A Help

1.4K 48 5
                                    

Rio menghempaskan tubuhnya di sofa, kejadian di gedung atletik tadi membuat menyadari sesuatu. Ify sudah melangkah jauh dalam kehidupannya walaupun amat lambat tanpa sadar Rio malah menunggunya. Sekarang ia jadi repot sendiri, tak biasanya Rio bersedia seseorang memasuki hidupnya dan membuatnya bergantung, tapi kehadiran Ify di luar kesadarannya tau tau sekarang Rio merasa luar biasa lebih baik saat di samping Ify.

Rio berjalan ke dapur dan membuka kulkas, di raihnya air dingin yang ada di kulkas lalu di teguknya cepat. Rio butuh kepala yang dingin untuk menyelesaikan masalahnya. Tapi Rio tidak sadar, masalahnya dengan Ify tidak bisa di selesaikan dengan otak saja tapi dengan perasaan.

Ify tengah mengarahkan hair dryer ke rambutnya yang basah, Ia termenung memikirkan Rio di gedung atletik tadi, sepertinya Rio selalu memakai topeng seperti itu setiap waktu. Ify ingin sekali tau tentang Rio yang sebenarnya, ia penasaran soal Rio. Besok Ify harus melihat perkembangan Rio, Rio harus baik baik saja.

Rio datang dengan muka galak sehingga tidak ada yang berani menanyainya soal kemarin pagi ini, Rio sudah kembali jadi Rio yang ditakuti anak anak Putera Bangsa. Riski langsung beringsek mundur melihat tampang sangar Rio di depan pintu kelas, suasana riuh yang di bicarakan anak anak peremupuan soal dirinya menghilang seketika.

Ify menghela nafas lega, Rio masih bisa berdiri di depan kelasnya sekarang dan baik baik saja. Ify melihat Sivia yang ikut memandangi Rio dengan teliti, Sivia mendekatkan dirinya ke Ify dan mulai berbisik.

"Gue kira dia ngga punya muka buat dateng kesini lagi" Bisik Sivia," Berani juga dia" Sambungnya.

Ify menghela nafas, di tatapnya Sivia tidak suka."Lo ngga boleh gitu Via, kemaren dia bener bener tertekan. Lo ngga liat sih" Semprot Ify

"Lo tuh ya, belain dia mulu" Sivia berdecak kesal."Jangan jangan lo suka lagi sama dia?" Selidik Sivia.

"Please deh Via, gue ngga punya perasaan lebih selain care sama dia" Jawab Ify."Lo tuh yang kenapa sensi mulu sama dia" Sivia menghela nafas mendengar pertanyaan Ify.

"Bukan gue aja lagi, banyak kok yang ngga suka sama dia. Lagian Fy masih ada kok cowok yang jauhhhh lebih baik dari si Rio itu" Ify menggidikan bahunya tidak mau tau.

Pelajaran sosiologi membuat Ify jadi mengantuk, masalahnya Pak Joko cuma membaca materi di LKS dan menerangkannya lagi. Ify jadi tidak tahan untuk tidak menelungkupkan kepalanya dalam lipatan tangannya menyusul yang lain.

"Sst! Elo awas ketahuan" Tegur Sivia, Ify berusaha menegakan tubuhnya dengan malas dan melihat sekeliling kelasnya.

Patton sudah pulas di bangkunya, orang seperti itu mana takut ketahuan tidur sementara yang lain sekedar mencari kesibukan lain untuk mengalihkan rasa kantuk atau mencari posisi PW untuk mengelabui guru kalo mereka sedang tertidur. Ify mendapati Rio yang tengah menatap lurus lurus ke jendela. Tiba tiba Pak Joko berdehem dan membuat semua perhatian terarah padanya.

Beberapa menit berlalu membuat Ify jadi mengantuk kembali, ia kembali mencari celah untuk bisa memejamkan matanya. Ify mencuri pandang ke sekeliling dan tak sengaja ia bertatapan dengan Rio. Ify jadi salah tingkah sendiri, ia segera pura pura memperhatikan Pak Joko.

Rio menahan senyumnya melihat tingkah Ify, gadis itu bisa salah tingkah juga ternyata. Rio memperhatikan Ify yang tengah memperhatikan Pak Joko dengan kaku. Bel pergantian pelajaran berbunyi setelahnya membuat murid murid yang mengantuk langsung terbangun dan berduyun duyun ke kantin.

"Rio" Rio melihat Ify berdiri di depannya, Rio pura pura membereskan buku dan memasukannya ke tas. " Lo udah baikan?" Rio menghela nafas, Cuma Ify yang sanggup mengejarnya kemanapun ia ingin lari meskipun Rio sendiri tak tau tujuannya.

If I StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang