The Winterspell: Putri Kerajaan Sihir Agung dan Pangeran Negeri Es

Bab 13: Rencana Pengkhianatan

Kehidupan di istana Kerajaan Es berjalan seperti biasa, namun ketegangan mulai menyelimuti suasana. Althea merasakan perubahan yang halus di sekitar dirinya. Para bangsawan yang sebelumnya menyambutnya dengan hangat kini menatapnya dengan penuh curiga. Salah satu yang paling mencolok adalah Therion, sepupu Kael, yang tampak tidak puas dengan keadaan baru di kerajaan.

Di suatu pagi, Althea dan Kael sedang duduk di taman istana, berbincang mengenai rencana mereka untuk memperkuat hubungan antara Kerajaan Sihir dan Kerajaan Es. Namun, ketenangan itu seketika pecah ketika Therion muncul dengan senyum sinis.

"Ah, sepupuku Kael dan putri cantik dari Kerajaan Sihir," Therion menyapa dengan nada sarkastik. "Apa kabar? Merencanakan sesuatu yang mulia lagi?"

Kael menatap Therion dengan mata tajam. "Apa maksudmu dengan itu, Therion?"

"Oh, aku hanya khawatir tentang masa depan kerajaan kita," Therion menjawab sambil melangkah lebih dekat. "Kau tahu, pernikahan ini mungkin tidak seaman yang kau bayangkan. Banyak yang merasa bahwa pernikahan ini adalah ancaman bagi warisan kita."

Althea, yang merasakan ketegangan di antara kedua pria itu, memutuskan untuk bersikap tenang. "Kami hanya berusaha untuk menjaga kedamaian antara kedua kerajaan. Itu yang seharusnya menjadi fokus kita, bukan?"

Therion tertawa sinis. "Kedamaian? Atau mungkin kita hanya menunda bencana? Apa kau yakin bahwa ikatan ini dapat bertahan dari ujian yang akan datang?"

Kael berusaha menahan kemarahan. "Kami akan menghadapi setiap ujian yang ada. Jika kau tidak bisa mendukung kami, lebih baik kau pergi."

Therion mengangkat alisnya, tampak terkejut dengan keberanian Kael. "Oh, sepertinya kau mulai berani, Kael. Tapi ingat, keberanian tidak selalu cukup untuk menjaga kerajaan ini dari ancaman."

Dengan emosi yang meningkat, Althea berbicara tegas. "Kami tidak akan membiarkan siapapun merusak apa yang telah kami bangun. Jika ada yang tidak setuju, itu bukan masalah kami. Yang terpenting adalah komitmen kami untuk menjaga kedua kerajaan."

Therion menatap Althea, kemudian mengalihkan pandangannya pada Kael. "Kau berdua mungkin merasa kuat sekarang, tetapi ada kekuatan yang lebih besar di luar sana yang tidak akan membiarkan pernikahan ini terjadi."

Setelah Therion pergi, suasana di taman terasa lebih berat. Kael tampak frustrasi. "Dia tidak akan berhenti, Althea. Dia ingin mengacaukan segala sesuatunya."

"Kita harus waspada," jawab Althea, "Tapi kita juga tidak boleh membiarkan ancaman ini mengubah tujuan kita. Kita harus tetap fokus."

Kael mengangguk, tetapi kecemasan di matanya tak bisa disembunyikan. "Therion punya pengaruh di kalangan bangsawan. Jika dia berhasil memprovokasi mereka, semua usaha kita bisa hancur."

Althea memikirkan langkah selanjutnya. "Kita perlu mendapatkan dukungan dari mereka yang masih percaya pada persatuan ini. Kita harus mencari cara untuk menunjukkan bahwa pernikahan kita membawa keuntungan, bukan ancaman."

Kael tersenyum tipis, merasa terinspirasi. "Kau benar. Kita bisa mengadakan sebuah acara besar untuk menunjukkan kekuatan kita sebagai pasangan dan memperkuat hubungan antara dua kerajaan."

"Ide yang bagus! Kita bisa mengundang semua bangsawan dan menampilkan kekuatan sihir dari Kerajaan Sihir dan keindahan es dari Kerajaan Es. Ini bisa menjadi kesempatan untuk memperlihatkan kepada mereka betapa berharganya ikatan ini," Althea berkata penuh semangat.

"Tapi kita harus sangat hati-hati," Kael mengingatkan. "Therion akan mengintai setiap langkah kita. Kita harus memastikan acara ini berjalan tanpa ada gangguan."

Mereka sepakat untuk merencanakan acara itu dengan hati-hati, tetapi mereka juga tahu bahwa tantangan di depan tidak akan mudah. Seiring waktu, mereka mulai mengatur setiap detail, dari undangan hingga penampilan yang akan ditampilkan. Setiap langkah mereka, Althea dan Kael berusaha untuk mengatasi ketegangan yang dirasakan, berkomitmen untuk menjalin persatuan yang lebih kuat.