PN-11

4K 260 27
                                    

" Semalem lo balik jam berapa nyet? " Tanya Fernand pada Ara yang terlihat sangat sayu matanya.

" Gak tau gak liat jam " Jawab Ara saat sedang sarapan bersama.

" Lo mau kemana Nan? Kan gak ada kelas" Sambung Ara.

" Mau jalan sama Nadil " Jawab Fernand dengan bangganya.

" Anjir cepet banget Nan "

" Sekarang mah sat set aja Ra, kalau kelamaan ketikung temen nanti. Gue cuma mau anterin Nadil ke gramed. Eh lo gak papa kan gue tinggal disini ? "

" Gak papa lah, yang ada gue nanya sama lo gak papa gue disini lo nya pergi? " Tanya Ara.

" Ck Ra lo kaya sama siapa aja sih, anggep aja di rumah sendiri ya tante juga kalau mau apa apa ambil aja jangan sungkan "

" Iya nak Fernand. Sekali lagi makasih banyak kamu udah mau tampung sama Ara disini.  " Ucap Ibu

" Kalau Ara mah udah sering ngerepotin saya bu hahaha " Ucap Fernand lalu tertawa.

Setelah selesai dengan aktifitas makannya Fernand pun pergi meninggalkan Ara dan juga ibunya di rumahnya.

" Ra sebenernya ibu gak enak deh Ra numpang di rumah Fernand. Kamu belum ada uang ya buat kita cari kontrakan ? " Tanya ibu.

" Sebentar lagi Ara gajian bu, begitu Ara gajian kita cari kontrakan dan sekalian urus perceraian ibu sama ayah ya "

" Pokonya mau gimana pun ibu gak boleh sama ayah. Ara sanggup kok bu jaga ibu sendirian " Sambung Ara.

Mendengar itu ibu terharu dan akhirnya menangis lalu memeluk Ara.

" Maafin ibu ya Ra malah ngerepotin kamu, harusnya kamu tinggal fokus sama kehidupan kamu sama kuliah kamu tapi malah harus ngurusin ibu juga " Ucap Ibu yang membuat Ara tak kuasa menahan tangisnya.

" Ibu jangan bilang begitu, ibu satu satu harta Ara. Ara gak punya apapun lagi selain ibu, sampai kapan pun Ara akan jaga ibu. Ara lebih sayang ibu dari pada diri Ara sendiri. Ara gak akan kuat liat ibu di perlakuin kaya gitu sama ayah bu " Ucap Ara dengan isak tangisnya.

Tangis yang Ara simpan agar ibu tak melihat kesedihannya pun luruh, ternyata Ara juga membutuhkan pundak yang bersedia mendegarkan suara tangisan Ara.

Ternyata di balik tegar nya Ara, ia tetap sosok wanita rapuh. Ara sendiri pun tak tau seberapa lama lagi tuhan mau mengujinya.

Kalau cuma hidup kekurangan ekonomi Ara sangat sudah biasa, namun kali ini sudah ekonomi minim dan ayahnya terus berulah. Selama ini Ara harus berpura pura bekerja pada ibu ayahnya supaya mereka bisa tenang karena merasa hidupnya akan du cukupi oleh Ara.

Jelas itu karena bantuan Lian, dari jalam sekolah Lian lah yang membantu Ara untuk masalah pembayaran sekolah dan Lian selalu memberinya jatah bulanan yang akan Ara bilang itu adalah gaji nya selama bekerja.

" Anak ibu harus dewasa karena keaadaan, maafkan ibu ya nak " Ucap Ibu sambil mengecupi seluruh wajah Ara. Sedangkan Ara tak mampu menjawab karena sudah sangat terisak.

Ara menumpahkan segala kesedihan yang selama ini ia rasakan dan ia pendam sendirian. Termasuk kesedihan yang Ara dapat dari Lian.

" Maafin Ara bu belum bisa bahagiain ibu " Ucap Ara.

" Nggak, melihat kamu sehat dan bahagia sudah buat ibu bahagia sayang. Jangan pernah bilang kaya gitu "

" Ibu harus temenin Ara terus ya, ibu gak boleh pergi jauh jauh dari Ara "

" Iya sayang " Ucap ibu lalu kedua nya saling memeluk satu sama lain.

*****

" Yah, ini Lian bawain makann. Ayah udah makan belum? " Tanya Lian saat mendatangi rumah ayah Ara.

Pemuas nafsu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang