membalikkan tubuhnya,menatap sedih pada sang ibu yang sedang duduk sambil bermain ponsel dengan tenang.Bahkan setelah melihat penampilannya yang kacau seperti ini,ibu kandungnya sendiri pun tampak tak peduli.

"Lalu fungsi aku hidup itu apa?" Geora bertanya miris.Sungguh benar-benar tak ada yang peduli padanya di dunia ini,semuanya hanya peduli pada perasaan mereka masing-masing,tanpa mau melihat celah Geora yang sudah hancur berkeping-keping ini.

Geora akhirnya memilih membersihkan tubuh.Tubuhnga sudah begitu lengket dan tak nyaman,bahkan rasanya Geora ingin menangis melihatnya.Mungkin benar,sungguh menjijikan.

***

Geora sudah rapi dengan pakaian rumah.Rambutnya di urai karena masih basah setelah mandi.Dia melihat sekeliling rumahnya yang sepi,sudah pasti ibunya sudah berangkat bekerja.

Geora menyusuri rumahnya yang begitu sederhana.Tidak banyak foto yang terpajang,hanya ada beberapa saja.Salah satunya foto saat Geora masih kecil dulu,ada ibunya dan ayahnya di sana,ya walau sayang sekali foto sang ayah sudah dicoret hingga Geora tak dapat melihat jelas sosok itu.

"Kira-kira Papa di mana ya?" Geora memang masih ingat wajah itu.Hanya semakin samar saat ini,sudah berapa tahun berlalu,dan rasanya masih sama.Geora merindukan sosok papanya.

"Andai Papa masih di sini,pasti Mama bahagia." Geora tersenyum sedih.

Dia tak tau alasan apa yang membuat kedua orang tuanya bercerai,tapi Geora yakin mereka berdua masih saling mencintai pada saat itu.

"Dulu bahagia banget." Geora terkekeh kecil.Dia masih ingat jelas dulu dia selalu berdiri di depan teras menunggu papanya pulang dari kerja.Pastinya setelah itu Geora akan mendapatkan hadiah,entah mainan bahkan makanan enak.Tapi sekarang semuanya berubah,bahkan untuk makan pun dia harus bersusah payah terlebih dahulu.

Ibunya memang bekerja,memang sering mengisi isi kulkas dengan berbagai makanan.Tapi terkadang Geora dilarang,dengan alasan semua itu untuk stok makanan sehingga harus terus irit.

"Kenapa Mama bisa berubah,Pa?" Geora menatap foto keluarga itu sedih.

"Setelah Papa pergi semuanya kacau,semuanya jadi menyedihkan.Papa kenapa Papa pergi?" Tanpa dapat dicegah air mata menyusuri pipinya.Rasa nyeri menyusuri dadanya.

Geora masuk ke dalam gudang.Di sana masih begitu banyak barang papanya.Entah alasan apa semua barang itu Sarmila pilih untuk disimpan,alih-alih dibuang untuk membuang kenangannya.

Geora beberapa kali masuk ke sini,sudah pasti tanpa pengetahuan Sarmila ibunya.Jika tidak Geora pasti akan dimarahi habis-habisan,seolah Geora melanggar hal yang tak dapat dilanggar.Padahal Geora hanya ingin melihat semua barang papanya.

"Dari semua ini,kenapa enggak ada foto Papa?" Geora bingung.Ke mana perginya foto Papa,padahal hampir semua barang masih di sini.Seharusnya Sarmila masih menyimpannya di sini.

Mata Geora jatuh pada piano usang yang terletak pada pojok ruangan.Hanya ditutupi kain tipis,tapi debu masih bisa masuk ke dalamnya.Geora menyentuh pelan piano itu,dia masih ingat saat diajarkan bermain piano.

Nyatanya sebelum seperti sekarang,Geora juga pernah bahagia seperti orang-orang kebanyakan.Tapi tidak bertahan lama,sampai akhirnya Geora hampir lupa rasanya bahagia itu seperti apa.

Geora yakin kotak kotak yang ditutup dengan rapi itu masih banyak sekali barang papa,tapi dia tak bisa melihatnya.Geora menghela napas sedih,selalu saja dia gagal jika masuk ke dalam sini,rasanya masih sama menyakitkan.

"Takdir Tuhan memang kadang selucu ini," gumamnya.

Geora akan selalu mengingat hari-hari bahagia yang telah berlalu itu.Karena setidaknya dia pernah bahagia setidaknya sekali selama hidupnya.Geora akan selalu menghargai segala kenangan baik itu,walau semuanya setelahnya menjadi buruk ketika keadaan menjungkir balikkan keadaan Geora.

Geora akhirnya memilih ke luar dari sana.Dia menatap pintu gudang itu dengan perasaan campur aduk,seharusnya Geora juga bisa bahagia kan seperti anak-anak lainnya?

***

Jam sudah menunjukkan pukul tiga subuh.Geora mendengar suara tawa dari luar,berulang kali Geora tetap acuh,nyatanya dia tetap tak bisa kembali memejamkan mata.

Gadis dengan piama itu memilih ke luar,melihat apa yang dilakukan manusia-manusia di depan pintu kamarnya.Kamar Geora langsung menghadap ruang tamu,pantas jika suara orang di sana langsung terdengar ke dalam kamarnya.

"Ihh sabar sayang." Geora menghela napas lelah melihat pemandangan itu.Ibunya yang sedang mabuk,dan membawa laki-laki asing lagi.

"Biarin aja deh." Akhirnya memilih tak peduli adalah jalan satu-satunya.

Geora berusaha memejamkan mata.Dia menutup telinganya dengan bantal,bahkan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Ini bukanlah yang pertama kalinya,sering sekali ibunya membawa laki-laki yang berbeda setiap malam.Entahlah Geora tak dapat melarangnya,dan mengatur kehidupan ibu yang juga tak mempedulikannya.

Selama ini Geora mencoba tutup mata,walau nyatanya tetap saja menjijikan.Melihat seseorang yang telah melahirkan dan membesarkannya bermain gila dengan perempuan selain ayahnya,atau suami ibunya sendiri.

"Semoga Mama segera sadar." Doa Geora sebelum benar-benar masuk ke alam mimpi.

Apa kabar nih?
Masih pada baca Pancarona?
Yuk komen,apa aja pendapat kalian tentang kehidupan Geora dan tokoh lainnya!

Jangan lupa follow instagram @dillamckz untuk info update cerita dan lainnya.

PancaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang