Game : Kedelapan

45.5K 2.5K 205
                                    

--FADLY POV--

Aku berjalan menuju ke kelasku. Rasanya hari ini begitu menyebalkan. Mau ngapa-ngapain tidak enak. Saat makan dikantin, yang ada makanan itu kubiarkan dingin tak tersentuh sedikitpun. Saat bermain basket dilapangan aku juga tidak konsen dalam bermain. Tak pelak tadi kepalaku terkena lemparan bola basket saat temanku mengoper bola kearahku. Sampai sekarang kepalaku masih terasa agak pusing. Sehingga aku memutuskan untuk kembali ke kelas saja. Namun saat perjalanan menuju ke kelas mataku tertuju pada seseorang yang baru keluar dari ruang kepala sekolah. 

'Itukan Rama?' tanyaku dalam hati. 

Bukannya dia di skors selama seminggu. Kenapa dia sekarang ada di sini. Tanpa sadar kakiku melangkah mendekatinya. Dia hanya menunduk seperti memikirkan sesuatu sampai tidak sadar aku telah di depannya.

"Wah, ada manusia homo disini." kataku dengan nada merendahkan.

Ramapun segera mengangkat kepalanya begitu mendengar suaraku. Wajahnya seketika menjadi penuh amarah saat melihat aku yang ada di depannya.

"ADA APA BRENGSEK!" katanya dengan nada tinggi.

"Eits..., tenang bro, jangan emosi. Lagian ngapain lo kesini bukannya lo di skors, heh?" kataku dengan seringai tajam.

"Itu bukan urusan kamu!" jawabnya dingin

Tiba-tiba kurasakan sebuah pukulan menghantam sudut bibirku membuatku jatuh tersungkur.

"BRENGSEK...! APA YANG LO LAKUIN HAH?" bentakku mencoba berdiri sambil mengelus sudut bibirku yang lebam dan sedikit mengeluarkan darah.

"Itu karena kamu sudah bikin aku dan Chiko mendapat masalah, dan asal kamu tau gara-gara ulahmu itu aku hampir kehilangan beasiswaku dan karena ulahmu juga Chiko harus dikeluarin dari sekolah." katanya dengan nada tinggi dan menekan.

Lantas diapun pergi meninggalkanku setelah sebelumnya dia mendorong tubuhku agar pergi dari hadapannya sehingga membuatku terhuyung tapi tidak sampai jatuh. Tetapi aku tidak menghiraukan itu. Pikiran tertuju pada kalimat terakhir yang di ucapkan Rama. Chiko dikeluarkan dari sekolah!. Heh, bibirku kembali menyeringai dingin. Tetapi entah mengapa hatiku tidak sependapat dengan bibirku. Apa ini?

***

--CHIKO ARIA POV--

Aku sedang tiduran di atas sofa ruang tengah sambil nonton kartun kesukaanku, Spongebob. Biasanya aku selalu tertawa melihat ulah Spongebob dan kawan-kawan. Tapi kali ini tidak tau kenapa selera humorku hilang. Yang ada aku hanya diam menatap kosong pada layar televisi itu. Mataku sembab, ada kantong hitam di bawah mataku. Akhir-akhir ini, di setiap malam aku selalu menangis dalam kesendirian. Dan akhir-akhir ini juga aku jarang makan. Sampai-sampai bik Sum khawatir akan keadaanku. Ya, hanya bik Sum lah yang menghawatirkanku selain kak Renita, dokter dan juga orang satu-satunya yang tau kalau aku mengidap penyakit kanker otak. Ya, aku mengidap penyakit ini sudah hampir enam bulan. Dan saat ini penyakit itu sudah sepenuhnya menguasaiku. Tinggal menunggu kapan penyakit itu akan membawaku pergi dari dunia ini. Dunia yang kelam dan sepi.

"Den, ayo makan den, makan malamnya sudah bibi siapin!" kata bik Sum yang menghampiriku.

"Aku nggak laper bi." jawabku datar.

"Tapi den, den Chiko sudah tiga hari nggak makan.." kata bik Sum cemas.

Aku hanya diam tak merespon

Ting...tong... Bel pintu rumah berbunyi

Bik Sum pun langsung pamit untuk membukakan pintu. Tak lama kudengar sedikit keributan di depan. Itu suara papaku. Telingaku merekam suara langkah yang semakin mendekat ke arah ruang tengah tempatku berada.

GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang