9

1K 68 7
                                    

Tidak terasa pernikahan Arlan dan Dania sudah berjalan hampir 2 tahun. Selama itu keduanya terlihat semakin mesra dan bahagia. Namun, bukan berarti tidak pernah ada masalah dalam rumah tangga mereka. Salah satu masalah yang kerap mereka bahas adalah masih belum adanya buah hati. Arlan sendiri tidak memusingkan itu, dia senang dan bahagia dengan adanya anak atau tidak, karena yang terpenting baginya adalah kebersamaannya dengan Dania.

Berbeda dengan Arlan, Dania beberapa kali kedapatan terlihat sedih. Dia merasa bersalah juga gagal. Belum lagi istri Aston yang dikabarkan sedang mengandung kembali, membuat perasaan Dania semakin tidak karu-karuan. Walapun tidak ada paksaan atau perkataan yang menyingungnya, tapi Dania tetap saja merasa tidak tenang, hingga berfikir jika mungkin dirinya bermasalah. Padahal keduanya dinyatakan baik oleh dokter, dan mungkin Tuhan saja yang memang belum mau memberikan kepercayaan kepada mereka. Namun tetap saja, tidak membuat hati Dania tenang.

Sebenarnya Arlan sudah menenangkan perasaan istrinya itu, tapi sepertinya Dania yang memang merasa resah sendiri. Dania juga ingin segera diberikan kepercayaan untuk merawat anak, menjadi seorang wanita sesungguhnya. Tapi sepertinya Tuhan ingin dirinya dan Arlan menikmati waktu berdua lebih lama.

Dan meskipun perasaanya tidak nyaman, tapi Dania tetap melayani Arlan dengan maksimal. Dia tidak ingin Arlan ikut resah dan hawatir berlebih sepertinya. Seperti malam ini, setelah melayani Arlan untuk makan malam, Dania kembali melayani lelaki itu di ranjang.

Sebenarnya Dania merasa tidak ingin bercinta, tapi dia tidak ingin membuat Arlan kecewa. Setelah mengantar Arlan pada pelepasan terakhirnya, Dania langsung jatuh tertidur. Entah kenapa akhir-akhir ini dirinya memang merasa mudah lelah, dan mengantuk.

"Nggak bersih-bersih dulu?" Tanya Arlan saat melihat Dania sudah menutup mata.

"Ngantuk, Ar." Jawab Dania dengan gumamam.

"Biar tidurnya lebih nyaman, Sayang."

Tidak ada jawaban dari Dania, spertinya perempuan itu benar-benar lelah dan mengantuk. Terdengar pula dengkuran halus. Arlan tersenyum, mengusap rambut panjang Dania penuh sayang dan menciumnya berulang.

"Selamat malam, Sanyang. Selamat istirahat. Aku bantu bersihkan, ya."

..

Paginya, Dania yang merasakan mual begitu hebat, sedikit berlari ke kamar mandi, sehingga menimbulkan suara gaduh yang membuat Arlan terbangun. Segera Arlan menyusul Dania dan memijat tengkuk perempuan itu. Arlan juga mengikat rambut Dania dengan tanganya, dan sigap meraih tisu untuk istrinya itu.

"Sudah?" Tanya Arlan saat Dania berdiri lemas di depan wastafel dengan wajah pucat.

Dania mengangguk. Sudah 2 hari ini dirinya kerap merasakan mual di pagi hari, tapi tidak ada yang keluar selain cairan.

"Kayannya karena kemarin nggak sarapan, jadi asam lambungku naik." Jelas Dania tidak ingin Arlan berfikiran macam-macam. Apalagi sampai menduga dirinya mual dan muntah karena hamil.

"Kita ke dokter aja, ya. Mau?"

"Nggak perlu, Ar. Kayak biasa aja, minum obat juga sembuh."

Arlan mengehala nafas pelan, Dania memang sulit jika sudah berurusan dengan dokter.

"Ya udah, tunggu sebentar aku ambil obatnya dulu." Ujar Arlan berniat keluar kamar mandi, dan Dania mengikutinya. "Eh, mau kemana? Kamu tunggu di sini, sebentar aja."

"Nggak rebahan aja di kamar?" Tanya Dania yang sebenarnya ingin sekali kembali tidur, badanya sudah lemas tak bertenaga.

"Nggak. Kamu duduk di sini sebentar." Arlan menarik kursi yang memang ada di dalam kamar mandi, menyuruh Dania duduk di atasnya, sedangkan dirinya berlari keluar untuk mencari kotak obat.

My sweet berondong(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang