اللهُمَّ صَلَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيِّدِنَا مُحمد ﷺ
RAHASIA DIBALIK YATIMNYA NABI MUHAMMAD ﷺ KECIL
Nabi Muhammadﷺ terlahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthallib, wafat di Madinah sepulang dari perjalanan dagang di Ghazzah pada usia 18 tahun. Tetapi ahli sejarah berbeda pendapat menyebut usia Abdullah ketika itu 20, 25, 28, atau 30 tahun. Sementara ibunya wafat beberapa tahun kemudian.
Keadaan yatim yang dihadapi Nabi Muhammadﷺ saat kecil ini diratapi oleh malaikat. Mereka mengadu kepada ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA perihal situasi yatim yang dialami oleh Rasulullahﷺ .
Ratapan malaikat ini berangkat dari keprihatinan atas nasib anak-anak yatim pada umumnya yang tanpa perlindungan, tanpa bimbingan, tanpa pengayoman, dan tanpa sentuhan kasih sayang ayah. Tetapi ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA menjamin pemeliharaan Nabi Muhammadﷺ kecil di tengah situasi yatimnya.
وعن ابن عباس أنه لما توفي عبد الله قالت الملائكة إلهنا وسيدنا بقي نبيك يتيما فقال الله تعالى أنا حافظ له ونصير
Artinya, "Dari Ibnu Abbas RA, Ia bercerita ketika ayah Rasulullah, Abdullah, wafat, malaikat mengadu, 'Wahai Tuhan dan Tuan kami, Nabi-Mu tinggal dalam keadaan yatim.' ALLAH menjawab, 'Aku yang akan menjaga dan membelanya," (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 26).
Para ulama mencoba mencari jawaban atas kondisi yatim yang diciptakan oleh ALLAH untuk Rasulullahﷺ, makhluk yang paling dicintai-Nya. Syekh M Nawawi Banten menginventarisasi sejumlah pandangan ulama perihal hikmah di balik situasi yatim yang dialami Rasulullahﷺ .
Syekh M Nawawi Banten mengutip pandangan Sayyid Ja'far As-Shadiq RA perihal ini sebagai awalan.
وسئل جعفر الصادق عن حكمة ذلك فقال لئلا يكون عليه صلى الله عليه وسلم حق واجب المخلوق
Artinya, "Ja'far As-Shadiq ketika ditanya perihal hikmah di balik keyatiman Rasulullahﷺ menjawab, 'Agar Rasulullahﷺ tidak memiliki kewajiban terhadap makhluk-Nya (kedua orang tua),"
Syekh M Nawawi Banten juga menukil pendapat Ibnul Imad yang menyatakan bahwa Nabi Muhammadﷺ dipersiapkan oleh ALLAH untuk menjadi orang besar di kemudian hari. Oleh karena itu, Nabi Muhammadﷺ ditempatkan dalam situasi yatim agar kelak di kemudian hari ia menyadari bahwa kemuliaannya dirinya berasal ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA, bukan karena orang tua atau hartanya.
وقال ابن العماد لينظر النبي صلى الله عليه وسلم إذا وصل إلى مدارج عزه إلى أوائل أمره ويعلم أن العزيز من أعزه الله تعالى وأن قوته ليست من الآباء والأمهات ولا من المال بل قوته من الله تعالى
Artinya, "Ibnul Imad mengatakan bahwa hikmah di balik
keyatiman Nabi Muhammadﷺ adalah agar ia memandang awal perjalanannya ketika sampai di tangga-tangga kemuliaannya, agar Rasulullahﷺ menyadari bahwa manusia dapat menjadi mulia hanya karena diangkat menjadi mulia oleh ALLAH, dan agar Rasulullahﷺ menyadari bahwa kekuatannya bukan berasal dari ayah, ibu, dan hartanya, tetapi kekuatannya berasal dariALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA," (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 26-27).Pengalaman Nabi Muhammadﷺ kecil menjadi yatim
sebagai kelompok mustadhafin dalam masyarakat
merupakan pengalaman berharga agar Nabi Muhammadﷺ kelak dapat berempati terhadap kelompok masyarakat yang terpinggirkan.وأيضا ليرحم الفقراء والأيتام وقال صلى الله عليه وسلم ارحموا اليتامى وأكرموا الغرباء فإني في حال الصغر كنت يتيما وفي الكبر غريبا إن الله لينظر للغريب كل يوم ألف نظرة
Artinya, "Situasi yatim saat Nabi Muhammadﷺ kecil dimaksudkan agar Rasulullahﷺ kelak berbelas kasih terhadap orang-orang fakir dan anak-anak yatim. Rasulullahﷺ bersabda, 'Kasihanilah anak-anak yatim dan muliakanlah orang-orang asing karena aku saat kecil dahulu juga mengalami situasi yatim dan saat dewasa menjadi orang asing. ALLAH memandang kasihan orang asing setiap hari seribu kali pandangan," (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun],halaman 27).
Pengalaman Nabi Muhammadﷺ kecil menjadi yatim menyimpan banyak hikmah yang belum terungkap. Tetapi hasil bacaan yang dikemukakan oleh sejumlah ulama melalui Syekh M Nawawi Banten ini menjadi informasi penting. Sejumlah hikmah yang diungkapkan ini menjadi pelajaran penting bagi kita untuk meneladani Rasulullahﷺ perihal sikapnya terhadap kelompok mustadhafin atau kelompok pinggiran di masyarakat termasuk anak yatim, orang lansia, kelompok fakir dan miskin, pekerja serabutan, buruh kontrak, dan mereka dilemahkan dalam struktur sosial. Wallahu A'lam.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحمد ﷺ
YOU ARE READING
MAHABBAH (CINTA) KEPADA KEKASIH ALLAH SWT
Spiritual"ALLAH ﷻ bertanya kepada NABI MUHAMMAD ﷺ" Wahai Muhammad, langit dan bumi Milik siapa? Milik-Mu Ya ALLAH Kamu Milik siapa? Milik-Mu Ya ALLAH Lalu Aku Milik siapa? Nabi Muhammad ﷺ terdiam dan dijawab oleh ALLAH ﷻ sendiri Aku Milik orang-orang yan...