09. Kenangan

30 7 0
                                    

Jangan lupa vote and komennya.

Selamat membaca!!

(⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)

"Ara, nggak apa-apa. Ara enggak mau di kasihani."

Pria tampan itu memelukku dengan erat. Pelukan itulah yang membuatku tenang dalam kesedihan. Sebuah pelukan hangat yang selalu Gara berikan kepada ku.

Sesak dadaku, nafasku naik turun dengan suara tangis ku yang terisak. Kesedihan semua menimpaku, ayah pergi meninggalkan ku sekarang Agma juga pergi meninggalkan ku. Apa aku tidak di takdir kan untuk bahagia? Tuhan, aku nggak bisa.

Flashback On

"Agma, ikannya gosong.." teriak Tara, sembari menunjuk ikan di atas perapian itu, dengan cepat Agma menghamburkan perapian yang memanggang ikan yang gosong itu.

"Iya, Tuhan. Ada apa ini?" tanya Arga kebingungan.

Tara dan Agma hanya melirik satu sama lain, keduanya tidak menjawab pertanyaan Arga. Arga yang melihat ikan yang di panggang semuanya gosong, pria berumur 38 tahun itu hanya menggelengkan kepalanya terheran.

"Tara, Agma..." panggil Arga, keduanya mendekat menghampiri Arga.

"Om Arga, Agma ma-" belum sempat melanjutkan perkataannya, Arga langsung menjewer telinga keduanya.

"Om ampun, om.." rintih Agma.

"Pah, aduh sakit. Telinga Tara nanti merah. Pah," kesal Tara dengan raut kening yang berkerut.

"Sayang sudah kasihan mereka kamu jewer kaya gitu, kita makan saja yang gosong-gosong ini." Viola menghampiri kami dengan membawa nasi yang banyak, di tempat nasi yang berwarna biru muda.

Dengan cepat Arga melepaskan jeweran nya dari keduanya itu, Agma tersenyum tipis melihat telinga milik Tara memerah seperti darah.

Mereka menikmati makanan yang telah di sajikan. Sesekali Tara mengeluh dengan ikan gosong itu.

"Pahit, ini sangat pahit..." celetuk Tara.

"Nikmati saja Tara Amarta." decak Agma menatap kesal Tara.

"Ini sangat pahit aku tidak suka."

"Pah, mah, Tara enggak suka ini sangat pahit." gerutu Tara sedari tadi membuat Arga menatap kesal pada Tara.

"Pah? Kenapa menatap Tara seperti itu?" tanya Tara dengan polos.

"Tara, kamu ini. Kamu yang buat gosong ikannya, kamu juga yang sedari tadi mengeluh, mau papah jewer lagi, ya?" Arga memainkan jarinya menakuti Tara yang berusia 17 tahun itu.

"Maaf, pah. Heheheh maaf ya?" tawa Tara pelan, sembari menundukkan kepalanya ke tikar yang mereka duduki.

Hari semakin petang. Langit akan menampakkan semburat jingganya, membuat mata tak mampu berpaling walau hanya sekejap saja. Malam ini adalah malam paling berharga menghabiskan waktu bersama keluarga dan juga Agma.

Karena Tara adalah gadis yang suka mengurung diri di kamar. Bisa di sebut gadis introvert, gadis itu tidak suka keluar rumah hanya pergi kesekolah saja Tara setiap harinya.

Kecuali Agma saja yang mengajaknya baru gadis cantik itu pergi keluar bersama dengannya.

"Tara, besok kita pergi ya." ajak Agma.

"Hmm." sahut Tara tidak perduli.

"Sikap mu sangat dingin, tapi aku suka." ucap Agma pelan, menatap kecantikan Tara yang tidak berubah sedikit pun dari gadis cantik itu.

[✔️] Tara Amarta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang