EPS. 13

526 9 1
                                    

Waktu berlalu, dan kini Bima sudah naik ke kelas 3 SMA. Dalam beberapa tahun terakhir, dia semakin serius dalam berlatih di gym. Dengan komitmen yang kuat dan disiplin yang tinggi, tubuh Bima telah berubah drastis. Dia kini memiliki berat badan 90 kg, yang sebagian besar adalah otot murni. Otot-ototnya menonjol di seluruh tubuh, mulai dari dada, lengan, hingga kaki. Teman-teman di sekolah sering memandangnya dengan kekaguman, bahkan beberapa guru pun tak bisa menahan diri untuk memuji fisik Bima yang luar biasa.

Suatu sore setelah pulang sekolah, Bima masuk ke kamar Raka, yang sedang duduk di meja belajar. Raka menatap adiknya yang tampak semakin besar dan berotot, merasa kagum dengan perkembangan Bima.

"Bang," kata Bima dengan suara beratnya, "Aku makin fokus nge-gym, nih. Beratku sekarang sudah 90 kilogram, hampir semuanya otot. Keren, kan?"

Raka tersenyum dan mengangguk. "Keren banget, Bim. Kamu bener-bener jadi kuat sekarang. Aku bangga sama kamu."

Bima mendekat dan mulai memamerkan otot-ototnya di depan cermin kamar Raka. "Lihat, Bang. Lengan ini sekarang udah gede banget. Aku bisa ngerasain otot-ototnya kencang setiap kali aku ngangkat beban. Apa menurutmu aku harus ikut kompetisi binaraga lagi tahun ini?"

 Apa menurutmu aku harus ikut kompetisi binaraga lagi tahun ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka melihat Bima dengan bangga, tapi juga sedikit iri. "Pasti, Bim. Kamu udah siap banget untuk itu. Dengan tubuh kayak gitu, kamu pasti bisa menang."

Sambil bercermin, Bima menegangkan otot-otot dadanya yang besar, memperlihatkan bentuknya yang sempurna. "Aku pengen terus nge-push diri, Bang. Aku nggak mau berhenti sampai di sini. Siapa tahu, suatu hari nanti aku bisa jadi atlet profesional atau personal trainer."

Raka terkagum-kagum. Dia selalu mendukung Bima, dan meskipun tubuhnya sendiri juga mulai lebih berotot berkat latihan, dia merasa Bima memiliki potensi yang lebih besar. "Aku yakin kamu bisa, Bim. Kamu udah punya mental yang kuat. Kita berdua bakal terus nge-gym bareng, dan siapa tahu kita bisa ikut kompetisi bareng juga."

Bima tersenyum lebar, otot di wajahnya terlihat jelas. "Siap, Bang. Aku bakal ngajarin kamu semua teknik yang udah aku pelajari selama ini."

Selama beberapa minggu berikutnya, Bima dan Raka semakin intensif berlatih bersama. Mereka saling memotivasi satu sama lain di gym, mencoba berbagai jenis latihan kekuatan dan angkat beban yang semakin berat. Bima, dengan tubuh besarnya, sering menjadi pusat perhatian di gym. Orang-orang melihat bagaimana dia mampu mengangkat beban yang sangat berat dengan teknik yang sempurna.

Tidak hanya itu, Bima juga mulai mengatur pola makan dengan lebih disiplin. Dia memastikan asupan proteinnya cukup untuk membangun otot, dan menjaga tubuhnya tetap bugar dan sehat. Setiap hari, dia mencatat kemajuan berat dan kekuatan angkatnya, dan Raka pun turut serta dalam pola hidup sehat ini.

Namun, dengan semua keberhasilan yang Bima raih, dia tetap rendah hati. Dia tidak pernah sombong dengan fisiknya yang luar biasa. Bahkan di sekolah, meskipun teman-teman sering memujinya, Bima tetap menjadi sosok yang ramah dan mudah diajak bicara.

Satu hal yang selalu membuat Raka kagum adalah bagaimana Bima tetap bisa menjaga keseimbangan antara prestasi akademik dan kebugarannya. Meskipun tubuhnya kini besar dan kuat, Bima tetap fokus pada pendidikan dan memastikan bahwa dia bisa lulus dengan baik dari SMA.

Pada akhir tahun, Bima memutuskan untuk mengikuti kompetisi binaraga tingkat nasional. Raka, tentu saja, ada di sana untuk mendukungnya, bersama dengan keluarga dan teman-teman Bima. Saat hari kompetisi tiba, Bima tampil dengan percaya diri, menunjukkan hasil dari tahun-tahun kerja kerasnya. Di bawah sorotan lampu panggung, tubuh berotot Bima terlihat mengesankan.

Ketika pengumuman pemenang dilakukan, Bima dinyatakan sebagai juara pertama. Sorak sorai dari penonton memenuhi ruangan, dan Raka berdiri dengan bangga melihat adiknya menerima trofi dengan senyuman lebar di wajahnya.

Sepulang dari kompetisi, Raka menepuk pundak Bima. "Kamu luar biasa, Bim. Ini baru permulaan. Aku tahu kamu bisa mencapai lebih banyak lagi."

Bima mengangguk, merasa sangat bersyukur atas dukungan abangnya. "Terima kasih, Bang. Kita akan terus melangkah maju. Bersama."

Dengan otot yang semakin besar dan kuat, serta mental yang semakin tangguh, Bima dan Raka berkomitmen untuk terus melatih diri dan menjaga kebugaran. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai, dan masih banyak yang bisa mereka capai di masa depan.

Setelah kompetisi, Bima dan Raka semakin termotivasi untuk berlatih bersama. Bima merasa bangga melihat perubahan yang terjadi pada abangnya. Raka yang dulunya tampak lebih kurus kini mulai terlihat berotot berkat rutinitas latihan yang konsisten.

Suatu sore, mereka berdua pergi ke gym. Bima mulai dengan pemanasan, dan Raka mengikuti di belakang. "Bang, kamu udah terlihat lebih berisi dan kuat! Latihanmu pasti mulai membuahkan hasil," kata Bima sambil tersenyum.

Raka mengangguk, merasa senang dengan pujian adiknya. "Iya, Bim. Aku berusaha keras untuk bisa mengejar kamu. Lihat, aku sudah bisa angkat beban yang lebih berat sekarang."

Selama sesi latihan, Bima memberi tips dan menunjukkan teknik yang tepat. Mereka bergantian mengangkat beban dan melakukan latihan kekuatan, mulai dari bench press hingga squat. Raka yang awalnya merasa canggung kini semakin percaya diri dan bersemangat untuk menunjukkan kemajuannya.

Setelah beberapa set latihan, Bima berkata, "Bang, lihat otot lenganmu! Mereka mulai berotot, lho! Nanti kita bisa foto bareng untuk membuktikan seberapa jauh kita sudah berkembang."

Raka tertawa. "Kita pasti bisa bikin banyak orang terkejut dengan perubahan kita."

Ketika mereka selesai berlatih, Bima mengajak Raka ke cermin gym. "Lihat, Bang. Keren, kan? Otot-otot kita mulai terlihat jelas!" Bima menunjuk ke arah refleksi mereka, bangga dengan apa yang telah mereka capai.

Raka juga merasa puas. "Iya, Bim. Aku berterima kasih padamu karena sudah memotivasi aku untuk berlatih. Kita benar-benar jadi tim yang solid."

Setelah sesi latihan, mereka duduk di kafe dekat gym untuk mengisi ulang energi. Bima memesan protein shake dan salad, sementara Raka memilih sandwich sehat. "Aku merasa lebih bersemangat setelah latihan ini," kata Bima. "Aku ingin kita terus berlatih bersama dan mengatur rencana untuk kompetisi selanjutnya."

Raka setuju. "Kita bisa bikin program latihan yang lebih terfokus dan menjaga pola makan lebih ketat. Aku ingin tampil lebih baik di kompetisi berikutnya."

Dengan semangat yang sama, mereka merencanakan sesi latihan selanjutnya dan terus mendukung satu sama lain. Dalam prosesnya, mereka tidak hanya memperkuat fisik, tetapi juga hubungan mereka sebagai saudara. Bima merasa bangga melihat Raka tumbuh menjadi lebih kuat, dan Raka merasa bersyukur memiliki adik yang selalu memotivasi dan mendukungnya.

"Si Adik Berotot dan Sang Abang yang Sabar"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang