My Senior Is My Love 6

215 23 1
                                    

Sudah hampir sebulan sejak aku dan Lookkaew berbicara di taman kampus itu. Sejak saat itu, kami tetap bertegur sapa seperti biasa, tetapi selalu ada batasan yang tak kasat mata di antara kami. Sebuah dinding tak terlihat yang membuatku menahan diri untuk tidak terlalu dekat. Namun, di balik semua itu, aku masih merasakan perasaan yang sama-sebuah kekaguman, ketertarikan, dan rasa cinta yang belum sepenuhnya padam.

Hari ini, kampus sedang riuh dengan berbagai kegiatan. Ada festival olahraga tahunan yang diselenggarakan oleh organisasi mahasiswa. Semua orang tampak antusias, dan tentu saja, aku dan gengku yaitu 2T tidak mau ketinggalan. Kami mendaftarkan diri di berbagai cabang, berharap bisa meraih kemenangan, atau setidaknya membuat keramaian.

Di lapangan, aku melihat Lookkaew sedang berbicara dengan beberapa teman seorganisasinya. Dia tampak begitu serius dan fokus, seperti biasanya. Tanpa sadar, aku tersenyum. Meski kami berbeda dalam banyak hal, ada satu kesamaan di antara kami: kami berdua sama-sama keras kepala dan tidak mau kalah.

"Ayo, Anda! Ikut lomba balap karung!" teriak Noon, menarikku kembali ke kenyataan.Aku mengangguk dan bergabung dengan mereka. Balap karung memang bukan keahlianku, tapi semangat kompetisi selalu mengalir dalam darahku. Saat sedang bersiap-siap, aku melihat Lookkaew mendekat, berjalan dengan senyum yang sulit diartikan.

"Kamu ikut lomba ini juga?" tanyanya, mengejutkanku.

Aku tertawa kecil. "Kenapa, takut aku menang?"

Lookkaew mengangkat alisnya, tersenyum menantang. "Mungkin saja aku yang akan menang."

Aku merasakan semangat kompetisi mulai membara dalam diriku. "Baiklah, kita lihat siapa yang lebih hebat," jawabku sambil melangkah maju, menerima tantangannya.

Lomba dimulai dengan suara peluit. Kami semua mulai melompat-lompat dengan karung yang membungkus kaki kami. Sorak-sorai penonton membahana, menyemangati kami yang berlomba dengan sepenuh hati. Aku bisa merasakan Lookkaew tepat di sampingku, wajahnya penuh semangat. Entah bagaimana, meski bersaing, aku merasa lebih hidup dari sebelumnya.

Namun, seperti yang sering terjadi dalam hidup, sesuatu yang tak terduga terjadi. Saat aku hampir mencapai garis finis, Lookkaew tersandung dan jatuh. Tanpa berpikir panjang, aku berhenti dan menoleh ke arahnya. Dia terjatuh cukup keras, dan tampak meringis kesakitan.

"Anda, lanjutkan saja!" teriak Noon dari belakangku. "Kamu hampir menang!"Tapi aku tidak peduli. Alih-alih melanjutkan, aku melepaskan karung dari kakiku dan segera berlari ke arah Lookkaew. Aku berlutut di sampingnya, membantu mengangkatnya.

"Kamu baik-baik saja?" tanyaku khawatir.

Lookkaew menatapku dengan mata terkejut. "Kenapa kamu berhenti? Kamu bisa menang..."

Aku menggeleng. "Aku nggak peduli soal kemenangan itu. Yang penting kamu nggak kenapa-kenapa."

Lookkaew tersenyum tipis, meski masih menahan sakit. "Kamu benar-benar keras kepala, ya..."Aku tersenyum kembali. "Kamu juga keras kepala. Jadi, kita impas."

Kami berdua tertawa, meski di tengah rasa sakit dan kekecewaan. Aku membantu Lookkaew berdiri dan membawanya ke tepi lapangan. Beberapa panitia lomba mendekat, memastikan Lookkaew baik-baik saja. Saat itu, aku sadar betapa anehnya kami berdua-dua anak keras kepala yang selalu mencari cara untuk menang, tapi juga saling peduli di saat-saat yang tidak terduga.

"Terima kasih, Anda," kata Lookkaew pelan. "Aku tahu kamu benar-benar ingin menang."

Aku menggeleng. "Bukan soal menang atau kalah, Lookkaew. Kadang... ada hal lain yang lebih penting daripada sekadar menang."

Dia menatapku dalam-dalam, seperti mencoba membaca isi hatiku. "Aku mengerti sekarang," ujarnya. "Mungkin... kita berdua sama-sama keras kepala, tapi dalam hal yang berbeda."

My Senior Is My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang