6. One Step Closer

131 23 15
                                    

Part 6

One step Closer

"MANA ADA !"

Bienka tergelak tawanya untuk kesekian kalinya melihat Daniel dan Junaid bergantian yang sedang memegangi perut mereka yang sakit dikarenakan tertawa, "Beneran tanya sendiri anjir kalo dia dateng !"sambung Daniel sambil menunjuk –nunjuk Bienka dengan stick balloon.

"Seriusan dia ngigo gitu bii, Hhh Bien jangan lama –lama kesel gue pegang banner hshsh. Gue kemarin sama Daniel, Wira langsung ketawa terus dia bangun bilang berisik gitu."Junaid menambahkan sambil memeragakan bagaimana orang tersebut berbicara. "Asli gila kalo lo disana pasti udah lo kata-katain si Adimas."

"Oh, kalian dari tadi ngomongin gue ? Pantes panas banget kuping gue."kata seseorang diambang Pintu sambil mengangkat kardus, "Bagus ya, CO kesek malah jadi perkap disini terus CO perkap jadi anak pdd bareng sama anak kesek."omelnya sambil menaruh kardus tersebut ke dalam sekretariat BEM.

"Bacot lu bahlul sini."kata Bienka kemudian menyuruh Adimas duduk disampingnya, "Semalem ngapain lu, mimpi apa hah ?"

Adimas menaikkan alisnya, "Hah mimpi apa gimana ?"

"Semalem lu ngigo tau dim, Bien jangan lama –lama."kata Daniel menirukan gerakan Adimas lagi.

"Buruan Bien, tangan gue pegel pegang banner.."Junaid ikut menambahkan dengan aksen yang dibuat sama ketika Dimas tertidur, lalu ketiga orang di sekre tergelak tawanya bersama seperti saat pertama. Sedangkan Adimas hanya diam mencerna apa yang mereka tertawakan sejak tadi.

"Kalo gainget yaudah, gue tau lo pikun akut. Udah-udah kasian otak lu."kata Bienka setelah tertawa dan menepuk –nepuk bahu Adimas, "Gue mau ke kopma, kalean ada mo nitip ?"

"Ultramilk coklat."

"Aqua."

"Rebo jangan lupa."

Kemudian Bienka berlalu sambil berjalan keluar sekre menuju koperasi mahasiswa yang letaknya memang cukup jauh dari gedung mereka. Hitung –hitung ia melakukan gerakan hidup sehat masyarakat, jadi ia berjalan untuk menghasilkan keringat dan aktivitas fisik yang cukup. Melihat banyak mahasiswa mengantre membuatnya langsung memutar balikkan badan, cari tempat lain cari tempat lain, ucapnya terlebih pada dirinya sendiri.

Ia berjalan beberapa saat kemudian berhenti di kantin terpadu fakultas teknik, tidak begitu ramai tapi yang Bienka tidak terlalu suka adalah. Asap rokoknya, ya meskipun anak –anak di jurusannya juga mayoritas perokok tapi Bienka bukan seseorang yang nyaman atau tolerir dengan asap nikotin itu.

Dengan nafas yang sengaja ia tahan dan hemat –hemat, ia menyelesaikan transaksinya dan mulai berjalan kembali menuju sekre untuk mengkonsumsi dan juga mengantarkan pesanan teman- temannya. "Bi !"

MAMPUS, INI SIAPA YANG MANGGIL GUE BI BI BI DI KAMPUS !

Laki –laki itu berlari menuju ke arah Bienka, "Hey, kok sendirian sih."

BENERAN KEANO

"Hei, kok lu sampe di kampus gue sih ?"tanya Bienka berbasa-basi sambil menyipitkan mata, pasalnya Keano berdiri disamping Bienka tepat membawahi sinar matahari yang membuatnya makin bersinar dibawah terik siang hari ini.

"Hah, iya lagi survey tugas pkm nih. Minat ngisi nggak ?"katanya sambil menyerahkan selembar kertas formulir pada Bienka, em lebih tepatnya sih kuisioner.

"Sasarannya anak teknik ?"tanya Bienka lagi sembari mengoreksi, menghindari tatapan Keano yang jelas membuat hatinya bergetar terus menerus bak jelly. "Lah, psikologi gitu."katanya sambil menatap Keano kembali, dengan mendongak sambil menyipitkan mata.

Philophobia [Doyoung-Sejeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang