Ten

1.8K 147 10
                                    



"Kamu nanti malam dateng ke pertandingan Nathan sayang?"

Nayana menghentikan kunyahannya , sebelum akhirnya menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari ibunya.

"Loh kenapa? ini pertandingan pertamanya loh sayang di Tim Nasional"

"Nay gak bisa mah, ada meeting sore ini"

Feeling milikinya mulai merasa akan ada petuah untuknya pagi ini, begitu melihat Farah yang sudah meletakkan kedua alat makannya di atas piring, menghentikan kegiatan sarapannya.

"Nay - "

"Aku udah kabarin Nathan juga kok Mah kalau aku gak  bisa, dan kata Nathan gapapa, dia paham" ucap Nayana jujur.

Ya, walau kehidupan pernikahan keduanya tidak bisa dibilang normal karena interaksi keduanya yang masih terbatas, bahkan jika kalian bisa melihat room chat keduanya, yang bisa di lihat hanya sebuah kalimat singkat dan jawaban yang juga singkat. Sangat tidak menarik untuk dilihat.

"Ya Nathan gak mungkin maksa kamu juga sayang, tapi kan kamu seharusnya paham. Nathan sekarang suami kamu, kamu istrinya. Kalian seharusnya bisa saling mendukung dengan kegiatan kalian masing-masing. Mamah paham kamu sibuk di kantor, tapi kamu tetap harus tau prioritas kamu, lagipula mereka kan masih main di Jakarta"

Nayana menghembuskan nafasnya pelan, membalas perkataan ibunya jelas tidak akan berakhir baik karena hanya akan menjadi sebuah perdebatan. Lebih baik Nayana mengiyakkan, walau ia tak tau apa yang harus ia lakukan nanti.

"Nayana usahain mah" ucap Nayana akhirnya.

"Nay, mamah tau masih banyak hal yang harus kamu terima soal pernikahan kalian yang tiba-tiba dan gak mudah menjalani semuanya. Dengan semua tanggung jawab yang kamu punya sekarang, Mamah cuma berharap kamu mau mencoba. Mamah percaya kamu bisa sayang"





--------------

Nayana menatap ke sekelilingnya memastikan ia tak berada di area parkir yang salah hingga membuatnya berjalan begitu jauh dari tempat yang menjadi tujuannya.

Ya, setelah berpikir panjang karena perkataan mamahnya pagi tadi di dukung dengan meetingnya yang berjalan lancar hingga membuatnya bisa menghandiri sesuatu yang sudah hilang dari agendanya sejak Nathan tak masalah dengan ketidakhadirannya.

Gelora Bung Karno malam itu sudah tak ramai dari luar, mungkin karena semua orang sudah berada pada kursinya masing-masing karena kick off babak pertama yang memang sudah berjalan setidaknya sepuluh menit yang lalu.

Ya, Nayana memang terlambat datang. Silahkan salahkan jalanan ibu kota yang tak pernah sepi dibuatnya.

Ia membawa kakinya melangkah mendekati gerbang masuk utama, dengan bermodalkan pesan dari om nya, Alarick, mencoba apa ia bisa masuk ke dalam sana dengan akses yang ia punya. Tak berjalan cepat memang, karena harus mengkonfirmasi lebih dulu. Nayana hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri dengan kendala yang ada, ia datang terlambat dan hanya punya akses berupa pesan dari Om Alarick yang menyuruhnya untuk datang saja.

Setelahnya Nayana mendapatkan kemudahan itu semua, bahkan perjalanannya mendapatkan pengawalan. Ia tak berharap mendapatkan tempat dengan pemandangan utama , bersama dengan orang-orang yang tak di kenalnya, walaupun ada pamannya disana.

"Apa ini akan ke tempat dimana Pak Alarick berada?" tanyaku sebelum kami benar-benar pergi ke tempat yang ku maksud.

"Iya bu, tadi protokoler pak Alarick bilang buat ke VVIP langsung."

Mr.Tjoe 's mine 🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang