Game : Kedua

114K 3.2K 150
                                    

--CHIKO ARIA POV--

Jemari Fadly sudah berada di resleting celanaku dan sekali tarik kebawah, maka hancurlah sudah. Mata ini terpejam, tapi hujan tetep saja turun. tetesannya mengalir membasahi pipi ini. Tiba-tiba.

"Berhenti....!!!"

Sebuah suara yang sangat kukenal. Perlahan mata ini membuka dan betapa terkejutnya aku melihat Rama sudah ada di depanku sambil memegang dan menepis tangan Fadly yang hendak membuka resletingku.

"Apaan sih lo, ikut campur aja!" kata Fadly yang langsung berdiri

"Lo yang apaan, ini tempat umum, dikantin, ganggu selera orang makan aja." kata Rama dingin

"Lo tuh ya!!" kata Fadly geram, mengepalkan kedua tangannya

"Apa..??" kata rama menaikkan nada suaranya

Fadly hanya geram dan jengkel di hatinya. Tapi dia tidak mau menghajar Rama, dia tidak mau menanggung malu untuk kedua kalinya. Karena kemaren fadly dan rama sudah pernah berkelahi dan hasilnya Fadly kalah telak dari Rama. Lalu Fadly meninggalkan kantin bersama dua orang temannya, lebih tepatnya kacungnya. Akupun merasa lega karena apa yang aku takutkan tidak terjadi. Air mata ini tetap menetes, tapi yang keluar sekarang bukan air mata ketakutan dan kesedihan melainkan air mata bahagia karena Rama, orang yang selama ini kukagumi, eh mungkin orang yang kusakai telah menjadi pahlawanku hari ini, malaikat penyelamatku.

Saat hendak bibir ini berucap terima kasih, Rama pergi meninggalkanku dan menghapiri Rianty lalu mereka berduapun pergi meninggalkan kantin. Mata ini masih lekat memandanginya yang semakin menjauh dan menjauh. Ya, seperti kebiasaanku, hanya memandang dan memandang. Kurasakan ada yang mengalir di atas bibirku. Kukira itu adalah air mataku, lalu ku usap dengan tanganku, kulihat ada darah ditanganku. Kuusap lagi, ada darah lagi. Aku tersenyum lemah.

'Sebentar lagi..' pikirku.

***

---RAMA POV---

Ketika bel jam istirahat berbunyi aku segera keluar kelas. Karena tadi pagi sudah janji sama Rianty mau makan bareng di kantin. Saat aku keluar dia sudah menungguku di depan kelas.

"Cepet amat sudah sampe sini?" kataku terkejut

"Cepet dong, kan barusan naek pesawat, hehe.." katanya melucu

"Hehe, nggak lucu..!"

"Kalo nggak lucu kok kamu ketawa hehe.."

"Jadi kekantin gak?"

"Nggak ke kuburan, ya jadi lah!"

Rianty adalah temanku sejak kecil. Rumah kami pun berdekatan. Yah, meski dia orang kaya tapi dia tetep mau jadi temanku yang orang miskin ini. Sifatnya yang selalu humoris yang selalu menghiburku saat aku sedih. Kami langsung melangkah menuju kantin.

Sesampainya dikantin kita langsung pesan makanan dan duduk dibangku yang kosong. Kami ngobrol bercanda ria seperti biasa. Tiba-tiba saja kudengar suara agak ribut dikantin ini, kucari sumber keributannya, dia lagi, hehhh, bosan aku liat dia selalu dikerjai. Apa dia tidak sakit hati selalu dikerjai seperti itu. Apa dia tidak punya perasaan. Dasar laki-laki lemah.

"Heh, kasian juga ya si Chiko, tiap hari pasti dikerjani anak-anak." kata Rianty.

"Ngapain kamu ngurusin dia, udah makan, keburu bel."

"Eh, kamu kan temen sekelasnya, apa kamu gak kasian."

"Dianya aja yang lemah, mau-maunya dikerjain kayak gitu."

GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang