Berkunjung?

291 35 2
                                    

Hari-hari berlalu begitu cepat, dari siang berganti malam, hari berganti minggu hingga minggu berganti bulan.

Hari ini tepat satu bulan Echi di rawat di rumah sakit, seluruh keluarga datang menjenguk nya.

Karena berhubung hari ini anak-anak TNF tidak memiliki agenda sama sekali, jadi Caine mengajak seluruh anggota inti untuk ikut menjenguk Echi di RS. Awalnya ada yang menolak, namun karena paksaan dari sang 'mami' mereka pun terpaksa untuk ikut.

Di ruangan Echi saat ini tengah ramai dengan anak-anak TNF, beberapa dari mereka ada yang mengobrol, ada juga yang berbaring di lantai dan ada juga yang menonton, berbeda dengan Caine dan Rion.

Caine sendiri duduk di kursi yg berasa di samping brangkar Echi, sementara Rion berdiri di sisi lain brangkar Echi yang berhadapan langsung dengan Caine.

Tangan Rion mengusap surai panjang Echi, sementara Caine menggenggam tangan lentik itu.

"Kau masih membencinya, Rion? " tanya Caine tiba-tiba.

Rion menatap Caine sementara lalu mengalihkan pandangan nya ke Echi.
"Entahlah.., di sisi lain aku membencinya, sementara di sisi lain nya lagi aku merasa ada yang hilang selama Echi di rumah sakit, bagaimana dengan dirimu? " tanya Rion balik setelah menjawab pertanyaan Caine.

"I don't know..., kalau boleh jujur, aku sebenar nya tidak membencinya, hanya saja... Aku masih tidak bisa melupakan kejadian itu. " balas Caine.

Rion terdiam beberapa saat, hingga Caine kembali membuka suara.
"Rion..? " panggil Caine di balas dehem-an oleh Rion.

"Hmm? "

"Kenapa aku tidak yakin kalau Echi adalah pelaku dari kejadian itu? " tanya Caine.

Rion hanya terdiam, dirinya tidak tau harus bagaimana menanggapi pertanyaan itu.

***

Di lain sisi, di tempat yang begitu indah, seorang gadis tengah duduk dengan ke3 saudaranya, gadis itu tidak lain tidak bukan adalah Elaine dengan Thia, Echi dan juga Souta.

Ke4 nya memandangi air danau yang memperlihatkan bayangan seorang gadis yang tengah terbaring lemah di brangkar RS, dengan banyak orang di dalam ruangan nya.

Echi, gadis itu fokus menatap bayangan dirinya yang tengah berbaring di ranjang pesakitan itu, dengan mami dan papi yang berada di ke dua sisi ranjang nya. Elaine menoleh ke arah Echi, dapat dirinya lihat wajah bahagia sekaligus sedih yang di tunjuk kan adik bungsunya itu.

Tangan Elaine terangkat mengusap kepala si bungsu.
"Kenapa? " tanya nya, Echi menoleh dan tersenyum ke Elaine, kemudian menjawab.

"Gapapa, gua cuma seneng aja karena mereka ternyata masih ada yang peduli tapi... Disisi lain gua sedih karena gua gaada di saja bdan ngerasain secara langsung rasanya di peduliin sama mereka. " jawab Echi sembari tersenyum gentir.

Thia bergeser ke arah Echi, kemudian merangkul pundak adik nya itu. "Gapapa Chi, kan ada kakak sekarang, ada Souta juga. " ucap Thia sambil merangkul Souta juga.

"Iya kak Echi, kan ada Souta sama kak Thia. " sahut Souta sambil tersenyum.

Sementara Elaine tersenyum tipis melihat interaksi mereka, ia senang kalau adik nya bisa bahagia di sini.

Ke4 nya mengobrol cukup lama, sehingga seorang wanita dan pria paruhnya baya datang entah dari mana. Kedua orang itu tersenyum, menatap ke3 gadis yang saat ini tengah tertegun menatap mereka.

***

-perasaan makin ke sini alur nya makin gaje ya?
Maap keun saya, ehehe.

Elaine to EchiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang