HAMSYA || PART 9

149 28 25
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Niat hati ingin menghindari masalah, justru malah semakin parah."

"Buna nemuin ini di nakas," katanya seraya menyerahkan sebungkus obat yang Naqeesya sengaja sembunyikan di antara tumpukan buku-buku kuliah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buna nemuin ini di nakas," katanya seraya menyerahkan sebungkus obat yang Naqeesya sengaja sembunyikan di antara tumpukan buku-buku kuliah.

Naqeesya meringis kecil. "Buna mau marahin, Sya ya?"

Kening Hamna justru mengernyit. "Marah? Untuk apa?"

"Gara-gara Sya konsumsi morning after-pill atuh."

Mata Hamna membulat tak percaya. "Ini yang Sya maksud morning after-pill? Jangan bohongin Buna deh, Sya. Ini mah pil penyubur kandungan kali."

"Hah?! Apa, Buna?!"

"Sya dapat pil ini dari siapa coba? Bisa-bisanya pil penyubur kandungan dikira morning after-pill. Sya baca nggak sih kemasannya?"

Bahu Naqeesya merosot seketika, lalu menggeleng lemah. "Sya nggak baca, cuma ngikutin arahan apotekernya aja, Buna. Terus gimana atuh, Sya udah rutin konsumsi pil itu," katanya begitu panik.

Hamna menepuk jidatnya. "Ayah sama Bunda Sya hobi banget baca, anaknya boro-boro baca buku. Obat aja asal minum, tanpa tahu itu obat apaan. Kalau itu racun gimana, Naqeesya? Ya Allah!"

Naqeesya mencebik, memainkan ujung kemeja yang dikenakannya. "Gimana atuh, Buna? Sya takut hamil."

"Di mana Sya beli pil ini? Masa ada apoteker yang teledor sih. Jelas-jelas morning after-pill sama pil penyubur kandungan itu beda jauh."

"Apotek seberang jalan itu lho, Buna. Sya bilangnya morning after-pill kok, bukan penyubur kandungan. Sya nggak mungkin typo, soalnya, kan ngomong langsung."

"Kapan belinya?" tanya Hamna penasaran.

"H+3 setelah kejadian malam itu, Buna."

"Ya Allah, Ya Rabbi, itu hampir tiga bulan lalu, Naqeesya. Sudah haid belum?"

Naqeesya pun menggeleng pelan, semakin resah dan panik dibuatnya.

"Bang Hamizan tahu soal ini?"

"Tahu, orang Bang Hamizan kok yang nganter Sya ke apotik, tapi emang cuma nganter doang, nungguin di parkiran."

"Hamizan!" teriak Hamna cukup lantang.

Sang putra langsung datang dan menghampiri Hamna dengan langkah cepat. "Iya, Buna kenapa?"

"Abang jahilin istrinya, ya? Ini pil penyubur kandungan, bukan morning after-pill!"

Mata Hamizan membulat seketika. Dia menggeleng tegas. "Abang nggak tahu apa-apa, Buna. Abang nggak pernah lihat obat itu, orang disembunyiin Naqeesya supaya nggak ketahuan Buna sama Bunda katanya. Abang ke apotik ya cuma nganter doang, udah selesai."

HAMSYA [ Seni Menata Hati ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang