Kabut Yang Mengaburkan

0 0 0
                                    

Langkah Randu terasa berat. Kabut yang tebal melingkupi setiap sudut pandang, menyelimuti dunia ini dengan misteri. Suara-suara aneh terus terdengar dari kejauhan, seakan-akan ada sesuatu yang mengintai dari balik pepohonan besar yang seolah hidup. Hawa dingin mulai merayapi kulitnya, menggantikan kehangatan senja di desa Tandikat.

“Fariz?” Randu memanggil, suaranya gemetar, tetapi tidak ada jawaban. Dia melangkah maju, meskipun nalurinya berkata untuk berhenti. Di tempat ini, diam adalah ketakutan, dan gerak adalah harapan—entah benar atau salah, Randu memilih yang terakhir.

Tiba-tiba, di tengah kabut, muncul bayangan samar. Itu bukan Fariz, melainkan sesuatu yang lain. Sesosok siluet tinggi dan kurus berdiri di kejauhan, wajahnya tidak jelas terlihat karena tertutup oleh kabut. Namun, tatapan matanya—meskipun jauh—terasa menusuk, membuat Randu merinding. Sosok itu tidak bergerak, hanya berdiri di sana, memperhatikan.

Jantung Randu berdetak cepat, tetapi dia mencoba untuk tidak panik. "Aku harus pergi dari sini," gumamnya dalam hati, berusaha menenangkan diri. Namun, setiap arah yang ia pilih terasa sama. Kabut seolah berputar-putar, memutar balik langkahnya, menjebaknya dalam lingkaran yang tak berujung.

"Randu..." suara itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas. Bukan suara yang menyeramkan, tetapi lembut, seolah-olah mencoba memanggilnya dengan penuh kasih sayang. Randu berhenti, berusaha mendengarkan dari mana suara itu berasal. Di antara desiran angin dan bisikan-bisikan aneh, ia mendengar langkah kaki kecil berlari ke arahnya.

"Fariz!" Teriakan Randu meledak tanpa sadar. Kali ini, sosok yang mendekat adalah Fariz, temannya yang telah lama hilang. Mata Fariz terlihat kosong, wajahnya pucat, tetapi ia tampak hidup.

"Kenapa kau di sini, Randu?" suara Fariz terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Dia berdiri hanya beberapa langkah dari Randu, memandanginya dengan tatapan aneh.

“Aku… aku mencarimu! Semua orang di desa sudah mencarimu selama berbulan-bulan!” jawab Randu, merasa aneh melihat temannya tampak begitu tenang di dunia yang penuh dengan hal ganjil ini.

Fariz tertawa kecil, tetapi tawanya terdengar kosong, seperti seseorang yang tidak lagi peduli pada dunia yang ia tinggalkan. "Di sini tidak ada waktu, Randu. Aku sudah lama di sini, tapi aku tidak pernah merasa tua. Segala sesuatu di sini... berbeda."

Randu menelan ludah, tidak tahu harus berkata apa. “Kita harus pulang, Fariz. Orang tuamu, semua orang mencarimu. Ini bukan tempat kita.”

Namun, Fariz menggeleng pelan. "Tidak ada jalan pulang, Randu. Dunia ini telah menelan kita. Seperti senja yang tenggelam dalam malam, kita juga tenggelam dalam dunia ini."

Randu merasakan ketakutan merayapi dirinya. "Itu tidak mungkin! Selalu ada jalan keluar!" Dia berlari ke arah Fariz, berusaha menariknya pergi dari tempat itu, namun seolah-olah tubuh Fariz hanya bayangan. Tangannya menembus tubuh Fariz seperti menembus kabut.

"Apa yang terjadi pada dirimu?" tanya Randu dengan suara bergetar.

Fariz menatapnya dengan tatapan kosong, namun dalam matanya ada kilatan kesedihan. "Aku adalah bagian dari dunia ini sekarang, Randu. Dunia senja ini telah mengubahku. Aku tidak lagi bisa kembali."

Randu mundur selangkah, jantungnya berdetak semakin cepat. "Tidak! Aku akan menemukan jalan keluar. Aku tidak akan tinggal di sini!"

Namun, sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, kabut di sekitarnya mulai berputar dengan cepat, membentuk pusaran yang semakin mendekat. Angin yang dingin menusuk tulang, dan suara-suara aneh semakin keras, seperti bisikan yang berasal dari semua arah.

Fariz memandang Randu dengan tatapan serius. "Kau harus berhati-hati, Randu. Dunia ini memiliki penguasanya. Dia yang mengendalikan senja dan kegelapan. Jika kau ingin pulang, kau harus menghadapinya."

"Siapa dia?" Randu bertanya dengan cemas.

"Dia... adalah penjaga batas senja. Dia yang menentukan siapa yang bisa pergi dan siapa yang harus tinggal. Jika kau menemukannya, mungkin kau bisa menemukan jalan pulang. Tapi itu bukan perjalanan yang mudah."

Sebelum Randu bisa menanyakan lebih lanjut, kabut tiba-tiba membubung lebih tebal, dan Fariz mulai menghilang di dalamnya. Suara Fariz semakin pelan, namun masih terdengar jelas, "Temukan penjaga senja, Randu... temukan dia sebelum semuanya terlambat."

Dan kemudian, Fariz benar-benar lenyap, meninggalkan Randu sendirian di tengah kabut yang berputar. Dia terjebak dalam dunia yang tak ia pahami, namun satu hal kini jelas—dia harus menemukan penjaga senja jika ingin kembali ke desa Tandikat. Tapi, bagaimana caranya? Siapa penjaga senja itu? Dan seberapa berbahayakah perjalanan ini?

Randu mengambil napas dalam, menguatkan hatinya. Langkah kecil menuju arah yang tak pasti, tetapi di dalam dirinya ada keberanian yang mulai menyala. Meski ketakutan mengintainya, Randu tahu bahwa dia harus terus maju, demi pulang, dan demi menemukan Fariz yang sebenarnya.

---

DUNIA DIBATAS SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang