8.

1.4K 74 5
                                    

Note: bacang ulang lagi part sebelumnya, biar dapet sesasi basah basahannya!

Aroma yang menguar dari milik Dania begitu mengetarkan benak Arlan. Rasa cinta dan sayangnya begitu besar pada perempuan itu. Walapun mereka menikah bukan karena saling cinta seperti pasangan lainya, mealinkan karena keterpaksaan, tapi Arlan tidak menampik jika dia sudah sangat mencintai perempuan itu. Dania yang baik dan pengertian, menyayanginya dan memanjakanya. Dia yakin, akan ada penyesalan yang begitu hebat seandainya dia sampai menyiayiakan wanita seperti Dania.

Arlan mendekatkan wajahnya ke milik Dania, meraupnya dan menjejalnya dengan lidahnya. Seluruh inderanya langsung bergertar saat membaui milik Dania yang begitu wangi. Sekuat tenaga dia menahan gejolak dalam tubuhnya.

"Uowhh.. Ar.. Jangan." Dania menegaang kaku saat merasakan sapuan lidah kasar Arlan pada miliknya. Ini adalah pertama kali dia rasakan, sebelumnya Arlan hanya menyentuhnya mengunakan tangan.

Erangan dan desahan Dania semakin membuat Arlan bergairah, dia ingin terus menyenangkan istrinya itu. Dengan semangat Arlan menjilat dan menghisap lembah surga dunia yang semalam baru dia perawani itu. Pikiranya melayang, membayangkan kejantananya lah yang mengempur milik Dania. Keluar, masuk dan menekan.

"Enaknya, Ar.. ohh...enaknya. Aku mau terus, aku mau lagi. Jangan lepas, Ar. Enak sekali." Rancau Dania dengan tubuh sedikit menekuk, melihat kepala Arlan yang bergerak-gerak di selangkangannya.

Arlan berhenti dari kegiatanya, menganti dengan jari-jarinya. Mata tajamnya ingin menatap ekspresi wajah Dania yang begitu sayu.

"Arr..." Dania merengek manja.

"Iya, Sayang. Kenapa, enak? Heum?"

"Iya. Enak, Ar. Aku mau lagi, aku mau lidah kamu lagi."

Arlan tersenyum hangat menatap wajah sayu Dania, senang dengan kejujuran permpuan itu. Padahal tadi sempat menolaknya, dan berakhir pasrah setelah dipaksa. Merasa iba dengan istrinya, Arlan kembali menjilat milik Dania yang semakin banjir akan cairan.

Dania merasakan sesak di dada, tubuhnya menegang dan bergetar, menandakan pelepasan agar segera tiba. Dania tidak lagi bisa berkata-kata saat merasaakn nikmat yang begitu hebat menghampirinya. Bibir ranumnya hanya mampu mendesah dan mengeram menyebut-nyebut nama suaminya.

Dania mencengkram pinggiran sofa kuat-kuat saat merasaakn sesuatu akan mendesak keluar, kepalanya terasa melayang dengan tubuh tersentak-sentak. Tidak ingin Arlan terkena cairanya, Dania mendorong kepala lelaki.

"Mingir, Ar. Minggir. Aku mau keluar."

Seolah tuli, Arlan semakin menegelamkan wajahnya pada milik Dania. Menjilat dan menghisapnya kuat-kuat.

Dania semakin tidak karuan, perasanya meletup-letup bak larva gunung berapi dan sesautu dalam dirinya mendesak ingin keluar. Badan Dania semakin tertekuk, kakinya terangkat tinggi dengan mata yang terkatup rapat.

"Ohh...agkhh. Ar.. hmmm..." tubuh Dania tersentak-setak beberapa kali, diiringi cairan yang keluar dengan deras dari miliknya.

Arlan berhenti menjilat, lalu menatap Dania yang kewalahan dengan perasaan puas. Tidak berapa lama, Arlan melepas pakaiannya sendiri, dia juga ingin merasakan kenikmatan yang sama seperti yang Dania rasakan.

"Bisa pindah ke kamar, Ar?" Pinta Dania saat meilhat Arlan sudah polos telanjang dan bersiap memindihnya.

"Siap, Nyonya."

...

Dania semakin sibuk mengajar, beberapa kali juga dia harus pergi ke luar kota untuk melakukan seminar. Arlan yang kerap ditinggal pun memutuskan kembali ke kos, di sana dia memiliki teman untuk berbincang. Seperti hari ini, setelah menghungi Dania yang mengatakan akan pulang sekitar 2 hari lagi, Arlan bersiap pergi ke kos.

Namun, baru saja Arlan keluar dari kamar, siluet seorang wanita yang sedang berkutat di dapur membuatnya tersenyum lebar. Dengan langkah pasti Arlan menghampiri perempuan itu.

"Nakal, bohongin suaminya." Ucap Arlan dengan memeluk Dania dari belakang, sembari mengecupi tengkuk putih perempuan itu.

Dania tertawa, dan membalikan tubuhnya untuk menatap suami mudanya itu dan berucap.

"Aku udah di rumah dari semalem."

"Kok aku nggak denger?"

"Karena aku tidur di sofa depa tv?"

"Kok?"

"Nggak ada kok, kok, kok." Dania mengecup bibir Arlan singkat. "Sarapan dulu yuk."

Arlan menahan tangan Dania yang akan bernajak, menatap perempuan itu penuh curiga.

"Sarapan, Ar." Ucap Dania dengan mengangkat dua piring makanan di tangannya.

Arlan masih belum menghilangkan raut curiganya, membuat Dania menghela nafas pelan dan kembali meletakan makanan di tanganya ke atas meja kompor. Dia mendekap pinggang suminya itu dan memberikan beberapa kecupan pada bibirnya.

"Memang nggak senang aku pulang cepat?"

"Bukan nggak senang, tapi baru aja tadi kamu bilang ditelpon akan pulang 2 hari lagi. Tapi ini?" Arlan membalas pelukan Dania. "Kamu juga tidur di sofa, nggak masuk kamar. Kenapa? Aku buat salah?"

"Kok mikirnya gitu?"

Arlan menaikan pundaknya, bisa saja begitu kan? Walapun Arlan sendiri tidak merasa berbuat salah, tapi sangat tumben Dania mempercepat kepulangannya, tanpa memberitahu dan tidak menyuruhnya menjemput seperti biasa.

"Aku mau kasih suprise, Arlan sayang. Dan bener kan, kamu kaget tadi."

"Iya, tapi kenapa tadi ngomongnya 2 hari lagi baru pulang?"

"Namanya suprise. Lagian besok kan kita pergi bulan madu, kalau aku pulang 2 hari lagi memang mau ditunda?"

Ah, Arlan ingat sekarang. Arlan mengeratkan pelukanya dan mengumam maaf dan berucap kerinduan.

"Sekarang baru kamu buat salah."

"Iya, iya, maaf, Sayang. Aku lupa karena kangen banget sama kamu."

"Heleh."

"Bener, lohh. Coba liat ini bu—"

"Heh!" Dania membekap mulut suaminya sebentar, tau akan kemana lelaki itu berbicara. "Aku lapar, mending kita makan."

Arlan mengedipkan matanya genit. "Nggak mau makan yang lain dulu?"

"Nggak! Aku lapar, mau makan nasi." Dengus  Dania.

"Makan nasi lauk sosis yang dilumuri mayonaise?"

"Aku bener-bener laper, Ar."

"Tapi punyaku juga lapar loh. Lapar dan kengen aroma punya kamu."

"Arlan, please!" Dania mendorong lelaki itu menjauh.

"Sebentar aja nggak boleh, ya?" Arlan menampilkan wajah sedih.

"Nggak!"

"Pelit!"

"Biarin."

"Masak sama suaminya pelit, dosa tau."

"Kata kamu dosa nggak keliatan."

Arlan cemberut, merasa kalah berargumen dengan istrinya.

"Kenapa diem, nggak mau makan?" Tanya Dania saat melihat Arlan yang berwajah masam, layaknya bocah yang tidak dibiarkan membeli mainan kesukaanya.

"Mau."

"Kok jawabnya pendek?"

"Mau, Sayang. Ini mau makan."

"Kenapa jawabnya gitu? Kayak nggak ikhlas."

"Apasih, Nia? Kok jadi kamu yang ngambek."

"Nggak taulah, terserah kamu mau makan atau nggak."

Arlan mengehala nafas pelan. Merasa salah, tapi juga tidak merasa salah. Dania saja yang melebih-lebihkan, padahal Arlan rindu jepitan perempuan itu. Eh!

Kurang panas? Bacanya besok siang jam 12 di halaman rumah, yakin saya kepala kalian pun bisa menyala-nyala.

Menyala pembacaku🔥🔥

Sorry for typo

Luvv💚💚

My sweet berondong(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang