Alamaks

276 32 24
                                    

CHAPTER ini mengandung konten sensitif yang mungkin membuat sebagian pembaca tidak nyaman. Kami mengharapkan kebijaksanaan pembaca.

"Sakit sebentar, Frostfire" Frostfire percaya aja sama Supra waktu dia bilang begitu. Ya tadinya sih enggak segitunya, seenggaknya sebelum Supra tiba tiba ngegas anti ngerem "Pelan pelan, Supra..." Mengingat Kak Nox masih ada di dapur, Frostfire harus menutup mulutnya rapet rapet. Rappppeeeettttt banget. Kak Nox kan indranya sensitif. Takutnya udah ditahan aja masih bisa kedengeran sama dia.

Tangan Supra mengelus pelan pipi adiknya yang udah nggak kecil lagi. Dulu Supra suka kepikiran, orang beruntung mana yang bakal Frostfire pilih. Ternyata overthinkingnya sia sia aja.

Frostfire yang mulai kesulitan menahan suara memilih memendamnya dengan bibir Supra. Bibirnya menyambut dengan lembut dan kasih, rasanya kayak emang cuma buat Frostfire bibir itu.

Malam itu, baik Frostfire dan Supra, menikmati waktunya dengan baik. Sebelum Papa pulang, mereka sudah ada di kamarnya masing masing. Memikirkan kembali sesaat lalu.

"Adeknya bangunin, Supra"

"Iya, Pa"

Baru aja balik badan, Frostfire muncul dari balik sekat dapur. Membuat kontak mata dengan satu sama lain, Supra tersenyum dengan perasaan sementara Frostfire malah memberikan side eye, lantas mendekati Papa.

"Pa, airnya dingin nggak?"

"Nggak, mandi sana"

Supra menyodorkan handuk, lagi, dengan senyum penuh perasaannya. Frostfire cuma menghela napas, merasa malas melihat wajah makhluk yang susah banget disuruh 'pelan pelan'.

Untung aja Frostfire ada kelas sampe menjelang sore hari ini, kalo enggak, bisa muak dia ngeliat muka Supra melulu. Meskipun mukanya manjain mata, tapi tetep aja. Bosen, bosen, deh! "Lo ke klinik kemaren lagi?" Tanya Frostfire habis mandi

"Iya, saya perlu nyerahin beberapa dokumen lagi." Supra melihat Frostfire dalam. Senyumnya nggak kunjung menghilang meskipun daritadi udah dijudesin melulu sama Frostfire. Di dalem pikirannya, mungkin ada skenario lain yang terjadi. Atau bahkan, skenarionya justru OTW terjadi? Duh, semoga bukan yang aneh aneh, deh!

Melihat sedikit pergerakan di leher Supra yang keliatannya kayak habis nelen ludah padahal daritadi kerjanya cuma merhatiin Frostfire, Adik kecil kita tersenyum hamba, terus ngedeket ke Supra, "Sup, ini masih pagi. Plus, ada Papa, tuh, di situ. Gue tau lo tuh mikirin apa, jadi mending lo enggak ngelanjutin ngayal lo" Bisiknya sambil ngejewer pelan telinga Supra.

Supra merasa lucu, enggak kepikiran Frostfire bisa ngebaca pikirannya "Jadi kalo udah siang, sore, atau malem, nggak papa?"

"GOB-" Frostfire nggak jadi toksik, "Nggak gitu maksud gua, anjir"

"Terus maksudnya gimana?"

"Nggak tau, ah. Capek gue ngomong sama lo" Frostfire menarik beberapa helai rambut depan Supra, terus memberikan dengan kasar handuknya yang baru dipake. Supra yang udah agak agak bego malah mencium handuknya. Ada wangi Frostfire di sana.

"Frostfire!" Sore yang cerah, waktu Frostfire keluar dari kelas, Gentar udah menyambut dengan dua gelas es kopinya "Kusut amat muka lo"

"Tugas udah mirip banget sama tumpukkan Hotwheels gua anjir. Banyak banget, Su"

"Ngapain aja emangnya? Disuruh moto megalodon naik sepeda?"

"Iya anjir"

"NGACO" Gentar kayang

"LAGIAN LO NGADI NGADI ANJIR JOKESNYA"

"Ngga tau, ah" Tadi pagi, sebenernya mereka udah deal mau makan di luar berdua, tapi kayaknya harus batal deh. Tuh, Supra berdiri enggak jauh dari tangga keluar kampus.

"Sup"

"Halo, Kak"

"Halo, Gentar, Frostfire"

"Ngapain lo njir?" Kata Frostfire sambil celingak celinguk

"Tadi saya ngejemput Kak Glacier, tapi saya disuruh jemput kamu juga"

Frostfire garuk garuk kepala "Gue ada janji sama ni jamet. Mau makan bareng"

Supra keliatan berpikir sebentar, terus "Makan di rumah nggak mau?" Tawarnya pada Gentar

"Gue sih mau banget, Kak. Tapi kita udah mesen meja tadi pagi" Gentar ngeluarin ponselnya, ngasih liat panel pemesanan meja. Cafe yang mau mereka kunjungi emang lagi rame akhir akhir ini, kalo nggak mesen meja, nggak bakal dapet tempat duduk. Beda lagi kalo mau ngantri sampe tengah malem.

"Sayang, Sup. Make duit bookingnya" Tambah Frostfire

"Yaudah, deket nggak? Mau saya anter?"

"Nggak usah ngga papa" Gentar menjawab terus diangguki sama Frostfire

Tiba tiba, Frostfire mendapatkan ide jahil yang kayaknya enggak terlalu bagus deh..."Kita berdua aja, Sup. Kan ini acaranya ngedate" Frostfire tersenyum jahil sambil naik turunin alis.

Supra ketawa kecil, terus ngusap mukanya kasar "Saya pulang duluan ya kalo gitu" Waktu Supra mau balik badan, Gentar baru nyamber, "Nggak ngedate kok, kak. Ngapain gua date sama anomali" Membalas itu, Supra cuma tertawa.

Iya, cuma ketawa.

"Wtf, Supra" Pas Frostfire pulang, baru banget masuk pintu, langsung di tarik sama Supra. Masuk ke kamarnya, duk, banting ke kasur.

"Supra, anji-" Mulut Frostfire disumpal sama Supra, lagi, lagi, dan lagi. Nggak ada kesempatan sama sekali buat ngomong atau cuma sekedar napas yang lama.

Supra buru buru.

"Ssh...Supra" Frostfire menggenggam sprei dengan kencang waktu Supra memasukkan satu jarinya.

"Gimana datenya, Frostfire?"

"Gue bercanda...Supra.."

Supra cekikikan kecil, terus menambah jumlah jari yang digunakannya, "Maaf ya, Frostfire. Humor saya nggak kayak kamu"

Frostfire tau Supra cemburu. Nggak tau juga kenapa cemburu padahal selama ini Frostfire sama Gentar 24/7 juga oke oke aja.

Tapi buat sekarang,

"Supra..." Frostfire berinisiatif mencium Supra. Seluruh tubuhnya panas, mungkin dia menahan banyak hal. Jarinya terus menerus mengurangi kesadaran Frostfire, tubuhnya mulai bergetar.

Kali ini Supra memasukkan tiga jari, karena jalannya sudah licin, Supra bisa cepat cepat masuk ke menu utama.

"Kamu ada kelas besok pagi?" Frostfire menggeleng pelan, dan direspon senyuman oleh Supra. Kali ini Supra nggak bakal main main.

Suara yang sulit Frostfire tahan terus menerus keluar, Supra menggunakan kecepatan terbaiknya, dan itu membuat Frostfire frustasi.

"Frostfire...haa..." Suara Supra selalu lebih berat di saat saat seperti ini, mungkin dia sedang menahan diri agar tidak keluar dari batasnya. Tangan kirinya dijejali ke mulut Frostfire, dan Frostfire menjilatinya dengan baik.

Adik yang penurut.

Dia mengelus pipi Frostfire dengan lembut, membuat tubuh Frostfire menjadi lebih sensitif lagi karena rangsangan pelan pada kulit.

Entah mau dikatakan apa mereka esok hari. Tapi buat malam ini, mereka cukup dengan melihat satu sama lain.

BEFORE TOMORROW KNOCKING//SUPFROST BL, BOBOIBOY BL AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang