Bab 3: Takdir yang Menyatukan

9 7 0
                                    

Istana Kerajaan Sihir Agung dipenuhi dengan cahaya berkilauan dari lilin-lilin terapung dan sihir yang menyelubungi ruangan. Hari itu, semua orang di kerajaan tampak lebih sibuk dari biasanya. Althea Zephyra Morwenna, sang putri, duduk di ruangan pribadinya, matanya menatap hampa pada cermin yang memantulkan wajahnya. Rambut peraknya yang panjang terurai, dan gaun kerajaan berwarna hijau zamrud melekat indah di tubuhnya. Namun, tidak ada keceriaan yang terpancar dari wajahnya.

"Perjanjian kuno," gumamnya pada dirinya sendiri, berusaha menerima kenyataan pahit yang dihadapinya. "Pernikahan yang bukan atas pilihanku..."

Seraphina, sahabat setianya, berdiri di sisi Althea sambil memperhatikan putri itu dengan penuh perhatian. Wajahnya menunjukkan rasa simpati yang dalam.

"Althea," katanya dengan suara lembut, "aku tahu ini tidak mudah bagimu. Kau selalu menginginkan kebebasan. Tapi perjanjian ini adalah sesuatu yang tak bisa dihindari."

Althea menunduk, jemarinya bermain-main dengan rumbai di ujung gaunnya. "Aku tahu, Seraphina. Aku tahu bahwa keseimbangan dunia ini bergantung pada perjanjian antara Kerajaan Sihir dan Negeri Es. Namun, apakah benar tidak ada cara lain? Bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang belum pernah aku temui? Seseorang yang katanya dingin dan tak berperasaan seperti es itu sendiri?"

Seraphina menghela napas. "Kael... Pangeran Kael dari Negeri Es... dia mungkin memiliki sifat yang berbeda dari yang kau harapkan, tapi aku yakin ada lebih dari yang terlihat di permukaan. Kita belum benar-benar mengenalnya."

"Bagaimana jika aku tidak bisa mencintainya?" Althea menatap sahabatnya dengan mata yang dipenuhi kebingungan dan ketakutan. "Bagaimana jika aku tidak bisa menerima hidup yang sudah dipilihkan untukku ini?"

Seraphina berlutut di samping Althea, menggenggam tangan sahabatnya dengan lembut. "Kau adalah putri yang kuat, Althea. Kau akan menemukan jalanmu, seperti yang selalu kau lakukan. Bahkan jika ini bukan awal yang kau inginkan, bukan berarti akhirnya akan buruk."

Althea menghela napas panjang, lalu mengangguk pelan. "Kau benar. Mungkin aku harus memberikan kesempatan. Lagipula, ini bukan hanya tentang aku. Ini tentang seluruh kerajaan."

Pada saat yang bersamaan, di sisi lain perbatasan, Kaelith Nivek Thalvian berdiri di depan cermin di kamarnya di istana Kerajaan Es. Wajahnya yang tegas dan dingin memantulkan ketidakpastian yang perlahan-lahan mulai muncul di benaknya. Pakaian kebesarannya sudah sempurna, jubah biru gelap yang terbuat dari kain tebal yang mampu menahan dingin paling ekstrem, lengkap dengan simbol kerajaan di dada. Meskipun penampilannya sudah siap, hatinya belum siap menerima takdir yang akan dihadapinya.

"Ayah tidak pernah memberiku pilihan," gumamnya pelan, suara dinginnya nyaris tenggelam di dalam ruangan yang sunyi. "Pernikahan ini adalah kewajiban, bukan keinginan."

Calian, adik laki-lakinya, berdiri di ambang pintu, menyilangkan tangan di depan dada sambil memperhatikan kakaknya. "Kau tidak bisa melarikan diri dari ini, Kael," katanya sambil menyunggingkan senyum setengah bercanda. "Kau akan bertemu Althea, putri Kerajaan Sihir. Bukankah itu setidaknya membuatmu penasaran?"

Kael mendesah, lalu menatap adiknya. "Penasaran, mungkin. Tapi ini bukan tentang rasa ingin tahu, Calian. Ini tentang tanggung jawab. Aku tidak punya pilihan."

"Begitu banyak yang kau katakan tentang tanggung jawab," Calian melangkah lebih dekat, menatap mata kakaknya yang dingin. "Tapi apakah kau tidak merasa sedikit penasaran bagaimana orangnya? Mereka bilang dia sangat kuat. Seorang penyihir luar biasa dan sangat berbakat di usia yang masih terbilang muda."

Kael memalingkan wajahnya dari cermin dan menatap jendela, di luar sana salju turun lembut, menyelimuti dunia dalam keheningan putih. "Aku tak tahu, Calian. Apa yang bisa diharapkan dari pernikahan yang telah diatur ini? Kami bahkan belum pernah bertemu, dan aku... aku tidak tahu bagaimana harus menjalin hubungan dengan seseorang yang tak pernah kutemui."

The Winterspell: Putri Kerajaan Sihir Agung dan Pangeran Negeri EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang