--FADLY POV--
Sesuatu yang hangat, basah dan lembut menempel di bibirku. Apa ini? Chiko menciumku? Tidak? Mataku terbelalak sempurna, kaget akan apa yang tengah dia lakukan. Aku berusaha melepaskan bibirku dari bibirnya. Tapi dia malah menahan tengkukku dan mempererat bibir kami yang berpagutan. Aku masih tetap berusaha menolaknya. Namun entah mengapa ada rasa nyaman dalam ciuman itu. Rasa nyaman yang terselip diantara timbunan rasa benci dan dendam. Perlahan akupun jadi terhanyut dalam ciuman itu.
Aku yang semula menolak lumatan Chiko kini malah membalas apa yang dia lakukan. Dia yang awalnya dominan kini aku yang mengambil alih. Kucoba membuka dan menerobos bibirnya. Menyelami setiap rongga-rongga mulutnya. Mataku terpejam, Lidah kami beradu, saliva kami menyatu. Aku resapi setiap lumatan bibirnya pada bibirku. Namun segera pikiranku kembali ke alam sadar. Kubuka mataku dan kudorong kuat tubuhnya yang membuat ciuman kami terlepas. Sehingga membuatnya jatuh ke tanah. Ku usap bibirku bekas ciumannya berkali-kali seolah itu adalah najis yang harus dihilangkan. Hatiku marah dan kesal.
"APA-APAAN LO, HEH!!" tanyaku dengan berteriak.
Dia hanya tersenyum di posisinya yang terduduk di tanah.
"Brengsek!! Apa yang lo lakuin.." kataku yang kini mendekatinya.
Ku cengkram kerah bajunya dengan kedua tanganku hingga membuatnya berdiri.
"APA YANG LO LAKUIN TADI, HAH!! Bentakku marah
Dia hanya tersenyum menatapku
"Dasar brengsek..."
Bughh..
Sebuah pukulan kulayangkan pada mukanya hingga membuatnya jatuh kembali. Ku hampiri dia lagi, ku pukul dan kutendang dia beberapa kali hingga membuat hidung dan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Darah merah yang sangat kontras dengan muka pucatnya yang putih. Dia diam tak merespon, hanya sesekali mengelap darah yang keluar terus melalui bibir dan hidungnya sambil tangan kirinya memegangi perutnya yang tadi kutendang. Ku cengkram krah bajunya kembali dan kulayangkan satu pukulan lagi. Dia kembali jatuh terjerambab ke tanah. Tergeletak diatas tanah dengan memar di sekujur tubuhnya. Simpah darah menodai wajahnya yang putih dan mulus. Mukanya sudah pucat pasi. Namun dia malah tersenyum memandangku dengan tatapan lemahnya. Oh shit, bisa-bisanya dia tersenyum saat sekarat seperti ini. Ku berjongkok di sampingnya dan kujambak rambutnya sampai kepalanya agak terangkat.
"Masih bisa senyum saat sekarat kayak gini? Heh, , cuiiiihhhh!!!" kataku yang terus meludahinya.
Dia malah menunjukkan senyum lemahnya di bibirnya yang sudah ternoda darah.
"Apa yang ssebenernya lo pikirin..!!! Bisa-bisanya lo senyum di saat kayak gini..!!" kataku berteriak bingung dengan apa yang dia pikirkan. Dan kali ini kudapati dia tersenyum kembali kepadaku.
"Oh shit...." kataku berdiri lantas menendang perutnya dengan kaki kananku.
"Bakal gue bikin lo gak akan bisa nampakin senyum lo lagi, inget itu!!" kataku.
Lantas akupun pergi meninggalkannya tapi sebelumnya dia kutendang sekali lagi dan tak lupa kuludahi. Akupun pergi dengan senyum seringai mengembang di bibirku. Kalian pikir aku pasti jahat. Iya, aku memang jahat, terus kenapa?
***
--CHIKO ARIA POV--
Badanku rasanya remuk sekali. Kepalaku rasanya sakit sekali. Bau amis dan anyir darahku begitu menyengat lubang hidungku. Aku kini tergeletak diatas tanah tak berdaya. Tapi itu semua akan segera berakhir. Rasa sakit ini akan segera berakhir. Sebentar lagi ini semua akan berakhir. Begitu juga dengan game ini. Dan aku yakin akulah nanti yang akan menang. Senyum lemah terpatri di bibirku mengingat aku dan Fa'i tadi berciuman. Aku tahu, Fa'i ku masih hidup. Hanya saja dia bersembunyi di balik kokohnya tembok dendam. Dan tembok itu aku rasa mulai roboh. Dan akulah yang akan merobohkannya dan membawa Fa'iku kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME
Teen FictionMemiliki paras yang cantik, mata yang bulat indah, bibir ranum merah bagai buah cherry, serta tubuh yang putih mulus adalah impian semua wanita di dunia ini. Tapi tidak untuk aku, aku yang terlahir sebagai seorang laki-laki yang dikaruniai semua hal...