Fourty Two

1.1K 118 21
                                    

"Nath —"

"Bukannya kamu sudah berjanji saat terakhir kali kemarin? bahwa setelah ini kamu akan lebih bijak memutuskan semuanya?"

















"Nayana"

Ya, Nayana memang tak kunjung memberikan jawabannya hingga akhirnya Nathan kembali menyerukan namanya. Nada bicara pria itu memang tidak keras, tapi suara rendah yang terkesan penuh penekanan itu sungguh menakutkan.

Setidaknya bagi Nayana sekarang.

"Nath maaf"

"Hanya itu? kamu tidak mau menjelaskan apapun? atau memberikan alasan kenapa kamu melakukannya?"

Nayana diam, kembali diam. Dia tentu bingung, harus darimana ia mengatakannya. Apakah harus mengatakan hal yang sejujurnya terjadi? atau mencari alasan lain untuk mengamankan posisinya kali ini. Setidaknya jangan buat pria itu makin marah padanya.

"Yasudah, kalau kamu memang tidak mau menjawabnya. Aku harus kembali ke kamar, biar aku mengantarmu pada Papah dan Mamah"

"Nath, wait "

Tangan Nayana dengan cepat menjangkau lengan milik Nathan sebelum pria itu benar-benar beranjak dari sana. Nayana sungguh tak ingin masalah ini terus berlarut ketika keduanya kini harus tinggal di tempat terpisah dalam beberapa hari kedepan. Karena jika di biarkan Nayana tidak yakin masalah ini akan bisa selesai di kemudian hari.

"Maaf"

"Nay, jika hanya itu lebih baik tidak perlu. Sebelum kamu memintanya, aku sudah pasti memaafkanmu. Aku hanya bingung kenapa kamu terus melakukannya"

"Apa kamu senang membuatku khawatir?"

Nayana menggeleng, dengan cepat.

Sungguh Nayana tidak berniat begitu. Ia hanya tidak ingin mengganggu pria itu hanya dengan sekadar kabar bahwa ia yang tidak makan teratur, atau mengalami sakit perut seperti tadi. Bagaimanapun kini Nathan punya tanggung jawab lain yaitu akan fokusnya pada pertandingan Tim saat ini, dan Nayana tidak ingin fokus Nathan terganggu karena dirinya.

"Aku tidak berniat membuatmu khawatir Nath, sungguh. Aku hanya tidak ingin kamu terganggu hanya karena hal kecil —"

" Tapi kamu bukan hal kecil bagiku Nay"

Nathan terlihat mengusak wajahnya pelan, menarik nafasnya panjang sebelum kembali menatap Nayana di depannya. ia tentu tak ingin hal ini berubah menjadi besar hanya karena dirinya yang tidak bisa mengendalikan situasi yang mungkin akan memanas jika di lanjutkan.

"Kamu tidak pernah menjadi hal kecil bagiku Nay, tidak pernah sekalipun. Jadi jangan katakan hal itu lagi."

Hati Nayana menghangat, jujur saja. Perkataan Nathan barusan menyebabkan sebuah desiran aneh terasa di hatinya yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Tidak masalah dengan rasa khawatir itu, karena memang sudah seharusnya begitu. Kamu sedang tidak berada dalam jangkauanku akhir-akhir ini, jadi ketika kamu mau membagi hal kecil sekalipun, itu akan terasa berarti bagiku Nay"

"Nath Maaf, aku tahu seharusnya aku tidak melakukannya. Aku hanya benar-benar tidak ingin membuat kamu khawatir. Tapi beberapa hari ini aku memang sedang tidak punya nafsu makan yang baik, dan aku tidak bisa memaksanya sama sekali. Jadi aku memilih untuk melewatkannya, walaupun kamu tau terkadang nyeri lambungku akan terasa seperti tadi. Tapi rasa itu sedikit lebih baik jika di bandingkan memaksakan makanan masuk ke dalam lambungku. "

Jelas Nayana akhirnya, sepertinya jujur pada Nathan saat ini adalah pilihan yang lebih baik jika dibandingkan mencari alasan lain. Nayana tidak mau mengambil resiko lain jika saja ia berbohong dan pria itu berakhir mengetahuinya juga.

Mr.Tjoe 's mine 🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang