BAB 11
Davina sedang bersiap kembali ke rumah kos. Seharian bergulat dengan tugas-tugas membuatnya penat. Letih sangat menyiksa. Belum lagi kejadian demi kejadian di rumah kos itu, pikirannya kalut saat ini. Sempat terlintas ingin pindah kos, tapi Davina sangat ingin tahu ada apa sebenarnya di rumah kos itu.
Tenang Davina, ada mas Pram yang akan membantu kamu.
Ditepisnya perasaan itu. Pram memang perhatian tapi belum tentu menyukainya. Pram memberitahu padanya kalau dia sudah menunggunya di depan gedung perkantoran. Tanpa pikir panjang lagi Davina turun. Meninggalkan rekan-rekannya di kantor ini yang masih berkutat dengan pekerjaannya.
Rekan kerjanya yang sekaligus teman kosnya - Tomi - melihat kepulangannya. Dia bisa menebak kalau Davina sudah dijemput Pram. Diremasnya gelas minuman kopi yang dibelinya di sebuah kedai di lantai dasar. Pecah. Isinya tumpah mengenai keyboard laptop dan meja. Sebagian besar tumpah membasahi lantai.
"Tom.., lu kenapa?", tanya Aida kaget.
"Ngga papa. Cuma tertekan aja gelasnya", ujar Tomi sekenanya. Mukanya merah. Menahan amarah yang besar. Menahan kecemburuan. Dan kegeraman. Sejak pertama kali Davina datang, Tomi sudah emnarush rasa pada gadis itu. Wajahnya yang cantik dan kulitnya yang putih membius bukan hanya dirinya tetapi semua pria penghuni kos itu.
Davina sudah sampai di lantai dasar gedung perkantoran itu. Menghampiri laki-laki yang mencangklong tas backpack di salah satu bahunya. Pram semakin terlihat ganteng dengan paduan kemeja biru gelap dan celana hitamnya. "Mas Pram. Kita langsung pulang?"
"Kita cari tempat buat nongkrong dulu Vin. Habis itu kita pulang dan beli makanan deket kos"
Pram dan Davina mencari tempat untuk sekedar merelaksasikan pikirannya. Menelaah dan mencari tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Di rumah kos itu.
"Aku pengen cari tahu Vin. Apa isi dari rumah di samping itu"
"Caranya mas?"
"Kita pulang larut malam. Akhir-akhir ini gerbang tak pernah dikunci lagi tepat jam 10 malam"
"Mas. Jangan macem-macem ah. Nanti mereka tahu kita sedang menyelidikinya"
"Its oke Vin, tenang aja. Aku yang tanggung jawab. Aku juga sedang selidiki Ilham atau Tomi. Siapa yang ikut permainan ini"
Pram mengeluarkan sebuah sapu tangan yang dia dapatkan di depan tangga. Di dekat kamar Ridwan. Dia menunjukkannya pada Davina. Dia menceritakan mengenai sapu tangan itu. Pram meminta Davina untuk menciumnya. "Kamu cium sapu tangan ini. Tapi jangan terlalu dekat dengan hidung". Davina menurutinya. Bau menyengat. Dia tak mau menyiumnya lagi. Bau itu telah membuatnya pusing. Dan mual.
"Itu sapu tangannya dikasih apa mas"
"Sapu tangan ini milik orang itu. Aku yakin ini ada obat biusnya. Pasti digunakan untuk membius Vin"
"Ha!. Pantas baunya menyengat sekali. bikin aku puyeng"
"Ya...", respon Pram singkat.
"Tapi kita tidak tahu mas. Apa Ayu, Miftah dan Ridwan juga dibius pakai sapu tangan ini"
"Benar juga kamu Vin". Pram terus berpikir. Sebenarnya sapu tangan ini punya siapa. Punya Tomi atau Ilham. Dua pria yang mirip namun tidak memiliki hubungan saudara itu. Atau ada pria lain yang suaranya mirip Tomi dan Ilham. Karena pada saat itu aku terkejut. Sedang dalam ketakutan. Jadi aku tidak jernih mendengarkan suara itu milik siapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH KOS
Mystery / ThrillerSeorang gadis yang cantik merantau dari kota Semarang ke kota Jakarta. Davina diterima bekerja sebagai seorang sekertaris CEO sebuah perusahaan swasta. Sebagai gadis yang baru nebapakkan kakinya di kota sebesar Jakarta, Davina tidak teliti dalam mem...