Jamuan pagi dan janji

2 1 0
                                    

Keesokan paginya, Damian diajak sarapan pagi bersama keluarga kerajaan. Akhirnya dia kembali bertemu dengan Chiel, dan anak itu langsung antusias juga ketika bertemu dengan kakak penolongnya itu.

Saking antusias nya raja dan ratu sampai menegur anak bungsu mereka, agar lebih tenang lagi ketika sedang makan atau berhadapan dengan makanan dan minuman. Aidan sendiri tidak banyak berkomentar, dia hanya sedikit kepanasan jenggot karena adiknya jauh lebih dekat dengan seorang tamu dari pada kakak kandungnya sendiri.

Dengan sedikit cemberut namun terbu-buru Chiel pun berusaha menghabiskan makanannya secepat mungkin, agar dia mempunyai banyak waktu bersama dengan Damian pikirnya. Tapi kali ini teguran datang langsung dari siempu, dengan pelan-pelan dia memberitahu pangeran kecil itu untuk jauh lebih santai saat makan.

"Pangeran tenang saja, makanlah dengan pelan agar kamu tidak tersedak,"

"Tapi nanti waktu kita jadi lebih sedikit, aku tidak mau itu,"

"Waktu akan semakin terbuang jika sampai pangeran kenapa-kenapa, karena makan dengan terburu-buru, aku janji akan mendengarkan dulu semua hal yang ingin pangeran katakan sebelum pulang. Jadi aku mohon makanlah dengan tenang,"

"Baiklah kak, maafkan aku semuanya,"

Raja dan ratu merasa damai melihat interaksi antara Chiel dan Damian, mereka jadi ingat dengan mendiang putra mahkota pertama Arcadia yang sudah meninggal. Jika pangeran pertama masih hidup, maka kurang lebih gambaran keluarga kecil mereka akan seperti sekarang ini.

"Maaf pangeran, kalau boleh aku tahu berapa usia mu sekarang?" tanya Ratu.

"Aku jauh lebih tua lima tahun dari pangeran Aidan,"

"Ohh jadi kamu jauh lebih tua daripada Aidan, kalau begitu seharusnya dia juga memanggilmu dengan sebutan kakak,"

"Itu terlalu berlebihan untuk aku yang biasa saja ratu,"

"Aku pikir kalian seumuran, wajahmu tidak terlihat tua,"

"Pangeran Aidan seumuran dengan adikku Arthur, terima kasih untuk pujiannya ratu. Kamu juga terlihat cantik dan masih awet muda,"

Ratu terlihat malu-malu ketika dipuji balik, entahlah tapi dia tiba-tiba merasa begitu bahagia kala Damian mengatakannya.

"Kamu berencana pulang hari ini?" tanya raja.

"Iya raja, aku masih mempunyai urusan di Elantri. Jadi aku harus segera bergegas kesana,"

"Padahal kak Damian bisa menginap satu malam lagi disini, apa urusan di Elantri sangat penting?" tanya Chiel.

"Iya pangeran, selain itu aku juga tetap tidak bisa berlama-lama disini karena aku harus pulang. Ayah dan adikku sudah menunggu, maafkan aku,"

"Biar aku ijinkan kepada raja Azeroth, aku benar-benar ingin kakak masih ada disini,"

"Sekarang pangeran kecil ini sudah berani meminja ijin kepada raja," ujar Aidan.

Tapi Chiel tidak menghiraukannya, dia hanya sekali mengejek dengan menjulurkan sedikit lidahnya pada sang kakak.

"Hahaha, bisa saja dan kemungkinan ayahku akan mengijinkan. Tapi aku yakin adikku akan datang kesini dan menyeretku pulang,"

"Beruntung sekali adikmu mempunyai kakak seperti dirimu, tidak seperti aku," ujar Chiel.

"Apa? Kamu tidak merasa beruntung aku sudah menjadi kakakmu, wahh pangeran kecil sudah berani membuat aku kesal," ujar Aidan.

"Jangan protes, kakak pikir saja sendiri apa yang aku ucapkan tidak sepenuhnya salah,"

DINASTI BLACK SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang