Seekor anjing harus tetap dirantai

6 1 0
                                    

Eldoria dan Prydain terletak bersebelahan dalam peta, tepatnya mereka adalah penghuni wilayah utara di benua ini. Jika rute pengiriman obat surga harus melewati Eldoria terlebih dahulu untuk bisa sampai ke Prydain, maka besar kemungkinan paket itu dikirim dari Tamriel.

Wilayah Eldara berbentuk hampir menyerupai sepucuk bunga, dengan bagian tengahnya adalah kota Elantri yang langsung berbatasan dengan semua wilayah utama. Maka jika obat surga datang dari kota itu, seharusnya mereka tidak membuat jalur lain yang lebih menyulitkan.

Ditengah kesunyian malam yang dingin ini, Damian sudah dalam keadaan siap untuk menghadang para kurir pengantar paket diperbatasan dua wilayah tersebut. Wajah nya yang tampan tertutup topeng dengan rapih, dipinggangnya tersampir pedang dengan permata naga yang legendaris.

Drap!
Drap!
Drap!

Lalu tidak lama kemudian mulai terdengar suara derap langkah kuda diikuti gelindingan roda yang sepertinya berasal dari kereta utama, Damian tidak bersembunyi dia dengan terangan-terangan menghadang puluhan musuhnya ditengah jalan.

Hingga jarak mereka pun semakin dekat, hingga akhirnya orang yang menjadi komandan dalam pasukan itu pun memberikan isyarat untuk berhenti karena dia melihat ada sosok orang asing menghadang jalannya.

Sedikitnya ada lima puluh orang yang mengantarkan paket mala mini, dengan tatapan bengis dan penuh arogansi mereka meminta Damian untuk segera pergi.

"Siapa kamu, cepat pergi dari sini dan jangan menghalangi jalan kami,"

"Atau kau ingin kepalamu menjadi buah tangan untuk pakan anjing-anjingku"

Komandan pasukan itu tersenyum meremehkan lawannya, tentu dia berpikir demkian. Siapa orang yang mampu mengalahkan lima puluh prajurit dengan kekuatan sedang, dari segi kuantitas musuh yang hanya seorang diri jelas akan mudah dikalahkan.

Namun Damian tidak mendengarkan perintah itu sama sekali, hingga membuat si komandan kesal dan memerintahkan dua orang prajuritnya untuk turun dan menghabisi musuh yang menghadang.

Dua orang dari jajaran depan langsung turun dan dengan langkah tegap mereka berjalan mendekati Damian, tangan keduanya sudah memegang pedang siap untuk memberikan tebasan.

Sring!

Suara derita dari pedang yang terayun pun terdengar, cahaya bulan ikut mengilaukan mata pedang yang tajam.


Crat!

Darah mengucur dari leher dan kepala yang sudah terpisah, semua orang yang berada ditempat itu melotot kaget melihat dua orang pasukan tadi dikalahkan hanya dengan satu tebasan pedang. Gerakan tangan damian puluhan kali lebih cepat dari musuhnya.

"Kalian tidak ingin bertepuk tangan untuk dua kepala pertama?" ujar Damian dengan nada datar dan tatapan dinginnya.

"Semuanya, serang!"

Si komandan pasukan langsung memerintah semua pasukannya untuk menyerang Damian. Tidak ada satupun dari mereka yang diam, semua orang mengangkat pedang dan berlomba melukai lelaki itu.

Sring!
Sring!
Tang!

Sret!
Jleb!

Pertempuran satu banding lima puluh terjadi dengan tidak adil, tapi sangat menakjubkan karena Damian lah yang keluar sebagai yang unggul. Benar kata Arthur untuk jangan pernah mengganggu ketenangan seorang Damian, karena kamu tidak akan perah tau jika ketenangan itulah yang akan menebas tubuhmu.

Damian berubah menjadi pembantai yang haus darah, tidak ada ekpresi senang diwajahnya tapi dia sangat menikmati setiap ayunan pedang yang dia gerakkan. Bahkan ketika seluruh pakaiannya sudah basah dan kotor dengan lumuran darah, Damian masih belum ingin berhenti.

DINASTI BLACK SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang