18. Feli sakit

48 2 0
                                    


Cahaya redup dari lampu tidur menerangi ruangan yang hening. Feli terbaring di atas kasur, wajahnya memerah karena demam. Napasnya terdengar berat dan sesekali ia merintih pelan. Di samping tempat tidur, ada sebuah meja kecil berisi segelas air hangat, dan sebuah termometer. Pintu kamar terbuka perlahan, dan muncul sosok Devan dengan membawa baskom berisi air hangat dan kain lap.

"Fel, kenapa nggak bilang kalau lo nggak enak badan dari tadi?" tanya Devan dengan lembut

"Aku nggak mau ngerusak momen bahagia kali ini." jawab Feli dengan suara lemah

"Jangan ngomong gitu. Yang penting sekarang lo harus cepat sembuh." ujar Devan lembut sambil menyodorkan gelas ke arah Feli

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan muncul sosok Damian membawa obat penurun panas dan sebutir vitamin C. Devan langsung keluar membawa baskop berisi air hangat untuk diganti dengan air baru dan memberi ruang kepada sepupu laki lakinya yang berkerja menjadi dokter untuk merawat Feli

"Nih, minum dulu," ujar Damian lembut sambil menyodorkan gelas ke arah Feli. Feli hanya mengangguk lemah dan meminum air tersebut perlahan-lahan. Setelah itu, ia menelan vitamin C yang diberikan Damian. "Terima kasih, kak" ucap Feli lirih. Damian mengusap lembut kening Feli yang terasa panas. "Istirahat yang banyak, ya. Nanti badannya cepat sehat." Feli hanya bisa mengangguk lemah. Damian terus berada di samping Feli hingga gadis itu tertidur pulas.

...

Rey dan Vero duduk di ruang tamu, sama-sama terlihat khawatir, mereka terus menatap pintu kamar Feli yang sedang tertutup. Setelah Damian keluar dari kamar Feli, mereka berdua langsung bergegas pergi ke dalam kamar Feli . Cahaya lampu kamar tidur menerangi wajah khawatir Rey dan Vero. Mereka duduk di samping tempat tidur Feli, tangan Vero menggenggam tangan kembaran nya tersebut. Wajah Feli terlihat pucat dan lesu. Rey mengusap lembut kening Feli yang masih terasa hangat.

"Gue nggak nyangka kalau liburan kita kali ini berakhir seperti ini, Cepat sembuh, ya, Fel" gumam Rey lirih. Lalu mereka pergi meninggalkan kamar adik nya setelah melihat Feli sudah nyenyak dalam tidurnya.

Ke esokan pagi nya, para sepupu Feli sarapan di ruang makan dengan tenang, tidak ada perdebatan dari pagi karna takut menggangu istirahat sang adik sepupu nya yang sedang sakit.

"Kalian udah pada nengok Feli belum?" tanya Daffa sambil menatap para sepupu nya yang sedang berkumpul di ruang tengah. Wajahnya terlihat khawatir.

"Udah, tadi pagi. Masih aja demamnya," jawab Marvin lesu.

"Padahal kemarin dia kelihatan sehat-sehat aja," timpal Nevan.

"Iya, gara-gara terlalu excited di timezone," tambah Rafa sambil menggelengkan kepala.

"Gua udah siapin bubur ayam kesukaan dia, semoga dia suka" kata Nathan.

"Kakak harap Feli cepat sembuh," Doa Javas untuk sepupu perempuan satu satunya itu

"Aku juga, bang. Kita doakan saja yang terbaik untuk Feli." timpal Jevan dengan wajah serius

Rey terus merutuki dirinya sendiri. Sebagai kakak tertua, seharusnya ia lebih peka terhadap kondisi Feli. Namun, kemarin, kesenangannya di timezone telah membutakan matanya. Demam yang hanya sekadar flu bagi orang lain, terasa seperti bencana besar baginya. Kegagalannya menjaga adik bungsunya membuatnya merasa sangat bersalah. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga baginya tentang arti tanggung jawab sebagai seorang kakak.







Menurut kalian, apa yang akan terjadi selanjutnya? Tulis di kolom komentar ya!

Jangan lupa vote dan komen ya, guys! Pendapat kalian sangat berarti buat aku dan Terima kasih banyak untuk semua vote dan komentarnya. Kalian the best!

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang