Jika Nakula adalah iblis yang sombong, angkuh, kasar, dan bermulut pedas. Maka Reka adalah iblis berwajah tenang bagi orang sekitarnya. Siapa yang tidak mengenal Reka, pembawaannya yang tenang malah membuat sang musuh mengigil.
Geora hampir beberapa kali bertemu tidak sengaja dengan Reka, dan sialnya pasti pada situasi yang tidak mengenakan.Geora sampai yakin, jika Reka pasti tidak begitu saja membiarkannya lolos begitu saja.Begitu pun dengan seorang gadis yang saat ini berdiri tak jauh dari Geora. Namanya Dara, bisa dibilang bahwa dia adalah ratu sekolah. Hingga hampir seluruh siswi di sekolah ini memilih tidak ikut campur dengan apa yang dia lakukan.
Begitu pun Geora, berusaha tidak terlibat dengan Dara. Karena sudah cukup selama ini kehidupannya tidak tenang karena membuat masalah dengan Nakula, untuk Dara lebih baik Geora menghindarinya saja.
Geora memilih pergi dari sana menuju perpustakaan yang sudah pasti tenang. Di sana Geora dapat menikmati hidupnya tanpa gangguan siapa pun, ya itu harapannya. Namun sayang sekali, harapannya tetap saja tidak terkabul dengan baik.
"Berisik!" Geora memundurkan tubuhnya, dia terkejut melihat sosok pemuda yang sedang tidur di kursi dengan wajah tertutup buku.
"Ma—af." Geora menundukkan tubuh merasa bersalah. Saat ingin melangkah pergi, Geora lebih dulu terkejut saat pemuda itu bangun dan menatap kesal ke arahnya.
"Reka," ucap Geora pelan.
Geora meruntuki dirinya kesal, merasa menyesal mengambil buku ke pojok dan malah berakhir begini.Jika begini melarikan diri pun sudah bukan hal yang tepat. Akhirnya Geora memilih pasrah, dan berharap jika mood Reka saat ini sedang bagus.
Geora tersentak kaget saat Reka tiba-tiba membanting buku yang berada di tangannya dengan keras. Hari ini perpustakaan sepi, sepertinya hanya ada mereka berdua. Geora semakin menunduk dalam, takut melihat wajah Reka yang sepertinya akan segera murka.
"Jalang, ganggu orang tidur aja." Geora menghela napas pelan mendengar kata-kata menyakitkan itu. Namun, Dia memilih diam dan berusaha tidak merasakan sakit hati, karena bukannya sudah biasa dia diperlakukan seperti ini.
"Hidup cuma bisa nyusahin orang lain." Reka pergi dari sana,sebelumnya menabrak bahu Geora kasar hingga gadis itu hampir terjatuh jika saja tidak bisa mengatur keseimbangannya.
"Ya ampun!" Geora memungut buku yang Reka jatuhkan lalu meletakkan di rak sampingnya.
"Hampir aja aku jantungan." Geora mengelus dadanya yang masih berdegup kencang.
Reka memang pendiam, tapi kenyataannya pemuda itu selalu saja menyakitkan hati jika sekali saja berbicara. Geora hampir saja mati berdiri jika dihadapkan dengan Reka yang begitu dingin.
"Udah deh lupain. Aku kan mau baca." Geora akhirnya berusaha melupakan semua hal yang sudah terjadi. Kebetulan saat ini jam kosong pelajaran, lebih baik dia menikmati hidupnya dengan membaca buku di sini.
Sepertinya Tuhan terus membiarkannya hidup untuk menikmatinya nikmatnya membaca buku sambil mendengarkan musik. Hingga beberapa menit kemudian Geora larut dalam novel yang dia baca. Melupakan semua hal yang telah terjadi di hidupnya, ya walau sementara setidaknya Geora bisa merasakan bahagia walau semenit saja.
***
Hari ini Nakula tidak terlihat. Geora bersyukur sekaligus penasaran ke mana perginya cowok itu. Karena biasanya dia tak pernah absen barang sekali pun untuk membuatnya menderita. Bukankah aneh jika dia tidak ada kabar berita sejak tadi pagi, bahkan beberapa orang yang dia temui bertanya-tanya ke mana perginya iblis sekolah itu.
"Tumben ya Nakula enggak masuk sekolah." Hanin bertanya dengan heran sambil memakan es krimnya dengan tenang. Di sampingnya ada Geora senyum-senyum tak jelas seperti orang kesetanan.
"Seneng itu jangan berlebihan," tegur Hanin. Geora hanya cengengesan di tempat.
"Ternyata begini rasanya hidup di sekolah dengan tenang. Ya ampun udah berapa lama aku enggak ngerasain ini." Hanin menggelengkan kepala tak habis pikir dengan temannya ini. Namun, tetap saja merasakan senang melihat sahabatnya yang sebahagia ini. Sudah berapa lama Hanin tidak melihat senyum bahagia di wajah sahabatnya.
"Semoga dia enggak masuk selama sebulan penuh!" ucap Geora penuh semangat. Hanin mengamini ucapan gadis itu, ya semoga saja kalau perlu Nakula tidak usah kembali ke sekolah lagi selamanya.
"Udah yuk masuk kelas, bentar lagi masuk." Hanin menggandel tangan Geora, membawa sahabatnya ke kelas.
Ketika keduanya berlalu dari sana seorang pemuda yang sejak tadi bersembunyi di tembok ke luar. Menatap punggung keduanya yang semakin menjauh dengan tatapan yang sulit di artikan. Geora juga merasa ada yang memperhatikan tubuhnya dari belakang, namun lebih memilih tak ambil pusing dan pergi dari sana.
***
Geora mengernyit heran melihat seseorang yang ia kenali lewat di depan toko tempatnya bekerja dengan pakaian serba tertutup. Hoodie hitam, setelan hitam, serta topi yang menutupi kepala pemuda itu. Geora penasaran, dia ke luar dari toko agar bisa melihat lebih jelas apa yang dilakukan pemuda itu.
"Reka," gumam Geora.
Reka yang melihat Geora langsung pergi dari sana tanpa kata. Geora semakin bingung, mengapa Reka tiba-tiba pergi saat melihatnya. Apakah Reka hanya tidak sengaja lewat dan memang waktunya untuk pergi.Namun, kenapa Reka tampak mencurigakan.
Sebelum benar-benar pergi jauh, Reka menolehkan kepalanya ke belakang, menatap datar pada Geora yang masih berdiri di tempatnya. Geora mengernyit, bukankah semakin tampak mencurigakan. Reka yang jarang terlihat hari ini berjalan kaki dengan pakaian serba hitam dan berhenti di tempatnya bekerja.
"Hanya perasaan aku aja kali ya?" Geora mencoba berpikir positif. Lagi pula tak ada buktinya jika Reka memang memiliki niat lain lewat di depan tokohnya, lagi pula ini tempat umum siapa saja bisa lewat di sini kapan saja.
"Mending aku balik kerja deh." Geora masuk ke dalam kembali. Sepertinya urusan Reka memang tidak perlu dipikirkan lagi.
Halo gesss!
Jangan lupa vote dan komen ya!
jangan lupa follow IG @dillamckz untuk info update dan lainnya!Ingat jangan jadi silent readers ya.Soalnya udah sering di silent treatment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancarona
FanficGeora membenci Nakula yang selalu membullynya dan bersikap kasar. Geora juga harus dihadapkan dengan Reka yang dingin dan tidak jauh sikapnya dengan Nakula. Hanya satu harapan Geora untuk ke luar dari penderitaannya, yaitu mendekati Batara ketua OSI...