Paman Kai menceritakan bagaimana ia menyelamatkan Bukin, Erwin, dan Moi dari Asimka. Yuya terkejut mendengar cerita Paman Kai, tetapi ia merasa tenang setelah mengetahui bahwa Erwin telah bertemu dengan Bukin dan Moi selamat. Paman Kai mengajak Yuya pergi ke rumahnya di selatan dengan balon udara. Paman Kai mengakui dengan jujur bahwa ia tidak bisa mengalahkan Asimka sendirian dan membutuhkan bantuan untuk menyingkirkannya.
Paman Kai juga menjelaskan cara untuk mengalahkan Asimka. Ia meminta Yuya tetap tenang dan meyakinkannya bahwa ayahnya dan Paman Fik masih hidup. Yuya kemudian bertanya tentang kemiripan fisik Paman Kai dengan ayahnya dan Paman Fik, yang membuatnya penasaran.
Kilas Balik
Paman Kai mengingat masa lalunya.
"Ceritanya panjang. Delapan belas tahun yang lalu, aku tinggal di istana Kota Pohon. Aku adalah adik dari ayahmu dan kakak dari Paman Fik. Aku selalu membayangkan hal-hal gila, mustahil, dan tidak terbayangkan oleh orang lain. Aku berimajinasi tentang manusia yang bisa terbang, benda perekat, benda peledak, dan lain-lain. Karena pemikiranku yang di luar batas, banyak orang menganggapku gila, bahkan kakakku sendiri. Namun, meski dianggap gila, aku tetap berusaha mewujudkan imajinasiku. Adikku, Fik, selalu tertarik dengan apa yang kukerjakan dan sering membantuku."
"Suatu hari, kami mencoba menciptakan benda peledak. Namun, bukan benda peledak yang berhasil kami buat, melainkan kebakaran besar yang menghancurkan banyak rumah warga dan memakan korban. Ayahmu sangat marah atas kesalahan itu dan memanggil kami berdua. Karena peristiwa itu, ayahmu memutuskan untuk mengusir kami dari Kota Pohon. Aku tak ingin Fik ikut diusir karena semua ide berasal dariku. Aku memohon kepada ayahmu agar Fik tetap tinggal di Kota Pohon, dan ia mengabulkannya. Maka, aku diusir dan pergi jauh dari Kota Pohon. Meski begitu, Fik sering datang menemuiku, tetapi ayahmu akhirnya mengetahui dan melarang Fik bertemu denganku lagi. Selama tujuh belas tahun, aku tidak pernah bertemu Fik. Namun, aku tidak menyerah dan tetap berusaha mewujudkan impian-impian gilaku. Hingga akhirnya aku berhasil menciptakan balon udara ini, bahan peledak, dan lain-lain."
*
"Ayah mengusir Paman? Jahat sekali!" seru Yuya, merasa ayahnya sangat kejam.
"Tidak! Ayahmu telah mengambil keputusan yang tepat. Jika ayahmu tidak mengusirku, mungkin aku tidak akan pernah bisa menciptakan balon udara ini," balas Paman Kai.
Paman Kai dan Yuya tiba di rumahnya di selatan. Yuya senang bisa kembali bertemu dengan Moi dan melihat Bukin telah bersatu kembali dengan adiknya. Paman Kai kemudian menjelaskan cara mengalahkan Asimka kepada semuanya.
"Cara untuk mengalahkannya adalah dengan menghilangkan ilmu kebalnya. Untuk melakukannya, kita harus menemukan dua wanita penjaga nyawa Asimka dan membunuh mereka. Setelah itu, barulah kita bisa mengalahkan Asimka dengan menusuk jantungnya."
"Bagaimana kita bisa membunuh dua wanita penjaga nyawa itu? Kita bahkan tidak tahu di mana mereka berada," tanya Erwin.
"Menurutku, kedua wanita penjaga nyawa tidak akan berada jauh darinya. Asimka pasti tahu bahwa mereka harus selalu dijaga," jawab Bukin.
"Hmm... Jadi, di mana kira-kira kedua wanita penjaga nyawa itu?" timpal Erwin dengan penuh tanda tanya.
"Di istana," jawab Bukin dengan tegas.
"Apakah kau yakin? Bagaimana jika mereka tidak ada di sana? Kita semua bisa mati," tanya Paman Kai, penuh keraguan.
"Mereka pasti ada di sana," jawab Bukin dengan yakin.
"Kalau mereka benar-benar ada di dalam istana, bagaimana kita bisa mengalahkan mereka?" tanya Yuya, mencoba mencari solusi.
"Apakah ada cara lain untuk masuk ke istana selain melalui pintu depan?" tanya Bukin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pring Embrong: Awal Perjalanan
Science-FictionPada tahun 1941, di tengah masa penjajahan Belanda, Bambu Pring Embrong yang dianggap telah punah ditemukan di Indonesia. Dikenal sebagai warisan langka yang memiliki kekuatan luar biasa, bambu ini menarik perhatian Prof. Arend Jan Anno, ilmuwan Bel...