¹⁴; No body, no crime

42 20 1
                                    

Disclaimer before reading: Kindly leave me vote, coment and follow.

Disclaimer before reading: Kindly leave me vote, coment and follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📖.

"Itu minuman aku..."

"Enak." Dia tersenyum ke arahku.

Semoga jean tidak melihat pipiku yang memerah tadi, lagian kenapa dia segala minum bekas aku coba padahal aku tadi ngasih yang baru.

"Kenapa ditutupin?" Tanyanya.

"Apa, gada kok." Aku mengipas wajahku.

"Panas ya, aku keluar dulu ya." Aku berkilah sekali lagi, saat aku mau berbalik arah untuk pergi keluar dari dalam Stand kelas.

"Lain kali jangan ditutupin, cantik kok." Dia mengatakannya setelah menarik pelan tanganku.

"Hah, oh iya. Hahahaha." Aku melepaskannya dan langsung berjalan secepat mungkin menjauh darinya.

Jean, terkutuklah kamu.

****

"Wah, udah mau habis aja ternyata." Aku mendekat ke arah jessica dan naila.

"Iya dong, orang yang jualan preman," ujar naila.

"Lu diem apa mau gue tabok lagi." jessica melayangkan pedang ke meja.

"Hehehe, maaf tuan ndoro."

"Naila, temanin aku keliling dong." Aku berbicara ke naila yang sedang membereskan sebagian barang.

"Boleh, ayo."

"Sana deh lu berdua, gue mau istirahat bentaran." Jessica mengibas tangannya ke arah kami dan dibalas naila dengan meleletkan lidahnya.

"Bula, bula. Kamu kenapa ga pacaran aja sama jean."

Aku terdiam kosong, pertanyaan apa ini. "Dia aneh, aku ga suka orang aneh," ucapku.

"Emang aneh, tapi jean ganteng. Tapi gantengan jaka tau." Naila ini seperti monyet, dia bercerita sambil mengelendot ke tanganku.

"Jaka itu yang anak IPS ya?" tanyaku.

"Iya, dia kapten basket."

Sekarang aku tau kenapa senna pacaran sama tuh cowo mesum, batinku.

"Kesitu yuk, aku mau beli takoyaki." Belum aku mengiyakan, aku sudah ditarik. Engga senna engga naila kenapa suka menarik tanganku sih.

How Love It End?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang