MTSA : 9. Jatuh dalam pesona

948 85 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

🥂🪽

.

"Aco, yang tadi itu beneran nggak papa?" tanya Maggie hati-hati saat keduanya sudah berada diluar restoran Jepang yang sempat ia singgahi.

Draco yang masih terbawa emosi dengan perlakuan kurang ajar France pada pacarnya memilih untuk diam. Sejujurnya ia sama sekali tidak marah pada Maggie. Karena Maggie memang tidak salah. Ia justru cemburu buta dan amarahnya hanya tertuju pada kakak kelas kurang ajar itu. Jika saja ada sebuah samsak didepannya saat ini, ia akan langsung lampiaskan amarahnya pada samsak itu.

Meski begitu keterdiaman Draco dianggap sebagai amarah oleh Maggie.

Namun sebelum sempat Maggie mengeluarkan sepatah kata untuk membujuk pacarnya yang ia pikir tengah marah itu, Draco lebih dulu melakukan tindakan yang mampu membuat Maggie mengusir jauh-jauh pikirannya jika Draco tengah marah.

Tindakan tersebut adalah Draco dengan cepat melepas tuxedo yang digunakannya malam ini, kemudian memasangnya ke Maggie dengan perlahan-lahan seperti takut tuxedo tersebut bisa melukai gadisnya.

"Kenapa gaunnya terbuka banget sih bagian atasnya?! Lo pasti nahan dinginkan?!" Mulut cerewet Draco tidak bisa ditahan saat kembali melihat bentuk dress yang Maggie kenakan.

"Mana aku tahu, Aco. Ini aja dikasih sama Kak Frans," bela Maggie tak ingin disalahkan.

Kakel sialan itu! Awas aja lo lain kali ya! Habis lo! Kalau berani ngasih dress kayak gini ke cewek gue! rutuk Draco dalam hati.

"Oh, dikasih sama cowok tadi. Nanti pas lo sampai rumah boleh nggak dress-nya dibuang aja? Gue nggak suka liatnya. Bisa-kan?" ucap Draco dengan tatapan mengintimidasi yang minta diiyakan.

Maggie mengangguk tanpa ragu. Lagipula keluarganya kaya. Membeli gaun seperti ini pasti tidak sulit. Pun ia tidak terlalu menyukai model dress ini. "Siap, nanti sampai rumah pasti aku buang, Aco!"

"Lope pintar!" puji Draco dengan senyum penuh kemenangan. "Sekarang gue anter pulang ya?"

"Iya, Aco. Ayo pulang!"

Setibanya di depan mobilnya Draco langsung membukakan pintu mobil sebelah pengemudi untuk gadisnya. Kemudian setelah memastikan Maggie sudah masuk kedalam mobilnya, ia ikut masuk juga di bagian pengemudi.

Baru setelah itu Draco melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menjauhi restoran Jepang tersebut.

Selama diperjalanan menuju ke rumah Maggie kedua insan itu terus menautkan tangan mereka.

Benar, Draco menyetir menggunakan tangan kanannya saja. Sedangkan tangan kirinya ia serahkan pada Maggie untuk ditautkan dengan tangan kanan Maggie.

Jika Draco, si pengemudi fokus menyetir sambil sesekali mencuri-curi pandang Maggie. Beda lagi dengan Maggie yang fokus memperhatikan jari jemari tangan Draco yang lebih besar dibanding dengan miliknya.

MAGGIE: the sweet antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang