27. Tidak Semua Harus Baik-Baik Saja

23 2 0
                                    

Part 27

Tidak semuanya harus baik-baik saja

Adimas berlari dari area parkir sambil membawa berkas-berkas menuju ruang sidang. Siapa yang mengira akal-akalan 'pikun' ini akan membuatnya lupa akan hal penting, seperti tanggal Sidang proposalnya. Ketika sampai, ia disambut oleh Jeffry dan satu teman angkatannya yang akan sidang dengannya hari ini. Temannya kemudian bernafas lega ia kemudian menyambut Adimas dengan menepuk bahunya, "Untung lo lebih cepet, Dosen-dosen belum pada dateng, siapin naskah lu di meja sekarang."

Adimas mengangguk kemudian ia tersenyum, "Makasih ya Dit," katanya tulus. Jeffry disana ikut tersenyum sambil memberikan gerakan mimik semangat, ia kemudian terdiam sesaat setelah Adimas masuk dan tidak lama para dosen datang ikut masuk. Tak lama kemudian, para Dosen mempersilahkan mahasiswa yang hadir sebagai peserta sidang untuk masuk mengikuti sidang. Jeffry terdiam melihat Adimas yang melarikan matanya kesana kemari, tidak terlihat tenang sama sekali.

"Adimas, kenapa kamu pilih topik penelitian ini? Bukannya ada topik lain yang lebih cocok untuk dipelajari pada era sekarang ya?"

Jeffry melemparkan senyuman sesaat sebelum Adimas menjawab, lelaki itu tersenyum sumringah, "Karena menurut saya topik penelitian ini masih belum banyak dibicarakan secara mendalam terlebih pada sisi variabel yang ingin saya teliti –" jawaban mengalir deras dan lancar dari Adimas. Para dosen juga terlihat puas dengan jawaban yang dipaparkan, setelah semua selesai, waktunya pengumuman hasil sidang.

Namun, belum sempat ketua penguji menyampaikan hasil, Adimas tumbang. Jatuh pingsan di mimbar yang menjadi pusat perhatian baik para peserta sidang ataupun penguji. Jeffry berlari kencang menuju tempat sahabatnya, tangannya berkali-kali menepuk pipi Adimas, dengan cekatan beberapa temannya menggotong Adimas menuju kursi untuk bisa dibaringkan.

Mimpi buruk itu, ternyata baru dimulai.

-

"Udah selesai semua gini Bi, leha-leha dong lu?"

Bienka Cuma tersenyum simpul lalu menatap lawan bicaranya yang sedang menyendok penuh es campur, "Selesai apanya, No. Wisuda aja belum gue," balasnya berdecak kesal. "Hah, padahal telat sehari dari gue dapet acc Prof. Dian, tetep aja nggak kesampean wisuda bulan depan," imbunya berkeluh kesah.

"Ih kata gue sih lu tetep keren, udah keluar juga SKL sama BAP lu. Tinggal daftar wisuda aja yang gak nutut, gak bayar ukt lagi kan? Mending main."

Junaid melirik sinis ke Keano yang menjawab keluh kesah Bienka, "Orang mah cari kerja, intern, pengabdian buat nambah CV. Otak lu isinya liburan mulu ah," semburnya. "Tapi iya ya, nganggur kita hampir satu semester, mau ngapain Bin lu rencana?"

Bienka berfikir sejenak sambil menatap Junaid, kedua temannya sudah lulus. Memang kepalang sial ia dan Junaid dapat dosen yang susah diajak bekerja sama. Ditemui sudah, tidak ditemui makin hilang. Keduanya berakhir terlambat mendaftar wisuda hanya karena tidak mendapatkan acc lebih awal dari dosen untuk pengesahan BAP yang sudah terbengkalai dua minggu lamanya. Kinan dan Prias hari ini sedang menuju ruang akademik untuk memilah-milah toga, Bienka dan Junaid Cuma bisa menunggu keduanya di selasar teknik.

"Intern gak sih mending, Jun? Bisa nambah CV, cari yang paid juga biar enggak rugi kita."

"Bisa, dimana tapi ya? Soalnya cari yang paid tuh kalau enggak di Perusahaan gede, bisasanya Cuma dikasih 2M."

"Gede tuh," celetuk Keano. Juanid memutar bola matanya malas, "Makasih Mas/Mbak, maksudnya" jelas Junaid membuat Keano membulatkan mulutnya diikuti suara 'ooh'. "Lagian buru-buru amat kalian, temenin aja gue disini. Gue masih lama.."

Philophobia [Doyoung-Sejeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang