Randu dan Fariz melanjutkan penelusuran mereka dengan semangat baru setelah menemukan medali misterius. Mereka kembali ke ruangan yang dipenuhi buku-buku tua dan simbol-simbol aneh, berharap untuk menemukan petunjuk yang lebih jelas. Namun, suasana tenang itu tiba-tiba pecah oleh sebuah kejadian yang tak terduga.
Saat Randu sedang memeriksa buku yang terbuka di meja besar, dia mendengar suara aneh di belakangnya. Dia menoleh dan terkejut melihat Fariz berdiri di dekat lukisan yang sebelumnya mereka perhatikan. Fariz tampak terhipnotis oleh gambar di lukisan tersebut, matanya melekat pada gambar dengan tatapan kosong.
“Fariz, ada apa?” tanya Randu, merasa khawatir.
Fariz tidak menjawab. Tubuhnya mulai bergetar, dan tanpa peringatan, dia mulai menghilang dari pandangan Randu. Randu menyaksikan dengan ngeri saat tubuh Fariz perlahan-lahan memudar, seperti kabut yang tersapu angin. Dalam hitungan detik, Fariz sepenuhnya lenyap dari ruangan.
“Fariz! Jangan pergi!” teriak Randu, berlari ke arah tempat Fariz berdiri. Namun, yang tersisa hanya kekosongan, dan Fariz tidak bisa ditemukan di mana pun di ruangan itu.
Randu merasa kepanikan melanda dirinya. Dia segera memeriksa sekeliling, membuka semua buku, dan memeriksa setiap sudut ruangan, berharap menemukan petunjuk tentang ke mana Fariz pergi. Namun, usahanya sia-sia. Fariz tidak terlihat di mana pun.
Dengan putus asa, Randu kembali ke altar dan memeriksa medali yang baru mereka temukan. Mungkin medali itu memiliki kekuatan yang dapat membantu mereka menemukan Fariz. Dia memeriksa dengan teliti, mencari simbol atau tulisan yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut.
Ketika Randu memegang medali dan memperhatikannya lebih dekat, dia menyadari bahwa ada sebuah simbol yang mengeluarkan cahaya lembut. Cahaya itu membentuk sebuah peta yang mengarah ke arah tertentu di dalam ruangan.
Randu mengikuti peta yang terbentuk dari cahaya medali, yang mengarah ke dinding di sisi lain ruangan. Dengan hati-hati, dia menekan sebuah panel tersembunyi di dinding, dan seketika, sebuah pintu rahasia terbuka, mengungkapkan sebuah lorong sempit yang gelap.
Tanpa berpikir panjang, Randu memasuki lorong, mengikuti petunjuk cahaya dari medali. Lorong itu terasa panjang dan penuh dengan kesunyian, hanya diselingi oleh suara langkah kaki Randu yang bergema. Dia terus berjalan, berharap bahwa lorong ini akan membawanya ke tempat di mana Fariz mungkin berada.
Di ujung lorong, Randu menemukan sebuah ruangan yang berbeda dari yang lain. Ruangan ini dipenuhi dengan kaca-kaca besar yang menghadap ke berbagai arah, menciptakan ilusi ruang yang tak terhingga. Di tengah ruangan, terdapat sebuah platform dengan sebuah kotak yang terbuat dari kaca.
Saat Randu mendekati platform, dia mendengar suara yang familiar. Itu adalah suara Fariz, terdengar samar namun jelas, seolah-olah dia sedang berusaha untuk berbicara. “Randu… aku di sini…”
Randu dengan cepat mendekati kotak kaca dan melihat bahwa di dalamnya, ada sebuah bentuk yang mirip dengan Fariz, tetapi terjebak dalam sebuah ruang gelap. Fariz tampak terperangkap dalam dimensi yang berbeda, berusaha untuk bergerak namun tidak bisa keluar.
“Apa yang terjadi, Fariz?” tanya Randu, berusaha menghubungi Fariz melalui kotak kaca. “Bagaimana aku bisa membantumu?”
Fariz menatap Randu dengan penuh harapan. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di sini. Sepertinya aku terperangkap dalam sebuah dimensi paralel. Kamu harus mencari cara untuk membuka kotak ini dan membawaku keluar.”
Randu memeriksa kotak kaca dengan cepat. Di sampingnya terdapat sebuah panel dengan simbol-simbol yang mirip dengan yang ada di buku. Randu menyadari bahwa dia harus memecahkan teka-teki atau menyusun simbol-simbol tersebut dengan benar untuk membuka kotak.
Dia mulai memeriksa simbol-simbol dengan teliti, mencoba mencocokkan dengan petunjuk yang dia temukan di buku dan medali. Setiap simbol memiliki arti khusus, dan Randu harus memastikan bahwa dia menyusunnya dalam urutan yang benar.
Sementara itu, Fariz berusaha tetap tenang di dalam kotak, meskipun kegelapan dan kesulitan membuatnya merasa tertekan. Dia bisa mendengar suara Randu yang bekerja keras di luar sana, dan dia berharap agar temannya dapat menyelesaikan tugas tersebut.
Dengan kesabaran dan ketelitian, Randu akhirnya berhasil menyusun simbol-simbol dengan benar. Kotak kaca mulai memancarkan cahaya yang semakin terang, dan perlahan-lahan, dinding kaca itu mulai menghilang, membuka jalan bagi Fariz untuk keluar.
Fariz melangkah keluar dari kotak dengan napas lega, dan Randu memeluknya dengan penuh kebahagiaan. “Kamu baik-baik saja?” tanya Randu.
Fariz mengangguk, merasa bersyukur telah ditemukan dan diselamatkan. “Aku baik-baik saja. Tapi kita masih harus terus mencari jalan keluar dari dunia senja ini.”
Dengan Fariz kembali di sampingnya, Randu merasa lebih yakin. Mereka melanjutkan pencarian mereka, bertekad untuk menyelesaikan perjalanan mereka dan menemukan jalan pulang yang sebenarnya.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DIBATAS SENJA
TerrorDi Suatu desa Yang bernama desa Tandikat, Ada senja yang selalu indah dan menenangkan, tetapi di balik ketenangan itu tersimpan sebuah rahasia gelap. Randu, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang penuh rasa ingin tahu, tanpa sengaja memas...