Prolog

414 52 8
                                    

Baraju, kedatuan yang berada dibawah naungan dua penguasa yang bersatu atas dasar politik. Retak'ka— Sang penguasa gamma dan Kuputeri— Sang penguasa beliung.

Keduanya merupakan generasi terakhir, dari lahirnya manusia dengan kekuatan supranatural. Satu-satunya pewaris tahta kerajaan Baraju— Sopan, sama sekali tak diberikan anugerah berupa pengendalian elemen, 'bak ayahanda maupun ibundanya. Padahal, dirinya sudah susah payah dilahirkan dengan harapan akan membawa perubahan besar bagi semesta.

Para penduduk menggila di abun-abun. Kekecewaan meliputi lara, akan ketidakmampuan para penguasa dalam mempertahankan kemampuan manipulasi elemental yang begitu berkuasa untuk generasi-generasi selanjutnya.

Bunga dipetik, perdu ditendang. Dahulu, kehadiran Sopan amat ditunggu-tunggu oleh penduduk jagat raya. Bahkan Retak'ka, yang begitu jijik dengan Kuputeri, mengagung-agungkannya di hadapan banyak orang, karena ia tengah mengandung Sopan di kala itu. Tapi begitu Sopan lahir dan dinyatakan tak memiliki kuasa apapun dalam dirinya, Sopan di campakkan begitu saja. Tanpa belas kasihan.

Lelaki kecil itu tak memiliki kesalahan apapun. Orang-orang hanya tamak akan kuasa. Setiap tahunnya, angka kelahiran dari tiap-tiap penguasa begitu minim jumlahnya. Perlahan pun, mulai musnah dari peradaban dunia. Harapan manusia untuk dapat terus bertahan hidup dengan bergantung pada kekuatan merupakan hal yang begitu salah. Dikarenakan hilangnya masing-masing dari mereka yang semula memiliki kuasa.

"Saya.. tidak bisa, A-ayahanda..." Lirih lelaki kecil dengan tangis membasahi wajahnya, yang sudah kotor oleh debu.

PLAK!

Tangan kekar itu bertabrakan dengan pipi mulus bocah kecil yang malang. Bahkan, sampai-sampai membuatnya tersungkur jatuh ke tanah, karena perbedaan kekuatan yang begitu besar. Darah segar mulai menetes keluar dari bibir keringnya. Pelupuk matanya mulai terasa pegal, karena terus-terusan mengeluarkan tangisan.

"TAK BERGUNA! Kau! Kenapa kau tak mewarisi kekuatanku, HAH?!!" Pekik murka Retak'ka— pemegang tahta kerajaan Baraju.

Obsesinya akan gamma itu sungguh tak tertahankan. Gamma, kekuatan yang menyamai teriknya matahari. Kekuatan yang mematikan, karena kelebihannya dalam hal kecepatan serta kekuatan. Tapi malang, Sopan tak mewarisinya.

"Tak akan ada gunanya ku terus memelihara mu yang tak memberikan timbal balik bagiku." Satu lengan Maharaja terangkat, sinyal untuk para penjaga agar bertindak dengan segera.

"Ayahanda. Saya, memohon ampun." Mohon daripada darah dagingnya sendiri— Sopan. Suaranya serak parau, dengan sekujur tubuh yang bergetar hebat akan ketakutan yang luar biasa.

Lelaki kecil itu memeluk dirinya sendiri, karena tak ada orang yang akan memeluknya demikian. Tubuhnya begitu kecil, jika dibanding dengan anak-anak seusianya. Semua orang memperlakukannya dengan teruk, semenjak Retak'ka memutuskan untuk mencemoohnya di hadapan seluruh bangsawan yang hadir. Kebencian Retak'ka terhadap pewaris tunggalnya itu telah membuana. Tak ada yang tak tahu, betapa besarnya kebencian yang dirasakan oleh Sopan setiap harinya.

"Permohonan ampunmu, ku tolak. KURUNG DIA!" Perintah mutlak Si penguasa.

Prajurit dibawah kekuasaannya pun berbondong-bondong berbaris, menghimpit Sopan yang sudah lemas tak berdaya. Padahal, jumlah mereka tak penting untuk menyeret Sopan ke penjara yang dimaksudkan, prajurit-prajurit ini hanya cari muka di hadapan Baginda.

"Jangan berikan dia makan dan minum, sampai dia dapat mengeluarkan gamma dari telapak tangannya itu." Telunjuknya diarahkan tepat pada anaknya sendiri. Caranya menunjuk itu, merendahkan garis keturunannya sendiri.

Savior | Sopan x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang