Walaupun gugur satu, tumbuh pula seribu. Gugur penguasa yang begitu berkuasa atas segala-galanya, lahir pula-lah generasi-generasi muda yang merupakan tunas muda yang kelak akan menjaga ketentraman dari tiap-tiap wilayah atas masing-masing penguasa.
Sopan-lah yang menjadi pelopornya. Dirinya ingin berjasa. Agar tak ada lagi anak-anak yang tertindas, akan 'ketidakbergunaan' tanpa kekuatan. Setelah melalui berbagai penderitaan akibat terlahir sebagai pewaris yang tak berguna, Sopan tak lagi ingin ada anak di luaran sana yang menderita seperti dirinya ini.
Untuk kasusnya, ambil saja Gentar sebagai contoh. Gentar merupakan pewaris tahta kerajaan Gur'latan, posisinya berada tepat dibawah Halilintar— putra mahkota. Gentar tak pernah sekalipun tertarik pada tahta, malahan Gentar mendukung penuh Halilintar sebagai pengganti permaisuri. Tapi salahnya, rakyat memandang Gentar dengan sebelah mata. Seluruhnya menganggap Gentar hanya berkata manis didepan, tapi berniat menjatuhkan Halilintar dibelakangnya. Padahal, Gentar tak se-licik itu. Gentar tak menyukai hal merepotkan, karena ia tak suka berpikir. Gentar juga memiliki kondisi yang sama dengan Sopan, mereka sama-sama terlahir tanpa kuasa. Padahal, Halilintar mewarisi voltra sesuai dengan harapan Maharani Santriantar.
Makanya Gentar melarikan diri ke Baraju, memohon— ah, lebih tepatnya memaksa Sopan untuk menampungnya disini selagi bersembunyi dari incaran rakyat. Maka dari itulah Sopan berinisiatif mendirikan ikatan antar sesamanya. Sopan akan mendukung penuh, siapapun yang ingin memulai revolusi.
"Tuan muda," salah seorang pelayan memanggil.
Sopan berhenti mengayunkan lengannya. Keringat membasahi tubuh yang telah dibentuk dengan kerja keras olehnya. Pedang kayu itu diturunkannya, lengannya terangkat untuk mengusap keringat di wajahnya.
"Tuan Gentar mencari Anda."
"Begitu? Sampaikan padanya, aku akan menemuinya di balai tengah selepas membasuh diri." Sopan mengibaskan tangannya, isyarat untuk si pelayan untuk menyampaikan informasinya.
Pelayan itu mengangguk dan bergegas pergi dengan maksud hendak menyampaikan maklumat yang diamanatkan oleh tuannya.
Bertahun-tahun telah berlalu. Berkat dukungan dari dewi-nya, Sopan kini berhasil melampaui batasnya sendiri dan membuat orang-orang berpihak padanya.
Sopan memandangi langit. Membiarkan terpaan angin menghembuskan surai-surai yang lengket akan keringatnya. Di Baraju— tempat dirinya dilahirkan, tak pernah sekalipun Sopan diperlakukan baik. Tapi semuanya berubah, tatkala Sopan tiba-tiba berjumpa dengan makhluk mitologi yang dikatakan tak benar adanya. Peri. Bidadari. Seorang dewi. Wanita rupawan bahkan dengan pakaian sederhananya. Menghibur Sopan di kala susah, menyemangatinya di kala kesesatan merajalela, serta mengobatinya di kala Sopan terluka.
"(Nama), dewiku. Aku sudah merindukanmu lagi..." Bisiknya pada dirinya sendiri.
—
"Yo bro!" Sahut Gentar.
Sopan mengernyitkan dahinya. Memang, semenjak menampung Gentar, Sopan jadi selalu dibuat pusing tujuh keliling oleh bahasa-bahasa anehnya. Tapi apa boleh buat. Sopan turut prihatin atas kasusnya Gentar.
"Apa perihal yang ingin dirimu bicarakan, Gentar?" Tanya Sopan.
"Jadi gini, ngabs. Disono tuh ya, kan ada pohon gede yang kayak literli angker bett bejir. Nah disitu gua ngeliat ada tuyul anjir! Masalahnya tuyulnya itu ngejar, cok!" Celoteh Gentar panjang lebar.
Sopan menyipitkan mata. Bibirnya terkatup rapat untuk memproses tiap kata yang dilontarkan Gentar. Kalau boleh jujur, Sopan sama sekali tak mengerti satu pun kata yang diucapkan Gentar. Sopan jadi curiga Gentar ini dari dunia yang lain karena gaya bahasanya yang tak masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savior | Sopan x Reader
FanfictionSebuah cerita fiksi Sopan x Reader | Terlahir sebagai seorang pangeran tak lantas menjadikannya bahagia. Dituntut oleh begitu banyaknya ekspektasi seolah menggerogoti kehidupan yang ada dalam dirinya. Pelariannya hanyalah masa-masa dimana keajaiban...