Bukti saudara

5 1 0
                                    

       ~ Sisa hidup di bumi sedikit lagi
       buat cerita sebelum semuanya         
                terlambat, dan kamu,
      mungkin bukan penghuninya lagi ~
                                  .
                                  .
                                  .
Maaf ya lama menghilang🙏🏻.
Lagi sibuk. Asik sibuk.
Semoga kalian nggak lupa ya dengan alurnya. Kalau lupa baca ulang.

Jangan biasakan baca tapi nggak like kalau ada typo maaf ya. Ih nggak asik kamu mah🫵🏻

Selamat membaca sodara-sodara

Saat dimana matahari sudah tidak tersenyum lagi, dimana senyumannya mulai pudar. Namun keindahannya tetap memberikan kehangatan. Dimana langit saat itu akan digantikan dengan warna langit hitam dipenuhi dengan bola-bola cahaya yang terang menjadi pelindung agar warna hitam itu tidak sendiri.

Disisi lain, Kendaraan terus berlalu lalang seolah tak pernah berhenti. Manusia terkadang benci dengan suara kebisingan itu yang selalu memenuhi setiap sudutnya.

Tampak seorang pemuda dengan laju mengendarai sepeda motornya di atas kecepatan rata-rata. Suara yang ada dalam tubuhnya tak pernah berhenti. Pikirannya mulai adu kacau tak peduli suara klakson kendaraan yang lain disaat ia menyalipnya. Jika berurusan dengan itu, maka tujuannya akan sedikit lambat.

10 menit kemudian, Fenly tiba di rumah sakit cahaya Clara. Ia segera menepikan motornya dan menuju ke IGD. Dengan napas yang memburu ia hampir kewalahan.

"Gilang mana" suara Fenly memenuhi sudut ruang itu. Sontak semua yang ada di tempat itu menoleh pada arah suara.

"Tuh dia." Balas Lukman menunjukkan tempat Gilang terbaring dengan lemah. Tertidur di atas brankas rumah sakit, dan di pasang infus pada tangan bagian kanan.

"Fen, Gilang butuh donor darah." Suara itu dari mulut Rangga yang berucap dengan sedikit lemas tak berdaya.

Degup jantung Fenly seakan berhenti.
"Maksud lu apa." Balas Fenly dengan sedikit mengangkat dagunya.

"Pisau yang ketancap diperutnya, buat dia kehilangan darah banyak. Dokter bilang harus dilakukan donor darah gitu tapi diantara kita berempat nggak ada yang cocok." Jelas Rangga dengan sedikit menunduk.

Fenly segera menyandarkan tubuhnya tembok rumah sakit.
"Golongan Gilang apa?"

"AB Fen. Dokter juga bilang stok darah di rumah sakit habis." Balas Lukman mengingat ucapan dokter tadi.

"Bangsat. Itukan golongan yang jarang. Luk lu infoin digrup dulu ada yang punya golongan darah AB atau kalau nggak keluarganya gitu." Tutur Fenly

"Oke Fen." Balas Lukman cepat, lalu mengambil ponsel yang ada disaku  kantong celana, dan mulai menggerakkan jarinya.

Argasa melirik Fenly untuk segera duduk "Duduk dulu Fen. Lo pasti capek." Segera Fenly duduk lalu membungkukkan sedikit badanya tangannya menopang tubuhnya yang berat itu untuk berpikir bagaimana nantinya jika tak ada darah yang mereka dapatkan.

"Fen kata anak-anak nggak ada nih." Ucap Lukman ketika mendapatkan beberapa balasan dari grup wa Rangers.

Apa yang ditakutkan Fenly kini benar. Tak ada golongan darah AB yang mereka dapatkan.

"Gue keluar dulu sebentar. Kalau ada apa-apa, hubungi gue." Ucap Fenly mengangkat tubuhnya dan berjalan menuju pintu depan

"Oke Fen." Balas Rangga.

Sejak Fenly keluar dari bangun itu, ruangan yang tadinya berisik seketika semuanya bungkam. Pikiran-pikiran mereka dihantui dengan rasa takut. Seharusnya mereka mencoba untuk menghibur diri dua pencair suasana itu juga diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARGASA Dan RANGERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang