HAMSYA || PART 1

142 28 14
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Pentingnya kesetaraan dalam sebuah pernikahan, agar tidak merasa excited sendirian."

Hamizan berkacak pinggang menatap Naqeesya dari ujung kaki hingga ujung kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hamizan berkacak pinggang menatap Naqeesya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Jangan curang dong, Sya."

Alisnya terangkat satu. "Curang apa sih maksud Abang?"

Pria itu menunjuk menggunakan dagu, menilik penampilan Naqeesya yang tanpa rasa malu hanya mengenakan crop top serta hotpants. "Lihat aurat Abang keberatan banget kayaknya, padahal aurat laki-laki hanya sebatas pusar sampai lutut. Terus apa ini maksudnya? Padahal, kan Sya tahu kalau aurat perempuan itu sekujur tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan."

"Kalau Abang keberatan nggak usah dilihat. Sya kalau di rumah, apalagi di kamar ya kayak gini. Repot banget sih, Bang Hamizan!"

Dia pun berdecak seraya geleng-geleng kepala. "Ya beda atuh, Sya. Nggak risih atau malu gitu?"

"Kalau telanjang depan Abang baru malu. Lagian, masih pake baju juga ih. Perasaan Ayah aja nggak pernah protes deh," keluhnya.

"Beliau ayah kandung kamu, beda sama Abang."

"Sama, Bang hukumnya tetap mahram."

Hamizan pun menghela napas panjang. "Okee, terserah kamu, Naqeesya."

"Ya udah tidur, ngantuk. Udah malem juga," sambungnya lalu menaiki ranjang.

"Terus Abang tidur di mana?"

"Maunya Abang di mana? Terserah Abang, suka-suka Abang. Lagian ini, kan kamar Abang. Kok jadi malah Abang sih yang linglung!"

Hamizan dibuat cengo seketika. "Nggak ada drama rebutan tempat tidur?"

Alis Naqeesya terangkat satu. "Buat apa? Ribet, orang cuma tidur doang juga. Udah deh, Bang apa susahnya sih tinggal rebahan terus merem, nggak usah banyak wawancara. Sya udah ngantuk berat ini."

"Kita? Tidur satu ranjang?"

"Ternyata aslinya bawel ya, Abang. Daritadi ngoceh mulu perasaan. Iya, Bang, iya. Udah sini, tidur."

Bukannya mengikuti titah Naqeesya, Hamizan justru memutar arah seraya berkata, "Kayaknya Abang tidur di kamar Hazman aja deh, Sya."

Naqeesya yang sudah rebahan, kembali duduk seketika. "Ya sok atuh silakan, tapi jangan minta bantuan Sya buat bohong sama Papa dan Buna ya kalau besok pagi kena interogasi. Sya nggak mau nambah dosa lagi."

"Sya ini kamu serius nggak keberatan tidur satu ranjang sama Abang?"

"Nggak. Kalau Abang masih nanya lagi, Sya nggak mau ya tidur samping-sampingan sama Abang, tidurnya gelar tikar aja sana di bawah!" putusnya lalu kembali berbaring dan menutup seluruh tubuh dengan selimut.

HAMSYA [ Seni Menata Hati ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang