Bagian tanpa judul 12

1K 39 0
                                    

Rio memandangi Ify yang baru masuk ke kelas, luka di sudut bibir itu nampak mulai sembuh. Rio menghela nafas lega, apalagi belakangan ini Ify terlihat begitu ceria. Pasti karena Sion sering datang ke rumahnya setiap hari jika ada kesempatan.

Berbanding terbalik dengan Rio, sekarang cowok itu jadi susah tidur sebenarnya bukan masalah luka di wajahnya, luka itu sudah nampak membaik walaupun sudut sudut wajah Rio masih terdapat luka yang membiru. Rio terjaga karena memikirkan Ify, semenjak hari itu Rio sadar ia tidak mungkin kehilangan Ify.

Ify duduk di bangkunya, Sivia sedang sibuk mengerjakan sesuatu di bukunya. Gadis itu memanjangkan lehernya untuk melihat hal yang di lakukan Sivia. Sivia tetap bergeming tidak memperdulikan Ify yang baru datang.

"Lo masih marah sama gue?" Tanya Ify menyerah.

Sivia sibuk mencoret coret bukunya tanpa mempedulikan pertanyaan Ify, Ify mendesah di sebelahnya tapi di acuhkan oleh Sivia, baginya kebohongan Ify tak dapat di toleransi lagi.

"Kalo gue bisa gue bakal cerita sama lo, Via" Desah Ify. "Tapi gue bener bener ngga bisa, jangan buat gue jadi tambah susah—"

"Gue? Gue yang bikin lo tambah susah? Bukannya lo sendiri yang nyari susah?!" Sivia menjawab pertanyaan Ify dengan nada tinggi."Jadi sekarang lo bisa cerita apa aja ke Rio, tapi ngga ke gue?" Desis Sivia tajam.

Ify kaget di bentak Sivia seperti itu, sebagian kecil anak anak di sekitar mereka mulai melihat ke arah Sivia dan Ify. Ify menghindari tatapan ingin tau dari teman teman sekelasnya, di lihatnya Sivia yang menunduk penuh amarah.

"Sorry Via, tapi gue bener bener ngga bisa" Bisik Ify pelan.

Sivia tidak menjawab lagi, dia menyimpan kembali rasa kesalnya pada Ify. Sivia tau dari Alvin kalau Ify pergi dengan Rio kemarin, dan mereka telah membohongi Sivia. Sivia menuntut penjelasan esok harinya tapi Ify hanya bungkam tidak mau menceritakan ada urusan apa Ify dengan Rio membuat Sivia kesal.

"Via... gue bener bener nyesel, gue harap lo ngerti keadaan gue" Ujar Ify pelan.

Sivia menatap Ify tajam,"Gue harap lo ngga pernah nyesel sama pilihan lo" Sivia berkata dengan geram, di pukulnya meja di hadapannya dengan keras kemudian ia berlalu meninggalkan Ify yang diam membeku.

"Lo ngga apa apa?" Suara di belakang Ify membuat cewek itu menoleh.

Ify menggeleng ketika melihat Rio di belakangnya,"Gue ngga apa apa" Jawab Ify seadanya.

"Kalo lo yang ngomong gitu kok gue ngga percaya" Ujar Rio sambil tersenyum miring,"Lo mau ngomong sesuatu sama gue?" Tanya Rio.

"Ngomong apa? Rasanya gue ngga ada yang perlu disampein" Kata Ify bingung.

"Soal Sivia, gue minta maaf. Kayanya ini gara gara gue" Ify cepat cepat menggeleng menyanggah perkataan Rio.

"Bukan karena lo, gue aja yang salah—"

"Biar gue yang ngomong sama Sivia" Ify hendak mencegah Rio tapi cowok itu keburu pergi.

Ify bangkit dari tempat duduknya mencoba mengejar Rio, tapi ia telah menghilang di balik koridor. Ify mengalihkan pandangannya ke kiri dan kanan mencoba menemukan Rio sebelum segala sesuatunya menjadi semakin berantakan.

Rio menemukan Sivia baru keluar dari kamar mandi cewek, di tatapnya cewek itu lekat lekat. Setelah Sivia menyadari ada Rio di dekatnya, dan keadaan sekitar yang cukup sepi alarm berbahaya langsung bergaung di telinganya membuat gadis itu beringsut mundur pelan pelan.

"Kita harus bicara" kata Rio tegas, membuat Sivia mengerjap dua kali.

Sivia menggeleng, ia balas menatap Rio galak. Sekarang ia butuh pertahanan agar Rio tak mengiranya takut."Ngga ada yang perlu kita bicarain" Rio tersenyum sinis, matanya berkilat begitu mendengar jawaban Sivia.

If I StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang