'Jauh sebelum melangkah terkadang aku berpikir,jalan mana yang sebenarnya aku tuju hingga merelakan tubuh ini tumbuh dengan beribu kesakitan.'
-Geora-Geora hanya bisa menatap kesal pada Nakula yang sedang duduk anteng di sofa dengan laptop di pangkuannya.Geora menghela napas kesal,sungguh dia lelah dan ingin segera pulang.Nakula malah membawanya ke apartemen cowok itu,dan menjadinya babu dadakan.
Apartemennya tidak begitu besar memang,hanya saja tetap menguras tenaga membersihkannya.Apa lagi Nakula begitu jorok,sampah di mana-mana,pakaian kotor di mana-mana,bahkan semua apartemennya penuh debu dan juga sarang laba-laba.Geora bergidik ngeri,bagaimana Nakula bisa tinggal di tempat seperti ini.
Ya,walau lebih bagusan apartemen Nakula dibanding rumah Geora yang seperti hampir roboh.Tapi tetap saja,Geora tak pernah membiarkan rumah kesayangannya persis seperti kandangan kambing seperti ini.
"Kerjain yang bener,enggak usah lihat-lihat." Geora langsung kembali menyapu saat mendengar teguran Nakula.Dia kira cowok itu tidak menyadari sejak tadi Geora memperhatikannya.
"Abis ini masak."
"Tapi—"
"Enggak ada bantahan!" Geora mengangguk pasrah.Akhirnya memilih mengikuti kemauan Nakula,sungguh miris kehidupannya yang selalu menjadi bahan tindasan cowok dengan wajah menyebalkan itu.
Nakula tersenyum puas melihat apartemennya semakin bersih.Sebenarnya seminggu sekali dia menyewa seseorang untuk membersihkan apartemen,tapi dia mengingat Geora dan langsung memiliki ide cemerlang seperti ini.Apa lagi Nakula merasa Geora sudah begitu bebas,dan dia tidak menginginkan itu.Dia akan membuat Geora selalu merasa ingin menyerah tinggal di dunia ini.
"Rasain cupu," gumamnya hanya terdengar oleh diri sendiri.
***
Geora sampai di rumah pukul delapan malam.Dia merenggangkan tubuhnya yang seakan mau patah.Dia mengutuk Nakula yang begitu kejam,sungguh cowok itu membuatnya selalu bagai di neraka.
Geora membersihkan tubuhnya,duduk di pinggir ranjang dan menerawang jauh.Geora ingin hidup seperti anak lainnya,sayangnya selalu tak bisa.Hidup sebagai gadis miskin yang tak mengerti berpenampilan menarik,itu sudah cukup menjadikan Geora sebagai seorang sampah yang tak pernah terlihat.
Padahal Geora selalu berdoa,agar dia bisa hidup normal.Tak masalah selalu kekurangan,tetapi setidaknya dia bisa hidup bahagia dan memiliki teman selayaknya orang normal.Memiliki seseorang yang dicintai,dan bisa menikmati hari-hari sekolah dengan menyenangkan.
"Terlalu banyak bermimpi,Geora." Itulah yang hatinya selalu katakan.Karena selama masih ada Nakula,hidup Geora memang tak akan pernah bisa menyenangkan.
***
Hari sial memang tak pernah ada di kamus Geora.Tidak,sepertinya hari sial selalu ada disetiap kehidupan Geora.Pagi-pagi sekali dia sudah bertemu dengan Reka,dan cowok itu langsung menatapnya dengan tajam,seolah siap membolongi tubuh Geora dengan tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona
FanfictionGeora membenci Nakula yang selalu membullynya dan bersikap kasar. Geora juga harus dihadapkan dengan Reka yang dingin dan tidak jauh sikapnya dengan Nakula. Hanya satu harapan Geora untuk ke luar dari penderitaannya, yaitu mendekati Batara ketua OSI...