Jauh pada peradaban manusia.
Berabad-abad dahulu kala, pada jaman dimana dunia masih diselimuti oleh kekuatan magis.
Tiap-tiap manusia terlahir dengan energi sihir yang kuat. Para monster dengan energi yang tercemar banyak dijumpai di tiap-tiap sudut pelosok dunia, dengan bentuk serta kekuatan yang begitu beragam.
(Nama), yang tercipta sebagai peri tak jauh berbeda. Konon katanya, peri merupakan jelmaan monster dengan kekuatan yang lebih dahsyat lagi. Di jaman itu, diyakini bahwasanya peri merupakan makhluk mitologi yang memakan manusia, demi bertahan hidup. Siapapun kalangan yang beranjak melewati hutan tempat peri-peri tinggal, niscaya diyakini tak akan dapat menemukan jalan kembali.
Padahal sebenarnya, kenyataannya jauh berbeda.
(Nama), hanyalah peri air yang tak pernah sekalipun berinteraksi dengan manusia— karena habitatnya yang berada di air. (Nama) tak bisa berlama-lama berkeliaran berjauhan dari sumber mata air, itulah sebabnya (Nama) jarang menjumpai manusia. Terlebih, di masa itu, air sulit untuk diakses karena banyaknya pencemaran dari kotoran-kotoran monster yang terus menerus berkembang biak.
Para manusia yang memasuki hutan tempat peristirahatannya tak selalu bugar, mereka kerap terluka karena buruan dari hewan-hewan buas yang bercampur dengan monster pemakan manusia. (Nama) tentu menerima kehadiran para manusia yang membutuhkan pertolongannya dengan tangan terbuka.
Diciptakan sebagai peri bukan berarti (Nama) dapat langsung leluasa menguasai kekuatannya. Ditambah, (Nama) tak pernah menjumpai manusia. Keinginannya untuk menyembuhkan luka-luka besar dari para manusia malah berdampak buruk, hingga mengakibatkan para manusia itu kehilangan nyawa mereka akibat ulah (Nama) yang salah memberikan tekanan sihir dalam tubuh manusia yang diobatinya.
Kesalahpahaman yang abadi, tak pernah dapat diluruskan. Para peri menanggung kebencian yang diakibatkan sepihak, hingga membuat yang lainnya menjauhi 'Peri Air' secara terkhusus. Ditinggalkan oleh kawanannya yang lain, lantas membuatnya kesepian dan kembali mengharapkan kehadiran sosok manusia untuk menjadi teman bicaranya.
—
"Aku membawakan makanan untuk kalian, kawanan hewan!" Sang peri air berceloteh dengan riang.
Lengannya yang memeluk berbagai jenis buah-buahan yang dipetiknya di hutan tempatnya tinggal, menjatuhkan hasil pencariannya untuk para teman-teman hewannya.
"A-ah. Kelinci-kelinci kecil.. kalian tidak makan daun, ya?" (Nama) terdengar kecewa. "Tupai-tupai lucu juga tidak makan apel? Maafkan aku.."
Usahanya sia-sia. (Nama) telah berupaya keras, tapi tak ada satupun upayanya yang berhasil. Bertahun-tahun hidup dalam kesendirian, tak lantas menjadikannya kuat menghadapi berisiknya sunyi.
Srak, srak.
Semak-semak belukar itu bergoyang, yang memicu perhatian dari peri air, kumpulan kelinci, kumpulan tupai, serta burung-burung bersuara merdu. Ketiga spesies berbeda itu menatap satu sama lain, dengan masing-masing raut penuh pertanyaan. Seharusnya, daerah rawa tak termasuk dalam tempat monster ataupun hewan buas berkeliaran. Karena (Nama) telah membuat perjanjian dengan makhluk-makhluk itu— entah bagaimana caranya.
"Ciit, ciittt?" Burung berbulu putih itu keluar dari semak-semak, dengan gulungan kertas terikat di salah satu kakinya.
(Nama) mengernyit. Kawasan hutan sepatutnya bukan tempat dimana burung penghantar surat dapat ditemui. Setidaknya— (Nama) tahu jenis-jenis hewan yang bisa didekati.
"Burung sialan ini benar-benar menyiksaku." Suara pria dewasa itu mengagetkan spesies yang sedang berkumpul.
Pria dewasa dengan pakaian mewahnya keluar dari semak yang sama. Untaian rambut kecoklatan yang tertata rapi, helaian putih terdapat di bagian kanannya, kulit wajahnya bersih, dan yang paling menarik perhatian si peri air ialah iris matanya yang berwarna kelabu.
![](https://img.wattpad.com/cover/376984006-288-k984230.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Savior | Sopan x Reader
FanficTerlahir sebagai seorang pangeran tak lantas menjadikannya bahagia. Dituntut oleh begitu banyaknya ekspektasi seolah menggerogoti kehidupan yang ada dalam dirinya. Pelariannya hanyalah masa-masa dimana keajaiban terjadi. Tempat dimana, ia bebas menj...