1. Pertemuan pertama kita

24 1 0
                                    

“November memang tidak bisa diprediksi, seperti halnya bertemu kamu yang tidak bisa aku prediksi sebelumnya”

“November memang tidak bisa diprediksi, seperti halnya bertemu kamu yang tidak bisa aku prediksi sebelumnya”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menengadah ke langit, awan hitam pelan-pelan mulai menyelimuti langit. Sepertinya hujan akan segera turun. Aku mempercepat langkahku untuk mencari halte terdekat.

Tuk!

Aku bisa merasakan tetesan hujan mengenai kulitku. Alih-alih mencari halte terdekat, sepertinya aku harus segera mencari tempat berteduh. Aku mengedarkan pandangan, tatapanku jatuh pada sebuah bangunan toko peralatan di ujung jalan.

Aku berlarian kecil menuju bangunan itu, tepat setelah aku sudah berlindung di bawah bangunan itu, hujan turun dengan derasnya. Aku semakin mundur dan merapatkan diriku pada tembok. Hujan deras disertai angin yang berembus dengan kencang membuat aku sedikit terkena percikan air hujan.

Aku memeluk diriku sendiri yang mulai kedinginan. Sialnya aku tidak membawa sebuah jaket ataupun cardigan.

Aku mendesah kesal.

Padahal sebelum berangkat menuju kampus aku sempat mengecek prakiraan cuaca dan di sana tidak tertulis akan ada hujan deras, November kali ini benar-benar tidak bisa aku prediksi.

Di tengah hujan yang deras aku melihat seorang pria dengan payung berwarna biru bermotif bunga kamboja sedang menerobos hujan. Aku tadinya berpikir pria itu hanya sekadar lewat, tapi ternyata dia juga ikut berteduh. Mau tidak mau, aku bergeser sedikit untuk memberikan pria itu ruang. Pria itu menutup payungnya dan menyimpannya di lantai.

Aku hanya bingung, kenapa dia harus ikut berteduh? Jelas-jelas dia membawa sebuah payung, dan halte pun berada sudah tidak jauh dari sini.

Aneh ... itulah kesan pertama yang bisa aku simpulkan untuk pria yang ada di sampingku ini.

Aku rasanya ingin beranjak dari sini, jujur saja aku tidak nyaman berada dalam jarak sedekat ini dengan orang asing. Aku hanya ingin hujan segera  berhenti agar aku bisa langsung pergi.

10 menit telah berlalu, alih-alih berhenti hujan malah semakin deras. Aku sangat kedinginan sekarang, aku semakin memeluk diriku.

Pria di sampingku hanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa, aku juga enggan untuk memulai pembicaraan. Aku memperhatikan pria itu dari ekor mataku, bisa aku simpulkan sepertinya dia seumuran denganku, memiliki alis yang tebal dan hitam, dan dia sangat tinggi. Hm ... apalagi, ya?

Tapi, tunggu ... kenapa aku malah memperhatikan pria itu?

Sepertinya ini efek hujan jadi aku mulai melantur.

Aku mengerjap-ngerjap saat sebuah tangan menyodorkan ke hadapanku sebuah jaket berwarna biru bergambar doraemon. Aku lantas menoleh, mendongak untuk bisa menatap matanya.

Aku mengerutkan dahi, “Maksudnya?”

“Kamu ... kedinginan, bukan?” tanyanya dengan nada hati-hati.

November; Bulan Di Mana Cerita Kita DimulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang