Game : Kelima

55.2K 2.5K 64
                                    

---FADLY POV---
Kulihat video dan slide-slide foto yang dikasih anak miskin tadi di dalam hapeku. Heh, menjijikkan. Segampang itukah dia mau melakukan itu dengan semua orang, menjijikkan, cuih. Anak manja itu akan segera merasakan penderitaan yang amat tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Ingat...!! Seumur hidup. Kusunggingkan senyumku yang diliputi rasa benci dan dendam yang sudah melekat dalam hatiku.

FLASHBACK

Diatap gedung sekolah..

"Gue tau lo sekarang butuh duit banyak kan?" kataku menyeringai.

"Apa maksud kamu?" jawab Rama dingin.

"Gue tau bokap lo punya hutang lima juta kan dan harus dilunasin dalam dua minggu." Kataku.

"Dari mana kamu tau?" matanya mendelik ketika aku mengetahui masalahnya.

"Itu nggak penting, gue bisa bantu lo asal ada syaratnya." kataku tersenyum kecut.

"Apa maksud kamu?" katanya sedikit emosi.

"Gue bisa ngelunasin semua hutang bokap lo kalo lo mau ngelakuin satu hal buat gue."

"Ngelakuin apa?"

"Lo deketin si anak manja itu, terus lo tidurin dia." Kataku.

Dia membelalakkan matanya mendengar apa yang aku katakan barusan. Wajahnya penuh ketegangan dan kebingungan. Dia berpikir sejenak

"Mau nggak?" kataku lagi.

"Apa kamu udah gila!!" katanya sambil mengancungkan telunjuknya ke arahku.

"Kalau nggak mau ya udah," kataku lantas meninggalkannya.

Ku melangkah pelan dengan kedua tanganku kumasukkan kedalam saku celanaku.

"Oke, aku setuju." kata Rama kemudian yang menghentikan langkahku. Senyum kemenangan tersungging dibibirku.

END FLASBACK

***

--CHIKO ARIA POV--

"Kenapa kamu baru kesini sekarang, seharusnya jadwal kamu check up dua minggu yang lalu." kata seorang wanita muda cantik memakai seragam putih seorang dokter.

Dia adalah dokter Gina, satu-satunya orang yang peduli padaku yang sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri.

"Aku lagi banyak pikiran akhir-akhir ini." Kataku.

"Kamu jangan banyak beban pikiran, itu akan memperburuk kondisimu. Sekarang kondisimu semakin hari semakin menurun." katanya menjelaskan keadaanku sekarang.

"Ya." jawabku singkat.

"Sebaiknya kamu beritahu kondisimu pada kedua orang tuamu, sampai kapan kamu mau menyembunyikannya. Ini sudah bulan keenam kamu mengidap penyakit ini. Dan semakin hari keadaanmu semakin memburuk." katanya cemas.

"Jangan, aku mohon jangan beritahu hal ini pada mereka." kataku memelas.

"Sampai kapan kamu akan menyembunyikannya, sampai kamu mati,?" katanya sedikit meninggikan suaranya. Aku tau dia sangat khawatir dengan keadaanku.

"Please, aku mohon jangan katakan." rengekku lagi.

"Hahhh..." dia hanya menghela nafas.

Dia tau aku orangnya keras kepala, jadi dia tidak akan memaksaku lagi. Dialah satu-satunya orang yang aku percaya. Dialah orang yang selama ini selalu peduli dan perhatian padaku. Dialah tempatku mencurahkan semua uneg-uneg ku.

"Baiklah, ini saya kasih resep. Obat ini hanya untuk sekedar menghilangkan rasa sakit sementara."

"Terima kasih." kataku tersenyum lemah.

***

--RAMA POV--

"Ini uangnya.." kataku sambil menyerahkan amplop warna coklat pada seorang bapak-bapak berkumis yang kemarin mengobrak-obrik rumahku. Dia mengambil amplop itu dan menghitung isinya.

"Hahaha... kalau beginikan enak." Katanya.

"Sekarang jangan lagi ganggu keluarga saya." kataku tegas. 

Lalu dia pergi meninggalkanku. Aku pun lantas kembali masuk ke dalam rumah

"Dari mana kamu dapetin uang sebanyak itu nak?" tanya ibuku setelah aku berada di dalam rumah.

"Ibu nggak usah mikirin itu, yang penting sekarang kita udah nggak menanggung beban hutang ayah lagi..."

"Tapi..."

"Udah bu, biar sekarang Rama yang kerja cari uang, mulai sekarang ibu istirahat aja di rumah." potongku lantas ibu memelukku dengan air mata membasahi pipinya.

***

--FADLY POV--

Aku sedang ngobrol dengan teman-temanku di depan kelas, XI IPS 1. Dari jauh samar-samar kulihat ada seseorang tengah berjalan sambil menenteng tasnya. Senyumku menyeringai, ada mangsa yang mendekat. Ya, orang itu adalah Chiko, si anak manja itu. Pasti dia akan lewat sini karena kelasnya ada di ujung sana. Langkahnya semakin mendekat. Dia menatapku, bahkan dia menyunggingkan senyumnya padaku. Apa-apaan ini, berani sekali dia. Kujulurkan kaki kananku kedepan ketika dia melewatiku.

BRUKKK...

Hahaha, dia jatuh tersungkur kelantai. Semua anak disekitar kelas memandang kami. Dia berusaha berdiri, namun aku berpura-pura limbung dan menabraknya sehingga dia tersungkur kembali. Semua anak yang berada di sekitar sini menertawakannya. Pura-pura tidak sengaja ku menginjak tangan mulusnya.

"Auuuhh.." rintihnya.

"Uppss, sorry..., sakit ya?" kataku menampakkan ekspresi kasian yang dibuat-buat.

"Mau nangis...?" tambahku lagi, semua anak disini yang melihatnya hanya tersenyum memandang kearah kami.

Aku yakin pasti sebentar lagi anak manja ini pasti menangis. Kuamati wajahnya, tapi dia malah tersenyum padaku. Apa-apaan ini? Kenapa dia tidak menangis seperti biasanya malah senyum tidak jelas. Kucoba menginjak tangannya sekali lagi dengan menekan kakiku kuat-kuat. Rasanya pasti sakit sekali dan kuyakin kali ini pasti dia akan nangis. Eh, tapi dia malah tersenyum lagi padaku. Shit... apa dia sekarang berani padaku. Kalau berani kenapa dia tidak melawan malah cengar-cengir tidak jelas. Shit, anak ini membuat aku tambah kesal saja. Lantas ku pergi masuk kedalam kelas dengan rasa kesal dan tak lupa ku injak sekali lagi tangannya.

***

--CHIKO ARIA POV--

Aku meringis menahan sakit di tanganku. Seperti hari-hari biasanya, hari ini aku kembali di kerjai. Tapi kali ini, aku bukanlah seorang Chiko yang selalu lemah. Hari ini aku akan menjadi Chiko yang berbeda, chiko yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah menangis dan Chiko yang selalu tersenyum. Kulihat tadi raut kesal diwajahnya ketika dia tidak mendapatkan apa yang dia ingin dariku.

Ya, dia mengharapkan air mataku akan menetes. Tapi itu tidak aku penuhi, malah ku sunggingkan senyumku padanya. Dia tambah semakin kesal. Lucu sekali rasanya melihat ekspresi wajahnya. Mengingatkanku pada Fa'i saat kecil dulu, ketika dia kesal saat aku merusakkan mainannya. Ketika dia kesal saat aku memakan es krimnya. Fa'i kecil yang dulu selalu menjagaku, selalu melindungiku, selalu membelaku. 

Fa'i supermanku.....!!!

****

GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang