Prolog

66 5 0
                                    

“Tidak semua yang indah akan berakhir dengan bahagia”

Aku memasuki sebuah perpustakaan kota sembari menggenggam sebuah buku. Aku memilih bangku panjang yang berada di paling belakang. Begitu tiba di bangku panjang, aku lantas duduk dan menaruh buku itu di atas meja. Aku memandangi buku itu, sampulnya masih sangat baru karena aku membeli edisi cetakan yang ke-tiga.

Kisah yang ada di dalam buku ini adalah kisah nyata yang ditulis langsung oleh seorang penulis sekaligus motivator wanita dan pendiri sebuah ruang baca untuk anak-anak di Jogja. Beliau menulis buku ini untuk mengenang masa-masa indah bersama suaminya.

Aku membuka lembar pertama, dan kalimat yang pertama kali menyambutku adalah:

Untuk suamiku yang tersayang, buku ini ku persembahkan hanya untukmu; cinta dan hidupku.

Hal pertama yang terbersit di pikiranku adalah sepertinya sang penulis teramat bucin pada suaminya. Bucin itu ... budak cinta sebutan anak-anak zaman sekarang.

Aku kembali membuka lembar selanjutnya.

Hal-hal yang perlu aku sampaikan; tidak semua yang indah akan berakhir dengan bahagia karena hidup terus berjalan. Takdir akan tetap menunggu kita di depan sana, entah akan berakhir seperti apa, karena tak seorang pun yang tahu.

Begitulah cara kerja takdir, tanpa diketahui sudah menyiapkan kita berbagai kejutan dari yang memberi tawa hingga tangis bahkan menjadi duka.

Siap menjelajah bersama Arungidisa?

Kalau siap, anggukan kepala.

Jangan menghakimi aku atas apa yang terjadi di akhir, karena sudah aku katakan di awal: tidak semua yang indah akan berakhir dengan bahagia.

November; Bulan Di Mana Cerita Kita DimulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang