Pelukan Hangat dan Gandengan Tangan

1.5K 37 0
                                    

Ify menatap jalanan yang tak kentara akibat langit malam di sampingnya, Rio seperti sebuah komet yang melesat tiba tiba di hadapannya. Indah dan langka! Sebelumnya ia bisa bersikap sangat manis tapi sedetik kemudian dia bisa saja berubah jadi Rio yang di takuti anak SMA Putera Bangsa.

Alvin beberapa kali melirik Ify yang menatap kosong ke arah luar, sejak pulang dari Bandung Ify jadi kelihatan lesu. Alvin sengaja menawarkan diri begitu Sivia panic tidak bisa menjemput Ify di stasiun. Entah kenapa Alvin jadi begitu peduli pada Ify, apa Alvin punya perasaan lebih untuk Ify?

Alvin menghela nafas, lalu membuka mulutnya untuk bersuara "Ify elo kenapa sih?" Tanya Alvin.

"Ngga kok kak, gue Cuma capek aja" Elak Ify, Alvin mendesis pelan tak kentara karena tau Ify tak mau berbagi dengannya.

"Elo kalo ada apa apa bisa cerita sama gue Fy" Ujar Alvin, Ify menatap Alvin heran, Alvin jadi gelagapan ."Soalnya gue udah anggep lo sebagai adik gue sendiri" Ify mengangguk dan tak bertanya lagi, tapi Alvin jadi menyesal telah berkata seperti itu. Alvin tidak bicara lagi setelah itu, mereka sama sama diam menikmati keheningan.

"Makasi ya Kak" Ujar Ify ketika mobil Alvin sudah berhenti di rumahnya.

Alvin menatap Ify dengan cemas "Beneran ngga mau nginep aja?" tanya Alvin sekali lagi. Ify mantap menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Ngga usah, besok bisa naik taksi. Kangen banget nih tidur di rumah" Ujar Ify, Alvin tidak dapat membantah lagi. Ia hanya mengangguk mengerti.

"Hati hati ya Fy, kalo ada apa apa lo boleh telfon gue. Anytime!" Ujar Alvin serius. Giliran Ify yang mengangguk kecil.

Ify membuka pintu mobil dan keluar dari mobil Alvin "Sekali lagi makasi ya kak" Ujar Ify lalu menutup pintu mobil itu, Alvin menstrater mobilnya dan mulai memasukan porsneling. Ia perlahan menjauh dari rumah Ify.

Ify membopong tasnya yang seberat kulkas ke kamarnya di lantai dua, tulangnya nyaris remuk mendapat perlakuan seperti itu. Ify mencuci mukanya di kamar mandi lalu mengganti pakaiannya. Mata Ify terasa berat, ia lalu memeluk bantal gulingnya dan jatuh tertidur.

Pagi pagi sekali, Sivia mencegat Ify di depan kelas. Ify menghela nafas melihat kelakuan temannya yang antipasti pada Rio itu. Sivia memasang muka galak minta penjelasan, akhirnya Ify duduk di bangkunya dan mulai bercerita pada Sivia. Soal tempat mereka menginap, soal dia baik baik saja dan dia pulang tanpa kurang sedikitpun. Ify tidak menjelaskan secara detail soal Chika, ia hanya bilang ia menolong anak orang yang tersesat.

"Bagus deh kalo dia emang ngga macem macem" Sivia mengeluarkan buku pelajarannya lalu membuka catatannya. "Gue takut sekarang kuis ekonomi!" Ujar Sivia.

"Oh iya, makasi ya Via kemaren udah nyuruh Kak Alvin jemput gue" Ify menepuk lengan Sivia pelan.

"Oh itu, Kak Alvin juga mau kok. Emm Fy ngomong ngomong kakak gue gimana?" Ify mengernyitkan keningnya tidak mengerti pertanyaan Sivia.

"Ya gimana Vi?" Tanya Ify bingung, Sivia menarik nafas panjang.

"Ya gimana, baik ngga, cakep ngga,? Keren ngga?" Tanya Sivia keki.

Ify mengangguk kecil "Bukannya satu sekolah juga tau kalo kakak lo emang baik, cakep, keren udah gitu pinter lagi" Sivia menepuk jidatnya mendengar perkataan Ify.

"Iya terus gimana, masuk ngga criteria cowok lo?" Tanya Sivia to the point.

Ify tertawa kecil lalu mengeluarkan buku catatannya." Ngomong apa sih lo, gue sama Kak Alvin udah kaya kakak adik lagi, dia sendiri kok yang bilang tadi malam" Sivia melotot mendengar jawaban Ify lalu mendesis pelan.

If I StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang