Eps 5. Perpisahan

11 4 0
                                    

"Kamu kenapa mencariku? Kau tidak lihat ya bagaimana kakak senior menatapmu dan juga Via. Aku rasa mereka tidak suka aku dekat denganmu." Irene memulai obrolan dengan Dewa.

"Jangan terlalu dipikirkan. Mereka nggak perlu tahu soal kita."

"Tapi tetap saja, Via itu suka sama kamu. Aku merasa tidak enak." Irene menghembuskan napas panjang.

"Soal jurit malam ini, aku pilih kamu sebagai pasanganku menjelajah. Kamu mau?" Irene terpaku. Mencoba mencerna ucapan Dewa.

"Kamu sudah pikirkan baik-baik? Bagaimana jika aku melakukan kesalahan? Nantinya hanya akan merepotkanmu saja."

Dewa tersenyum tipis. "Tidak akan merepotkan, kau cukup mendengarkanku saja."

"Sebenarnya aku ragu tapi kalau kamu yakin, baiklah aku setuju." Irene ikut tersenyum, hatinya berbunga-bunga sekarang. Terlalu bahagia sampai tak tahu jika ada masalah besar akan datang menimpa.

***

"Lo Irene anak kelas 2-C?" tanya seorang kakak kelas yang sama sekali tak dikenal oleh Irene. Secara mendadak tiga orang kakak kelas datang menuju tenda Irene beserta grupnya.

"Iya kak ada apa?"

"Ke sini ikuti kami." Irene langsung sadar jika ada sesuatu yang tak beres tapi tak bisa melakukan apapun selain mengikuti ketiga kakak kelas itu.

Mereka akhirnya berhenti tak jauh dari tempat kemah. Ketiga orang itu berbalik menatap kesal pada Irene. "Maaf ya kak kenapa aku dipanggil? Apa aku membuat kesalahan?" tanya Irene hati-hati.

"Huh?! Udah tahu salah masih aja bertanya, dasar tidak tahu malu."

"Kamu punya hubungan apa dengan Dewa, ayo ngaku!" seru salah seorang menekan Irene.

"Kami hanya teman kok nggak lebih, aku bisa meminta Dewa untuk jujur." Irene langsung menjawab tanpa ragu.

"Oh kalau begitu kau mau goda Dewa, kan? Supaya jadi pacarmu." Irene segera menggeleng, membantah langsung ucapan kakak kelasnya.

"Alah nggak usah bohong!" Seorang dari mereka membentak. Tangannya bergerak ingin mencapai rambut Irene tapi Irene tak kalah gesit.

"Maksudnya apa? Kakak-kakak ini mau ajak aku berantem ya?" terka Irene. Ketiga perempuan remaja itu diam, menunjukkan keseriusan dalam mata mereka.

"Ok, kalau mau berkelahi." Irene berjalan mendekat pada sebuah ranting kayu yang kokoh dan mematahkannya. Dia mengancungkan cabang itu layaknya senjata. "Ayo siapa yang mau mulai duluan?" tanya Irene menantang.

***

Pak pembina meminta agar semua orang untuk berbaris. Dia pun memberikan amanat singkat untuk membuka Jurit Malam. "Baik kalian semua akan dipanggil sesuai nama grup dan sampai di pos pertama kalian bisa memilih pasangan kalian, berhati-hati dan tetap ikuti arahan kakak pembina kalian."

Satu per satu grup mulai memasuki hutan begitu juga Via. Gadis itu bahkan melihat Tri beserta teman yang lain sedang mendapat masalah. Tubuh mereka kotor, ada lebam di bagian tangan serta wajah. Mereka menunduk tak berani menatap guru sekaligus kakak pembina.

Di sana pun ada Irene, berbeda dengan lawannya berkelahi. Dia terkesan tidak mendapatkan luka apapun. Sampai di pos Via langsung mencari seseorang. Via buru-buru menghampiri Deni, saat itu tengah berbincang dengan seorang teman.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang