Geora membaca novel romance di tangannya dengan saksama.Waktu istirahat dia gunakan untuk membaca novel yang kemarin sempat ia pinjam di perpustakaan.Sengaja Geora bersembunyi di lorong paling ujung yang sangat jarang dilewati oleh orang-orang,Geora hanya ingin hidup tenang hari ini.
Sudah hampir sepuluh menit dia berkutat dengan novel itu,hingga terdengar suara langkah kaki.Geora sukses merinding,bayangan tentang Nakula yang datang membuat jantungnya seketika berdetak begitu kencang.
"Tumben baca buku di sini?" Helaan napas lega terdengar.Geora yang awalnya menundukkan kepala kini melihat siapa yang baru saja mengajaknya bicara itu.
"Batara," sapanya ramah.
Geora menggeser duduknya,mempersilahkan Batara untuk duduk.Pemuda itu menurut duduk di sebelah Geora,memperhatikan buku yang gadis itu baca.
"Pinjam di perpustakaan?" tanyanya.
"Iya,aku pinjam kemarin.Kamu mau baca?" Geora menyodorkan bukunya ke arah Batara,namun langsung ditolak oleh Batara.
"Setelah kamu aja,lagi pula sepertinya masih ada di perpustakaan." Geora mengangguk malu.Mengapa dia jadi sksd seperti ini.
"Kamu ngapain di sini,enggak takut sepi begini." Geora menggeleng.
"Lebih nakutin Nakula." Geora bergidik ngeri,membayangkan wajah murka Nakula yang tiba-tiba terlintas di kepalanya.
"Dia emang semenyeramkan itu.Kamu jangan terlalu dekat sama dia," ucap Batara mengingatkan.Sebenarnya tanpa diberitahu pun Geora sudah tidak ingin dekat-dekat dengan manusia seperti Nakula,sayangnya tidak bisa.
"Iya,lagian aku berusaha jauhin dia.Kamu tumben lewat sini?" Geora bertanya penasaran.Karena memang jarang sekali Batara keliling di lantai tiga,biasanya Batara lebih sering di lantai bawah.
"Keliling aja,siapa tau ada anak yang ngerokok.Eh malah ngeliat kamu." Geora mengangguk paham.
"Kalau gitu aku mau lanjut dulu,kamu hati-hati ya?" Geora membeku,benar-benar membeku.Saat tangan besar Batara mengelus lembut kepalanya.Bukan rambutnya saja yang acak-acakan,hatinya pun itu seperti itu.
"I—iya," balas Geora gugup.
Batara pergi dari sana.Geora yang sejak tadi menahan diri kali ini tidak bisa,dia menutup wajahnya dan tersenyum begitu lebar.Jantungnya berdetak tak karuan,bahkan rasanya dirinya ingin berteriak keras.
Tanpa Geora sadari,ada seseorang yang tersenyum puas melihat kebahagiaan Geora.Sayangnya bukan senyum puas kebaikan,itu malah sebaliknya.
"Kasihan sekali," ucap orang itu sambil terkekeh sinis.
***
Geora begitu bersyukur.Setelah senang bertemu dengan Batara,nyatanya sampai pulang dia tak bertemu dengan Nakula.Sepertinya Tuhan sedang berbaik hati padanya hari ini.
Geora langsung menuju pulang ke rumah menggunakan angkutan umum.Rencananya setelah beristirahat sebentar Geora akan langsung berangkat bekerja.Semoga saja hari ini terus menjadi hari yang beruntung untuknya sampai malam.
Sayang sekali,nyatanya doa Geora tidak terkabul kali ini.Baru sampai di gang rumahnya,dia sudah disuguhi pemandangan menyebalkan.Nakula yang duduk di atas kap mobilnya dengan begitu angkuh.
"Wah bahagia banget kayaknya." Nakula tertawa mengejek,mendekat ke arah Geora yang sudah melunturkan senyum di wajahnya.
"Ternyata seneng ya karena gue enggak gangguin.Sayang banget tadi gue ada urusan,pasti kangenkan?" Nakula menyentuh dagu Geora,tapi langsung ditepis oleh sang empunya.
"Aku bisa aja teriak biar kamu diusir dari sini," ancam Geora muak.Bagaimana tidak,Nakula mengganggunya di lingkungan rumahnya.
"Oh,takut banget," ejek Nakula.
"Pergi," usir Geora.Tetapi bukannya pergi,Nakula kembali menyenderkan tubuhnya di mobil,menatap Geora dari atas hingga bawah.
"Rapi banget hari ini," ucapnya.
Geora terdiam,tapi ingin rasanya berteriak.Geora bisa serapi sekarang karena Nakula tidak mengganggunya,jika tidak pasti dia sudah persis seperti gembel.Bagaimana tidak,Nakula selalu membuatnya kelelahan dan berakhir rambutnya lepek,atau dengan sengaja melemparnya dengan minuman.
"Ayo ikut gue!" Nakula tanpa perasaan menarik tangan Geora kasar.Geora refleks berteriak,sayangnya tidak ada yang mendengar.
"Lepas,aku mau pulang!" Nakula tuli.Dia tak peduli dengan penolakan Geora,sangat tak peduli.
Geora berusaha menggedor pintu mobil Nakula,sayangnya tidak membuahkan hasil.
"Kamu mau apa lagi sih,enggak puas buat aku susah di sekolah?Aku mau pulang!" Nakula tak peduli,masih fokus menyetir.
"Nakula!"
"Apa?" Nakula menyahut datar,melirik Geora sekilas tanpa minat.
"Berhenti!" Nakula menghentikan mobilnya secara mendadak hingga kepala Geora terbentur,lalu dia menatap Geora dengan tatapan datar.
"Diem,atau mulut lo gue robek!" ancamnya sukses membuat Geora bungkam.Pastinya Nakula tidak pernah mau bermain-main dengan ucapannya,sialnya apa lagi dengan Geora.Geora memang selalu berada dalam kesialan jika bersama Nakula.
Akhirnya Geora memilih diam dan pasrah.Tetapi dalam hati dia selalu berdoa,semoga Nakula tidak melakukan hal-hal di luar batas.Sungguh Geora tak dapat menebak ada hal gila apa di dalam kepala Nakula.Selain manusia,nyatanya Nakula adalah monster bagi para korban bullynya,dan termasuk Geora menganggapnya seperti itu.
Pilih Nakula atau Batara?
Yuk vote dan komen
Share ke teman-teman kalian juga oke!

KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona
FanfictionGeora membenci Nakula yang selalu membullynya dan bersikap kasar. Geora juga harus dihadapkan dengan Reka yang dingin dan tidak jauh sikapnya dengan Nakula. Hanya satu harapan Geora untuk ke luar dari penderitaannya, yaitu mendekati Batara ketua OSI...