Sopan termangu. Apakah cerita yang terlontar keluar dari ranum kasihnya benar apa adanya?
Posisinya yang selalu berada dekat dengan (Nama) pada kehidupan-kehidupan sebelumnya benar-benar tak dapat dipercaya. Dari sekian kehidupannya, Sopan tetap jatuh hati pada satu orang yang sama— hanya pada (Nama) seorang. Tak peduli status yang dipunyainya pada saat itu. Tak mempedulikan kekayaan, tak mempedulikan kekuasaan, keagungan, kepantasan, maupun kepintaran.
Selama jiwa milik Sopan dapat bertemu dengan (Nama), maka dapat dipastikan bahwa Sopan akan langsung jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya pada cinta pertama dan terakhirnya. Cinta yang abadi, meski dirasakan oleh jenis makhluk hidup yang berbeda.
"Sungguh.. (Nama)?"
(Nama) mengangkat tinggi alisnya, kemudian tertawa terbahak-bahak. Tawanya begitu lepas, bahkan sampai membuat kelopak indahnya melengkung, membuat senyumannya melebar, bahkan hingga membuatnya menitikkan air mata haru akan kebahagiaan. Sesuatu yang tak pernah dilihat Sopan selama ini.
"Kamu tak percaya, Pangeranku?" (Nama) balik bertanya.
Kepercayaan Sopan terhadap (Nama) bahkan sudah melampaui batas dimana Sopan bahkan akan terjun ke jurang hanya dengan sedikit perintah oleh (Nama). Sopan akan mempersembahkan lautan darah, jikalau (Nama) meminta. Sopan akan memetik mengarungi samudera, jika saja (Nama) meminta. Apapun yang (Nama) inginkan, akan Sopan lakukan. Termasuk jika (Nama) menginginkan nyawanya Sopan sendiri.
"Aku percaya," jawabnya tegas. "Tapi tetap saja, hal itu tak terasa nyata."
(Nama) tersenyum. "Kamu tak pernah menyaksikannya, sih. Tapi yang pasti, aku selalu menunggumu hingga terlahir kembali."
(Nama) selalu menunggu dirinya? Ucapan sederhana seperti itu saja sudah dapat membuatnya berbesar hati. Katakanlah Sopan ini tamak, selalu menginginkan (Nama) di tiap kehidupannya. Kendatipun demikian, Sopan tak akan pernah mempedulikannya. Kebahagiaan surgawi berada tepat di genggamannya, dari lontaran siksaan yang telah dilaluinya. Lantas, mengapa harus menyia-nyiakan kesempatan emas hanya karena perkara harga diri? Persetan dengan status, harta tak akan pernah bisa menggantikan kebahagiaan yang telah lama didambakan oleh seorang pangeran kecil yang lahir tanpa diminta, muncul tanpa diinginkan, dan tumbuh tanpa dipedulikan.
Kehadirannya hanyalah kesalahan semata di mata publik.
Kehidupannya tak berguna bagi siapapun.
Tapi sekarang, Sopan tahu. (Nama) senantiasa menanti. (Nama)-lah satu-satunya diantara beribu-ribu makhluk, yang akan selalu menerimanya dengan lengan terbuka. Dia tidak memberinya apa pun kecuali kebahagiaan. Kebahagiaan sederhana yang mudah dirasakan, terkecuali bagi Sopan.
"Kamu benar-benar suka menggodaku, ya? Hentikanlah..." Sopan memalingkan wajahnya.
"Haha! Aku sudah berpengalaman menghabiskan hidupku bersamamu selama bertahun-tahun lamanya, asal kamu tahu," (Nama) terkikik menutupi bibirnya dengan punggung tangan. "Apa mau aku bocorkan rahasia-rahasia dirimu di kehidupan sebelumnya?"
"Tidak. Tolong jangan lakukan itu."
Sopan menggeleng cepat. Yang ditanggapi oleh tawa (Nama) yang kian mengeras. Tentu saja Sopan bahagia saat (Nama) tertawa tanpa beban, tetapi tetap saja, Sopan tak bisa menghiraukan rasa malunya.
"Di kehidupan manapun, kamu itu selalu gampang untuk digoda, loh!"
—
Karena memang telah diberi izin untuk menetap, Sopan pun mulai membiasakan diri untuk tinggal di lingkungan yang baru— rumahnya yang baru. Bersama dengan yang terkasih, serta figur orangtua yang telah menganggap Sopan bagaikan putra mereka sendiri. Sopan sama sekali tak keberatan akan hal tersebut. Bahkan (Nama), menikmati kehidupannya sebagai penduduk di desa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savior | Sopan x Reader
أدب الهواةSebuah cerita fiksi Sopan x Reader | Terlahir sebagai seorang pangeran tak lantas menjadikannya bahagia. Dituntut oleh begitu banyaknya ekspektasi seolah menggerogoti kehidupan yang ada dalam dirinya. Pelariannya hanyalah masa-masa dimana keajaiban...