18 | Gentleman

31 3 0
                                    

2023

"Beberapa minggu lagi kalian mau ujian, loh. Belajar yang sungguh-sungguh, biar dapet nilai yang bagus. Mau masuk sekolah negeri semua, kan?"

Satu kelas kompak menjawab, "Mauuu pak!"

"Maka dari itu, nakalnya dikurangi. Mbolosnya dikurangi. Waktu pelajaran jangan mbolos ke kantin terus."

Siang ini, pak Satya-guru IPA memberikan wejangan untuk kelas Dira, kelas 9F. Pak Satya ini masih muda, cara mengajarnya juga menyenangkan. Tidak heran teman-teman di kelas Dira maupun di kelas yang lain menyukai pak Satya. Menyukai dalam konteks cara mengajar maksudnya.

Setelah memberikan wejangan kepada murid-muridnya, pak Satya melanjutkan pembelajaran. Materi yang diajarkan kali ini adalah Bioteknologi. Sebenarnya materi ini sangat menyenangkan, apalagi yang mengajar pak Satya. Tetapi yang tidak Dira sukai adalah harus menghafal nama-nama bakteri yang sulitnya minta ampun menurut Dira.

Di tengah-tengah pak Satya yang sedang menjelaskan materi, mata Dira melihat Adit yang tiba-tiba berdiri. Ia lalu berjalan ke arah Dira dan duduk di bangku kosong di depan Dira.

"Adit, kamu kenapa tho kok pindah tempat?!" teriak pak Satya.

Adit hanya nyengir sedikit, tak menjawab pertanyaan pak Satya.

Lalu, sebuah suara menyahuti. "Kan Adit mau deket-deket sama Dira, Pak," teriak Vira yang tentu saja semua orang di kelas mendengarnya.

Astagaaa, mulutnya si Vira tidak bisa dikontrol. Main jeplak saja. Dira kan jadi baper kalau begini. Tapi kalau benar Adit pindah tempat karena ingin dekat dengan Dira, Dira sih senang-senang saja. Hehe.

***

Seperti yang diucapkan pak Satya siang tadi, sepulang sekolah, Dira langsung mandi dan sholat ashar. Lalu, ia mengambil buku-buku paket yang mapelnya ia sukai dan mulai merangkum materinya.

Ujian kelulusan sudah hampir di depan mata. Tentunya Dira harus mempersiapkan matang-matang agar bisa diterima di sekolah negeri.

Sebenarnya sekolah negeri maupun swasta sama-sama bagus. Namun, Dira ingin meringankan beban orang tuanya dengan bersekolah di SMA negeri. Lumayan kan tidak membayar uang SPP. Karena saat Dira kelas 2 SMA nanti, perkiraan Shella juga akan masuk TK. Jadinya pengeluaran bertambah banyak.

Pukul sembilan malam, Dira sudah selesai merangkum materi mata pelajaran IPA dan IPS, dua mapel yang ia sukai. Matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Ia menutup buku-bukunya dan persiapan tidur.

Anehnya, begitu Dira mematikan lampu kamar dan berbaring di atas kasur, kantuk yang semula datang tiba-tiba saja hilang. Matanya jadi lebih fresh. Apalagi, ketika Dira melihat ada notifikasi masuk dari nomor Adit.

Adit
Dek

Dira
Iyaaa

Adit
Aku mau ngomong

Adit kalau mau ngomong tinggal ngomong saja, kan? Kenapa harus pakai laporan segala? Memangnya sepenting apa sih yang mau dibicarakan?

Dira
Ngomong apa?

Adit
I like you. Whether you like me or not,
I don't care.

Jantung Dira berdegup kencang membaca pesan yang Adit kirimkan. Ini maksudnya apa? Adit menyatakan perasaanya kepada Dira? Dira bingung harus menjawab apa. Jadinya, ia hanya membaca pesan yang Adit kirimkan.

Mungkin karena Adit terlalu lama menunggu jawaban dari Dira, ia lalu mengirimkan pesan lagi.

Adit
Jawabanmu apa dek?

Duh, Dira makin bingung. Di satu sisi, ia memang menyukai Adit. Tapi di sisi lain, melihat Adit yang masih saja friendly, Dira jadi ragu. Adit juga tidak gentleman, masa iya nyatain perasaanya lewat chat, sih? Kenapa nggak ngomong langsung saja? Tadi siang loh ketemu di sekolah.

Akhirnya, walaupun sebenarnya Dira menyukai Adit, ia pun mengirimkan balasan ....

Dira
Tunggu waktu kelulusan yaa



Cinta MonyetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang