MTSA : 13. Perihal novel

120 36 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

💗🪽

.

"Akting lo lumayan tadi," puji Draco sambil menghampiri Maggie yang sedang duduk sendirian di kursi taman sekolah. "Tapi yakin nggak butuh semangat dari gue?"

Maggie mengerutkan keningnya. Lalu bertanya, "maksudnya apa?"

Tanpa banyak kata Draco membuka kedua tangannya lebar-lebar seolah menunggu seseorang masuk kedalam dekapannya.

"Don't you need my hug?"

Entah apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya tapi kini perasaan Maggie benar-benar sedang tak baik-baik saja. Dan Maggie merasa hanya Draco yang saat ini mengerti dirinya.

Ia pun dengan tangis yang terus menerus jatuh melewati kedua pipinya melangkah masuk kedalam pelukan Draco.

Draco tersenyum penuh kemenangan. Kemudian dengan hati-hati ia menciumi puncak kepala Maggie beberapa kali. Tidak hanya itu tangannya juga terus mengelus punggung Maggie agar tangis Maggie tidak terus menerus keluar. Ia ingin Lope-nya segera merasa baik-baik saja tapi tanpa ia harus melarang Lope-nya untuk tidak bersedih lagi.

"Lope, setelah ini biar gue sendiri yang bantai orang-orang itu. Orang-orang yang iri sama hubungan kita." Kalimat sederhana tapi tentu bagi Maggie tidak sesederhana apabila keluar dari mulut seorang Draco.

Meski saat ini mereka tengah dalam suasana yang cukup romantis tapi Maggie tidak ingin sampai pacarnya membunuh siapa-siapa. Dan akhirnya pun sebuah cubitan Maggie layangkan pada Draco agar pacarnya itu tidak membantai orang-orang yang bagi Draco bersalah.

"Kok gue dicubit sih?!" protes Draco tanpa mau melepaskan pelukan diantara mereka.

"Biarin! Salah siapa ngomong bantai-bantai orang! Nggak boleh tau bunuh orang!" Maggie berusaha membuat Draco sadar kalau bunuh-membunuh itu tidak diperbolehkan.

Namun disisi lain, tanpa Maggie sadari tangisnya telah terhenti. Airmata yang tadi tanpa permisi berjatuhan itu sudah pergi. Ia terlalu terbawa ke topik yang Draco bawa hingga rasa sedihnya menghilang tanpa meninggalkan sisa.

"Bunuh-bunuhan? Bukan itu maksud gue, Lope."

"Terus apa?"

"Maksud gue tuh biarin gue aja yang ngurusin para manusia-manusia irian itu entah pake kekerasan atau adu bacot."

"Beneran? Nggak lagi bohong kan?"

"Nggak, Lope sayang." Setelah mengatakan hal itu Draco melepaskan pelukan diantara mereka, lalu ia langsung mengajak Maggie untuk kembali duduk di kursi taman tadi.

Sambil menggenggam erat jari jemari Maggie yang tidak lebih besar dari miliknya, Draco mengajukan sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah Draco pikirkan sejak lama.

"Lope, sebenarnya kehidupan lo yang dulu itu gimana?"

Sebuah gelengan kepala dari Maggie mampu Draco tangkap dalam sekali lirikan. "Maksudnya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 8 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAGGIE: the sweet antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang