5. Menjadi Yang Lebih Baik

95 9 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, di balik tirai yang terpancar matahari menembusnya itu terlihat lah sepasang suami istri yang tengah tertidur pulas. Dengan posisi laki laki yang memeluk punggung polos sang perempuan, sementara sang perempuan menyembunyikan kepalanya di dada laki laki itu.

Setelah melaksanakan kegiatan tadi malam, Vellyn merasa tubuh nya sulit di gerakan. Apa lagi bagian bawah nya itu, sekali gerak pasti terasa sakit.

Ganasnya permainan tadi malam membuat vellyn trauma sedikit dengan gempuran dari Algra, apa lagi dengan anteng nya sekarang Algra tertidur pulas dengan wajah tenang.

Tidak dengan nya yang bangun bangun langsung di serbu dengan pemandangan indah.

"Astaga! Padahal tadi malam aku bermain, dan dia tidak memakai apa apa, kenapa sekarang baru terpesona sama badannya?" ucap Algra.

Tangan mungil nya bermain di dada laki laki itu yang tak memiliki alas apapun. "Pahatan Tuhan memang indah, jujur aku berharap ini bukan mimpi kalo aku punya suami setampan kamu?"

Vellyn terkekeh geli. "Ganas, galak kek nya, terus dingin.... Bonus nya ya cuman tampan. Coba kalo —"

"Kau bilang apa tadi?"

Vellyn seketika membulatkan matanya ketika mata Algra tiba tiba saja terbuka. "Kau bilang apa tadi hmm?"

Vellyn gelagapan, ia menggigit bibir bawahnya. "Engga kok"

"Aku dengar tadi..."

Vellyn segera menunduk malu, oh ayolah ia salting!

"Kenapa tidak jujur saja kalau aku tampan?" tanya nya. "Dan apa tadi, ku kira kau benar benar memuji ku."

"Maaf..." cicit Vellyn. "Tuan memang tampan, tapi aku rasa kurangin dinginnya—ups!"

Oh tidak! Vellyn keceplosan, Algra menaikan alisnya sambil tersenyum.

"Jangan panggil aku Tuan, panggil Mas..." ucap Algra membenarkan ucapan Vellyn, karena agak lain git.

"I-iya, Mas Al maksudnya. Aku panggil kamu kek gitu boleh?"

Algra mengangguk. "Aku lebih suka panggilan dari kamu sendiri, sayang."

Pipi Vellyn merah seperti tomat sekarang, ia yakin jika bersama Algra terus pasti ia sudah merah setiap saat.

"Oh iya Are—" Vellyn baru ingat kalau tidak melihat Areksa, takut nya bayi itu akan menangis namun...

Rasa nyeri di bagian bawahnya membuat Vellyn terduduk sembari menahan rasa sakit itu, Algra yang tahu akan hal itu pun,

"Saya terlalu kasar ya tadi malam?" tanya Algra.

Vellyn mengangguk.

"Apa itu benar benar perih, kalau iya saya akan panggil dokter." ucap Algra.

Vellyn menggeleng. "Mungkin bentar lagi engga sakit, aku cuman takut Areksa nyariin aku."

"Kalau begitu biar Saya bawa Areksa kesini, kamu diam saja. Jangan bergerak." ucap Algra berdiri lalu berjalan keluar ruangan.

Vellyn menatap punggung Algra hingga hilang, kemudian ia beralih kepada tirai kamarnya.

Beberapa saat kemudian Algra datang membawa Areksa yang ia gendong, benar saja anak itu sekarang sedang menangis, merindukan Vellyn atau sedang lapar.

Vellyn segera menggendong Areksa, sementara Algra duduk di sebelah Vellyn.

"Areksa haus ya? Cup cup... Anak Mama kok nangis sih ini Mama ada disini loh" Vellyn berusaha membujuk agar Areksa tak menangis lagi.

"Dia lapar" ucap Algra.

Ya, Vellyn tahu tapi tidak mungkin lah ia mengeluarkan barang berharga nya di depan Algra?

"Tapi Mas Al mandi aja sana ntar telat ke kantor." ucap Vellyn.

"Tidak. Saya ingin mengawasi mu bersama Areksa" alibinya, padahal yang jelas Algra ingin sesuatu...

Areksa menarik narik kancing piyama milik Vellyn, membuat perempuan itu terpaksa membuka sedikit kancing itu.

"Di depan suami tidak apa apa, lagian tadi malam juga saya sudah melihat nya" kata Algra berhasil membuat Vellyn kembali seperti tomat.

Setelah itu, bayi areksa langsung menyantap makanannya pagi ini dengan rakus dan ganas. Sama seperti Algra tadi malam, maklum bapak sama anak gak ada bedanya.

"Jangan rakus dong, sayang. Kan gak ada yang ngambil selain kamu." ucap Vellyn.

Kemudian ia melihat Algra yang melihat Areksa dan juga benda yang di hisap Areksa, Vellyn tahu apa yang di pikiran Algra sekarang.

"Mas, jangan di liat terus! Mending kamu mandi deh!" ucap vellyn malu.

Algra tak menghiraukan, bahkan ia mendekat. "Andaikan saya bisa menjadi Areksa."

"Mas cemburu?"

"Tidak tahu. Tetapi saya iri melihat kamu lebih perhatian sama Areksa," ucapnya. "Benar, kalau anak lelaki adalah musuh utama Papanya."

Vellyn terkekeh, ia kembali menatap Areksa yang menampilkan wajah lucu nya itu. "Sayang, kamu mau engga berbagi?" tanya nya.

Areksa yang mengerti maksud nya pun ia seseorang menutup bagian benda menonjol sebelah samping, agar Algra tidak bisa memakai nya.

Vellyn tertawa. "Areksa engga ingin berbagi"

"Awas kau Areksa! Kembali saja kau ke perut Mama mu." ucap Algra tak Terima, ia tidak boleh kalah dari anak sendiri.

Vellyn tersenyum melihat interaksi keduanya.

"Mas Al dekat banget sama Areksa ya,"

"Dulu sih tidak. Entahlah semenjak kamu berubah saya bisa dekat dengan Areksa." katanya.

****

TRANSMIGRASI GADIS BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang