Geora membenci Nakula yang selalu membullynya dan bersikap kasar. Geora juga harus dihadapkan dengan Reka yang dingin dan tidak jauh sikapnya dengan Nakula. Hanya satu harapan Geora untuk ke luar dari penderitaannya, yaitu mendekati Batara ketua OSI...
Geora menyapa ramah para pelanggan yang baru saja masuk ke dalam toko tempatnya bekerja. Kali ini pakaiannya rapi dengan seragam khusus karyawan tempatnya bekerja. Sudah terhitung dua bulan Geora bekerja di toko manisan ini, sedangkan sebelumnya Geora sempat bekerja sebagai pelayan kafe bahkan penjual bunga sekali pun.
Dia menghela napas kasar saat merasakan perih pada perutnya yang sejak tadi berdemo minta diisi. Sudah hampir setengah jam dari jam istirahat, tetapi dia belum bisa istirahat karena masih begitu banyak pembeli.
Geora bersyukur dapat bekerja di sini. Selain karena bosnya yang cukup baik, teman-temannya pun sama seperti itu. Hingga membuat Geora merasa lega karena menemukan pekerjaan yang tepat.
Sebenarnya Geora tak begitu ingin bekerja, jika boleh jujur Geora lebih ingin menjadi anak sekolah yang bisa seharian di rumah melakukan begitu banyak hal yang menyenangkan, sayangnya semua itu tidak bisa dia lakukan.
Geora selesai bekerja hingga jam sepuluh malam, setelah itu dia memutuskan pulang dengan membawa makanan kesukaan ibunya. Sudut bibirnya merekah sejak tadi, berharap sang ibu akan senang dengan perhatian kecilnya. Namun sayangnya....
"Enggak butuh!" Makanan yang Geora bawa berhamburan di lantai dengan mengenaskan. Geora hanya bisa menatapnya dengan tatapan sedih tanpa berbicara apa pun.
"Pergi kamu, anak enggak tau diri!" Geora langsung pergi dari sana. Sebelum itu dia kembali menoleh pada ibunya yang sibuk dengan televisi tanpa menatap ke arahnya.
"Nanti aja deh beresinnya," ucap Geora.
Dia menyadari jika ibunya tak suka jika melihat Geora di rumah ini, atau bahkan tak sudi melihat Geora berada di dunia ini. Gadis dengan wajah lelah itu memasuki kamar dengan langkah gontai, tubuhnya begitu lelah dia sudah merindukan kasur sejak tadi.
Setelah bersih-bersih Geora langsung merebahkan tubuhnya di ranjang usang miliknya. Bahkan ranjangnya sudah sangat tak layak, begitu keras dan sprainya sudah hampir tak berbentuk. Tetapi Geora hanya mampu bersyukur.
Sangking kelelahannya, beberapa menit kemudian Geora jatuh tertidur dengan foto ayahnya yang berada pada pelukannya, dengan harapan dapat memimpikan sosok itu di dalam mimpinya.
***
Geora berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdemo. Sejak tadi tangannya terasa dingin, bahkan Geora sampai tak sanggup untuk mengetuk pintu di depannya. Ruang OSIS, di sinilah gadis itu sekarang. Di tangannya terdapat jaket Batara yang sudah bersih dia cuci, dan berniat untuk dikembalikan kepada sang pemilik.
"Geora?" Geora tersentak kaget. Alih-alih berada di dalam ruangan, ternyata Batara malah berdiri di belakangnya. Geora menyingkir menatap Batara sambil tersenyum ramah.
"Mau kembaliin jaket?" tebak Batara. Geora mengangguk membenarkan dan menyerahkan jaket itu kepada pemiliknya.
"Makasih," ucap Geora gugup. Batara mengangguk dan menyampirkan jaketnya di pundak.
"Kalau gitu saya masuk ya?" Setelah melihat anggukan dari Geora, Batara langsung masuk ke ruang OSIS meninggalkan Geora yang setengah mati gugup di tempat.
"Kenapa dia bisa sebaik itu ya?" Geora tak mengira masih tersisa orang-orang baik seperti Batara. Walau masih banyak murid di sekolah ini yang tak ikut campur dengannya, tetapi Geora bersyukur Batara menjadi salah satunya.
Geora melangkah ke kelasnya, sebentar lagi jam masuk tiba dia harus segera masuk jika tidak ingin menjadi sasaran para pembully itu lagi. Walau sebenarnya sejak tadi pun banyak sekali yang membicarakannya. Geora berusaha tak peduli, lagi pula niatnya baik ingin mengembalikan jaket milik Batara.
Di kelas sudah sangat ramai, saat dia melangkahkan kaki masuk semua pasang mata langsung menatap ke arahnya. Termasuk Nakula yang entah sejak kapan sudah duduk di mejanya dengan kaki diletakkan di kursi.
"Itu dia!" Geora ingin membalikkan tubuhnya kabur, sayangnya salah satu teman Nakula sudah lebih dulu mengejar dan menarik kerah bajunya hingga dia tercekik.
"Sini-sini." Arzan tanpa perasaan menarik kerah baju Geora. Membuat sang empunya mau tak mau mengikuti langkah Arzan. Setelah itu Arzan mendorong tubuh mungil gadis itu hingga hampir menabrak Nakula, tetapi langsung pemuda itu dorong kembali.
"Sini!" Nakula menyuruh Geora mendekat, mau tak mau Geora menurutinya.
"Mana uang lo?!" Geora tau ke mana arah pembicaraannya. Dia memegang erat tali tasnya sambil menunduk dalam, berusaha berpikir bagaimana menyelamatkan uang terakhirnya.
"Sini!" Galen menarik tas Geora kasar hingga tali tas usang itu putus. Geora berusaha menahannya, menatap sedih pada tas miliknya.
"Mana nih?" Galen mengobrak abrik tas Geora. Mengeluarkan semua barangnya dari dalam sana. Hingga menemukan dompet Geora yang padahal sudah dia masukkan di tas paling dalam.
"Dua puluh lima ribu?" Nakula mengangkat uang Geora tinggi-tinggi.
"Dikit banget," ejeknya. Dia memasukkan uang milik Geora ke dalam saku bajunya, lalu melempar tas milik Geora ke sembarang arah.
"Jangan," cicit Geora. Dia hampir saja menyentuh tangan Nakula, tetapi secepatnya dia tarik kembali tangannya.
"Itu uang terakhir aku," ucap Geora. Dia berusaha membuat Nakula iba dan mengembalikan uangnya, sayangnya tidak ada kata iba bagi seorang Nakula.
"Oke makasih, ayo guys balik ke kelas." Nakula pergi lebih dulu diikuti oleh teman-temannya. Geora menatap punggung ketiga orang itu dengan tatapan sedih, lalu memungut tasnya dan kembali memasukkan semua isinya.
"Geora?" Hanin mendekat setelah dirasa aman. Dia membantu Geora dan menatap gadis itu dengan rasa bersalah, seharusnya Hanin bisa membantu sahabatnya, sayangnya Hanin tidak bisa melakukan itu.
"Maaf Geora." Geora mengangguk dan tersenyum. Dia memaklumi itu, siapa pun tidak akan berani menghadapi Nakula. Lagi pula Geora juga tak ingin sampai Nakula membawa-bawa Hanin ke dalam masalah mereka, cukup Geora jangan sahabatnya.
Tak lama itu guru datang, Geora bersyukur telah selesai membersihkan semuanya. Dia menatap sekeliling dengan tatapan kosong. Sebanyak apa pun manusia di dunia ini, nyatanya tak ada yang mampu menyelamatkan Geora dari Nakula. Itulah fakta yang tidak pernah bisa disangkal.
Geora hanya berharap, semoga nanti Nakula tidak menganggunya. Karena Geora sangat kelelahan menghadapi semua ini, bolehkah Geora beristirahat walau hanya sehari saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai Ternyata ada yang nungguin cerita ini ya hehe enggak nyangka. Aku bakal lanjutin cerita ini sampe tamat kalau ramai, jadi jangan lupa komen guys!