Randu melangkah keluar dari gerbang dunia senja dan menemukan dirinya berada di luar batas desa Tandikat. Suasana sekitar tampak cerah dan familiar, tetapi dia merasakan campur aduk perasaan—bahagia karena kembali ke dunia nyata dan sedih karena harus meninggalkan Fariz.
Dia berjalan menuju desa dengan langkah yang penuh harapan. Ketika dia semakin dekat dengan desa, dia melihat banyak orang berdiri di sekitar pintu masuk, tampak cemas dan penuh harapan. Mereka tampaknya menunggu sesuatu, dan saat Randu mendekat, mereka langsung mengenalinya.
“Ibu! Ayah!” teriak Randu, suaranya penuh dengan emosi.
Ibunya, yang berdiri di antara kerumunan, segera melihat anaknya dan melompat dengan air mata kebahagiaan. “Randu! Anakku, kamu akhirnya pulang!”
Ibunya berlari menuju Randu dan memeluknya dengan erat. Randu merasakan kehangatan dan kasih sayang yang telah lama dia rindukan. “Ibu, aku pulang. Aku kembali.”
Ayahnya juga datang, memeluk Randu dengan penuh haru. “Kami sangat khawatir. Kami sudah mencari kamu selama seminggu. Kami tidak tahu apa yang terjadi.”
Randu merasa terharu dan lega. “Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku terjebak di dunia yang berbeda, dan aku harus berjuang untuk bisa kembali.”
Warga desa yang lain juga menyambut Randu dengan antusias. Mereka membawanya ke tengah desa, mengadakan perayaan kecil untuk merayakan kembalinya Randu. Meskipun suasana perayaan itu penuh keceriaan, Randu tidak bisa melupakan Fariz dan perjuangan yang mereka lalui bersama.
Saat perayaan berlangsung, Randu duduk sejenak di luar kerumunan, menatap bintang-bintang yang bersinar di langit malam. Dia merasa bersyukur telah kembali ke rumah, tetapi juga merasa berat karena Fariz masih berada di dunia senja.
“Randu, apa yang kamu pikirkan?” tanya ibunya, duduk di sampingnya.
Randu menghela napas. “Aku merasa bersyukur bisa kembali, tapi aku juga merasa kehilangan. Temanku, Fariz, masih berada di tempat yang berbeda, dan aku tidak tahu bagaimana cara membantunya.”
Ibunya memegang tangan Randu dengan lembut. “Kamu telah melakukan yang terbaik. Terkadang, kita tidak bisa mengubah apa yang terjadi, tetapi kita bisa berusaha untuk membuat dunia kita menjadi tempat yang lebih baik.”
Randu mengangguk, merasa sedikit terhibur dengan kata-kata ibunya. “Aku akan terus mencari cara untuk membantunya. Selama aku masih hidup, aku tidak akan berhenti berusaha.”
Perayaan berlanjut dengan semangat baru, dan Randu merasa terhubung kembali dengan rumah dan komunitasnya. Meski hatinya masih berat karena perpisahan dengan Fariz, dia bertekad untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan menemukan cara untuk membantu temannya di dunia yang berbeda.
Dengan harapan baru dan semangat yang diperbaharui, Randu siap melanjutkan hidupnya di dunia nyata, sambil terus mengenang perjuangan dan persahabatan yang telah dia alami.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DIBATAS SENJA
УжасыDi Suatu desa Yang bernama desa Tandikat, Ada senja yang selalu indah dan menenangkan, tetapi di balik ketenangan itu tersimpan sebuah rahasia gelap. Randu, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang penuh rasa ingin tahu, tanpa sengaja memas...